A. Latar Belakang
Karya sastra adalah hasil pekerjaan
seni kreatif yang dipakai oleh pengarang untuk menyampaikan gagasan, pandangan
hidup, tanggapan dengan cara menarik dan menyenangkan (Suharianto, 1982 : 19).
Karya sastra selalu menampilkan
gambaran kehidupan, kehidupan itu sendiri merupakan realitas sosial. Dalam
pengertian, kehidupan mencakup hubungan antara masyarakat, antara seseorang
masyarakat, antara seseorang dengan masyarakatnya, antara manusia dengan
manusia lain dan antara peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang (Damoko,
1984: 21). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa di dalam karya sastra
terkandung gambaran-gambaran yang menyangkut aspek-aspek kehidupan suatu
kelompok masyarakat atau seseorang.
Menurut Nurgiyantoro (2009: 25) sarana
pengucapan sastra, sarana kesastraan (literaty
devices) adalah teknik yang digunakan oleh pengarang untuk memilih dan
menyusun detil-detil cerita (peristiwa dan kejadian) menjadi pola yang
bermakna. Tujuan penggunaan sarana kesastraan adalah untuk memnungkinkan
pembaca melihat fakta sebagaimana yang dilihat pengarang, menafsirkan makna
sebagaimana yang ditafsirkan pengarang, dan merasakan pengalaman yang dirasakan
pengarang.
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa dengan menggunakan sarana
literer pengarang menyajikan cerita yang salah satu aspeknya mirip dengan
kenyataan, sehingga merangsang keinginan pembaca untuk mengetahui kelanjutan
ceritanya dan juga ingin tahu sarana yang digunakan pengarang sehingga
ceritanya menjadi hidup dan memikat pembaca.
Salah satu karya
sastra adalah puisi. Melalui puisi-puisinya penyair dapat mengekspresikan
pemikiran, pengalaman, pengetahuan, dan perasaanya. Yang diubah dalam wujud
paling berkesan. Dengan demikian, hasil karyanya mampu membuat jiwa penikmat
dapat merasakan hal yang dialami dan dirasakan penyair. Terlebih lagi saat ini,
puisi berkembang dengan sangat pesatnya, terutama bentuk puisi populer yang
lebih dikenal dengan teks lagu. Kemunculan dan kelahirannya sebagaimana bentuk
puisi yang lain, juga dilatar belakangi oleh pengalaman tertentu. Pengalaman
dapat berupa kesewenang-wenangan. Tingkah laku masyarakat dan gaya hidup.
Pengalaman-pengalaman tersebut diungkapkan melalui bahasa yang berupa teks lagu
berdasarkan tema tertentu, misalnya: kritik moral. Dengan demikian dapat
dikatakan banyak puisi yang telah dipopulerkan melalui lagu (Pradopo,2005:10).
Interaksi sosial
dalam masyarakat membuat masing-masing individu terikat oleh sistem
kemasyarakatnya, yang pada hakikatnya tiap individu mempunyai harapan dan
wawasan hidup yang berbeda antara satu dengan yang lain. Dalam keadaan yang
demikian muncul kritik moral sebagai wujud dari sikap penolakkan individu atau
kelompok terhadap kenyataan yang ada di sekelilingnya berdasarkan wawasan dan
pengharapan masing-masing. Masalah kritik moral ini terlihat akibat adanya
masalah-masalah dalam kehidupan masyarakat. Mulai dari masalah kesenjangan
sosial, politik, asusila, pendidikan dan sebagainya. Kritik moral dapat
diartikan sebagai protes terhadap masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat.
Kritik moral sering
dijumpai dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, baik kritik positif
maupun yang negatif dan disampaikan melalui berbagai media. Dalam hal ini teks
lagu sebagai puisi dujadikan media penyampaian proses terhadap masalah yang
terjadi dalam kehidupan masyarakat. Kritik moral biasanya disampaikan oleh
anggota masyarakat baik perorangan maupun kelompok sebagai tanggapan atau
respon terhadap kenyataan atau peristiwa yang terjadi di hadapannya.
Seorang pendidik
atau guru haruslah menjadi model, sekaligus menjadi mentor dari peserta didi,
dalam mewujudkan nilai-nilai moral pada kehidupan sekolah. Tanpa guru atau
pendidik sebagai model, sulit untuk diwujudkan suatu pranat sosial (sekolah)
yang dapat mewujudkan nilai-nilai kebudayaan. Seorang pendidik dapat
mengajarkan pendidikan moral di sekolah melalui pembelajaran sastra jenis puisi
atau lirik lagu, lirik lagu yang diperkenalkan akan lebih berarti apabila
merupakan lagu-lagu sederhana yang mempunyai makna dan berkaitan denga
kehidupan manusia, bukan hanya nyanyian yang sedang populer. Siswa dapat diajak
membahas arti syair lagu tersebut. Sehingga siswa merasa nyaman dalam belajar
dan seolah merasakan berada di lingkungan masyarakat langsung dan mengetahui
aturan bagaimana hidup bermasyarakat yang baik (Zuriah, 2007: 40).
Kecenderungan
negatif di dalam kehidupan remaja dewasa ini, terutama di kota-kota sering
terjadi perkelahian, tawuran di kalangan
anak-anak SMP, perkelahian di kalangan mahasiswa bahkan telah merembet menjadi
tawuran antarkampung. Hal ini baru merupakan sebagian, dari perilaku menyimpang
di kalangan remaja, serta masyarakat yang sedang sakit. Para generasi muda
telah kehilangan pegangan dan keteladanan dalam meniru perilaku yang etis.
Mereka kehilangan model orang dewasa yang dapat digugu dan ditiru. Gejala
kehidupan pemimpin masyarakat yang diistilahkan di dalam gaya hidup KKN
(Korupsi, Kolusi, Nepotisme) menunjukkan bahwa masyarakat itu sendiri juga
telah kehilangan pegangan nilai-nilai moralnya.
Tidak mengherankan
apabila generasi muda yang kehilangan pegangan di dalam lingkungan primernya,
yaitu keluarga menghadapi keadaan yang lebih parah di dalam masyarakat
sekitarnya. Dengan demikian semakin terlihat fenomena meningkatnya tingkah laku
kekerasan dari para remaja dan pemuda, ketidakjujuran, pencurian, krisis
kewibawaan, menurunnya etos dan etika kerja, penyelewengan seksual,
meningkatnya egoisme dan menurunnya tanggung jawab warga negara. Dengan singkat
para remaja cenderung kepada tingkah laku yang self destructive dan kebutaan etika.
Konsep dasar
pengajaran sastra dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) secara
substansi menunjukkan posisi pengajaran sastra lebih dideskripsikan secara
jelas dan operasional. Menurut Rahmanto (1993: 15), pengajaran sastra harus
kita pandang sebagai sesuatu yang penting yang patut menduduki tempat yang
selayaknya. Jika pengajaran sastra dilakukan dengan cara yang tepat, maka
pengajaran sastra dapat juga memberikan sumbangan yang besar untuk memecahkan
masalah-masalah nyata yang cukup sulit untuk dipecahkan di dalam masyarakat.
Tujuan umum
pembelajaran sastra di sekolah merupakan bagian dari tujuan penyelenggaraan
pendidikan nasional yaitu mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar siswa
secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Pembelajaran sastra membawa siswa
untuk produktif.
Agar siswa dapat
menyukai pelajaran sastra maka diperlukan adanya alternatif pembelajaran
sastra. Alternatif pembelajaran sastra tersebut dapat dilakukan dengan
memelajari tentang kritik moral yang terkandung di dalam sebuah karya sastra
yaitu puisi. Dengan Kompetensi dasar : menganalisis unsur-unsur puisi atau
syair yang diperdengarkan. Ini dimaksudkan agar peserta didik memahami unsur
fisik puisi dan unsur batin puisi yang berkaitan dengan kritik moral.
Indikatornya adalah menganalisis unsur fisik dan unsur batin dalam puisi. Dari
Kompetensi dasar tersebut tujuan pembelajaran yang ingin dicapai yaitu siswa
dapat menuliskan kritik moral melalui analisis unsur fisik dan unsur batin puisi.
Dalam hal ini puisi
dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran sastra. Pemilihan teks lagu
album Kamar Gelap Karya Efek Rumah
Kaca dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran mengenai kritik moral.
Dengan menggunakan teks lagu album Kamar
Gelap Karya Efek Rumah kaca sebagai alternatif pembelajaran sastra
diharapkan dapat mempermudah dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sehingga
memunculkan gagasan untuk mengungkap letak titik moral yang terdapat teks lagu
dihubungkan dengan materi pembelajaran sastra di SMP mengenai kritik tentang
berbagai bentuk karya sastra Indonesia.
Siswa akan mudah
menangkap isi atau pesan yang disampaikan pengarang melalui sebuah karya yang
dekat dengan kehidupan siswa, yaitu lagu. Lagu menyuguhkan bunyi, nada, irama,
diksi, dan pesan. Salah satu band yang menyuguhkan karya yang dekat dengan
puisi dilihat dari gaya bahasa, unsur kata, dan pesan adalah Efek Rumah Kaca.
Efek Rumah kaca,
salah satu band indie yang berasal dari Jakarta beranggotakan Cholil Mahmud
(Gitar dan vocal), Adrian Yuan Faisal (bass dan vocal latar) dan Akbar (Drum)
yang terbentuk pada tahun 2001. Setelah mengalami beberapa kali perubahan
personil, akhirnya mereka memantapkan diri mereka dengan formasi 3 orang dalam
band-nya. Sebelumnya, band ini bernama “Hush” yang kemudian pada tahun 2006
menjadi Efek Rumah Kaca atas saran Bin Harlan Boer (ex vocalist C’Mon Lennon).
Dalam albumnya yang
berjudul sama dengan nama bend mereka (self
titled) yaitu Efek Rumah Kaca, mereka mengikutsertakan 12 lagu yang telah
mereka rilis sejak tahun 1998. Di tahun 2008, mereka merilis album kedua yang
diberi judul Kamar Gelap yang tetap pedas menggigit dari segi penulisan
liriknya.
Title album “Kamar Gelap” diambil dari lagu berjudul
sama di album kedua ini. Kamar gelap adalah representasi konsep bemusik Efek
Rumah kaca, yaitu memotret realitas ragam fenomena sosial. Untuk
menyempurnakannya, Efek Rumah Kaca berkarya bersama Angki Purbandono, seorang
seniman berbasis fotografi dari ruang MES 56, Yogyakarta. Yang menangani arahan
seni kemasan album ini. Sebuah paket musik dan fotografi.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah
kritik moral dalam album Kamar Gelap
karya Efek Rumah Kaca?
2. Bagaimanakah
pembelajaran kritik moral dalam album Kamar
Gelap Karya Efek Rumah Kaca di SMP?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan
Permasalahan tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan
kritik moral dalam album Kamar Gelap
Karya Efek Rumah Kaca.
2. Mendeskripsikan
pembelajaran kritik moral dalam album
Kamar Gelap Karya Efek Rumah Kaca di
SMP.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.
Manfaat
Teoritis
a. Penelitian ini berguna bagi pengembangan ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan moral di lingkungan masyarakat, yang
diwujudkan dalam bentuk karya sastra khususnya teks lagu. Dengan adanya kritik
moral ini masyarakat mampu berperilaku sesuai etika.
2.
Manfaat
Praktis
a. Manfaat bagi guru
Dapat memberikan
wacana tentang perilaku atau moral dalam hidup di lingkungan masyarakat.
b. Manfaat bagi siswa
Hal penelitian ini secara praktis diharapkan
dapat meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan dalam mengapresiasi karya sastra, khususnya
gambaran tentang teks lagu Karya Efek Rumah Kaca dalam album Kamar Gelap. Serta bermanfaat bagi
pembaca khususnya yang berhubungan dengan kritik moral.
E. Penegasan Istilah
Agar tidak
menimbulkan banyak penafsiran maka perlu ditegaskan istilah-istilah yang
terdapat pada judul peneltian ini.
1.
Kritik
Kata kritik berarti
kecaman atau tanggapan. Kata kecaman mengandung kemungkinan arti yang positif
yaitu penyelidikan yang cermat. Tetapi kata
tersebut mengandung pula kemungkinan arti negatif yaitu sebagai celaan.
2. Moral
Kata moral memiliki
makna bahwa di dalam sebuah masyarakat, aturan masih sasngat menentukan
nilai-nilai norma, tujuannya sebagai patokan atau nilai di dalam kehidupan
masyarakat. Selain itu, norma juga sebagai landasan tingkah laku agar
masyarakat tersebut bermoral. Moral dalam filsafat merupakan suatu konsep yang
telah dirumuskan oleh sebuah masyarakat untuk menentukan kebaikan dan
keburukan. Oleh karena itu, moral merupakan suatu norma tentang kehidupan yang
telah memberikan kedudukan istimewa dalam kegiatan atau kebaikan dalam suatu
masyarakat (Murywantobroto, 2008:46).
3. Teks lagu
Teks lagu adalah
contoh puisi umum. Teks lagu adalah paparan bahasa berwujud kata-kata yang
digunakan pencipta lagu untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginannya
secara tertulis untuk mencapai efek keindahan (Waluyo:1995:39)
4. Alternatif
Alternatif
merupakan pilihan diantara dua atau beberapa kemungkinan (Depdiknas,2003:33).
5.
Pembelajaran
Pembelajaran
merupakan salah satu faktor dari faktor-faktor pendidikan. Pembelajaran dapat
diberi pengertian sempit yang terbatas pada pembelajaran di sekolah-sekolah,
dengan demikian termasuk dalam ilmu pendidikan praktis. Pembelajaran juga dapat
diberi pengertian yang luas, yang mencakupi semua upaya belajar.
F. Metode Penelitian
Metode penelitian
adalah suatu usaha untuk suatu pengetahuan, usaha yang dilakukan dengan
menggunakan metode ilmiah. Sebuah penelitian sangat diperlukan penggunaan
metode, karena metode merupakan cara kerja yang sistematis untuk memermudah
dalam memeroleh data dan menganalisis data. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskripsi, metode analisis, kajian kepustakaan,
dengan pendekatan Sosiologi sastra.
1.
Metode
analisis deskriptif
Menurut Aminudin
(1978 : 44) metode analisis deskriptif adalah suatu metode yang berusaha
memahami gagasan atau cara pengarang menampilkan gagasan atau mengimajinasikan
ide-idenya, sikap pengarang menampilkan gagasannya, elemen intrinsik itu
sehingga mmapu membangun adanya keselarasan dan kesatuan dalam membangun
totalitas bantuk maupun totalitas maknanya. Di dalamnya terdapat upaya
mendeskripsikan, mencatat, analisis dan menginterpretasikan kondisi-kondisi
yang sekarang ini terjadi atau ada.
2. Metode
Kualitatif Dekkriptif
Metode ini
memberikan perhatian terhadap data ilmiah, data dalam hubungannya dengan
konteks keberadaanya. Cara-cara inilah yang mendorong metode kualitatif
dianggap sebagai multi metode sebab penelitian pada gilirannya melibatkan
sejumlah besar gejala sosial yang relevan (Ratna, 2009:47).
3.
Kajian
Kepustakaan
Kajian kepustakaan
disebut juga metode dokomentasi karena penyelidikan benda-benda seperti buku.
Metode ini digunakan untuk mencari teori, konsep-konsep yang dapat dijadikan
landasan teori atau mencari teori-teori baru dan data-data yang relevan dengan
penelitian. Penulis menggunakan referensi sebagai acuan sehingga buku-buku yang
berkenaan dengan ilmu sastra dalam disiplin ilmu lain yang relevan sehingga
dapat menunjang pemecahan masalah.
4.
Pendekatan
Sosiologi Sastra
Sosiologi sastra
adalah cabang ilmu sastra yang memelajari sastra dalam hubungan dengan
kenyataan sosial (Dick Hartoko & B. Rahmanto melalui Noor,2007:89). Menurut
Noor (2007:90), sosiologi sastra adalah penafsiran teks secara sosiologis.
Sedangkan menurut Semi (1989:53), sosiologi sastra adalah suatu telaah
sosiologi terhadap suatu karya sastra.
5.
Langkah kerja
penelitian
Dalam melakukan
penelitian dilakukan beberapa tahap sebagai berikut:
a. Menentukan pokok permasalahan yang akan diteliti
b. Menghimpun data penelitian
c. Mengklasifikasi data penelitian
d. Menganalisis data penelitian
e. Menafsirkan hasil analisis data
f. Mengaplikasikan nilai moral dalam pembelajaran
sastra di SMP model atau metode pembelajaran sastra.
6. Data
Penelitian
Data penelitian ini
menggunakan teks lagu Kamar Gelap
Karya Efek Rumah Kaca Produksi Jangan
Marah Records.
7. Variabel
Penelitian
Variabel adalah
faktor atau unsur yang ikut menentukan perubahan (KBBI, 2003:1258). Variabel
penelitian ini adalah:
a. Kritik moral yang terdapat dalam Kamar Gelap Karya Efek Rumah Kaca.
b. Alternatif pembelajaran moral dalam album Kamar Gelap pada siswa SMP
8.
Sumber data
Sumber data dalam
penelitian ini berupa teks lagu yang terdapat dalam album Kamar Gelap Karya Efek Rumah Kaca.
9.
Populasi dan
sampel
a. Populasi
Populasi adalah
keseluruhan objek penelitian, apabila seseorang meneliti semua elemen yang ada
di wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan populasi. (Arikunto,
1998:108). Populasi di dalam pengertian ini adalah semua teks lagu yang
terdapat dalam album Kamar Gelap
Karya Efek Rumah Kaca yang dirilis pada tahun 2008 dan di dalamnya terdapat
(12) teks lagu. Dua belas teks lagu ini merupakan objek penelitian atau
populasi dari penelitian ini. Teks lagu yang ada dalam Album Kamar Gelap Karya Efek Rumah Kaca ini
adalah “Tubuhmu Membiru”, “Kau dan Aku Menuju Ruang Hampa”, “Mosi Tidak
Percaya”, “Kenakalan Remaja di Era Informatika”, “Hujan Jangan Marah”, “Jangan
Bakar Buku”, “Banyak Asap Di sana”, “Menjadi Indonesia”, “Lagu Kesepian”,
“Laki-laki Pemalu”, “Balerina”, dan “Kamar Gelap”.
b. Sampel
Menurut Arikunto,
(1997:117) sampel adalah sebagian atau
wakil populasi yang diteliti. Pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu
dengan menggunakan teknik sampel nonrandom sampling. Dalam teknik ini, tidak
semua anggota populasi mempunyai kemungkinan yang sama untuk kesempatan yang
sama untuk dijadikan anggota sampel. Di dalam teknik nonrandom sampling dibagi
menjadi lima jenis, yaitu sampel sistematis, sampel kuota, sampel insidental,
sampel purposive dan sampel nowball (Semi, 1993:43-44).
Dari (5) cara
pengambilan sampel tersebut, peneliti menggunkan sampel purposive, yaitu sampel
yang ditetapkan dengan jalan mengambil secara sengaja anggota populasi yang
mempunyai ciri spesifik yang dimilikinya dengan menyesuaikan dengan tujuan yang
hendak dicapai (Semi, 1990:44). Ciri spesifik yang dipakai untuk memilih sampel album Kamar Gelap dilihat dari tiap judul teks lagu dalam Album Kamar Gelap yang berisikan tentang
kritik moral yaitu memotret ragam perilaku manusia dalam hidup bermasyarakat.
Dalam penelitian
ini populasi yang diambil adalah (12) teks lagu karya Efek Rumah kaca dalam
album Kamar Gelap. Sedangkan karya
yang dijadikan sampel ada (6) teks lagu dari (12) teks lagu ini menggunakan
bahasa Indonesia.
Dari (12) teks lagu
karya Efek Rumah Kaca dalam album Kamar Gelap, yang dijadikan sampel untuk
penelitian ini ada (6) teks lagu yang di dalam mengandung tentang pesan moral.
Enam teks lagu yang diambil sebagai sampel dari Karya Efek Rumah Kaca dalam
album Kamar Gelap adalah sebagai berikut:
1) Kenakalan
Remaja Di Era Informatika
2) Mosi Tidak
Percaya
3)
Hujan Jangan
Marah
4)
Jangan Bakar
Buku
5) Banyak Asap
di sana
6)
Menjadi
Indonesia
Dari keenam judul
teks lagu tersebut menggambarkan potret sosial kehidupan mesyarakat dan di
dalamnya terdapat kritik moral.
G.
Sistematika Penulisan Penelitian
Dari uraian
tersebut, maka sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah:
Bab I Pendahuluan.
Bab ini menguraikan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian,
pendekatan penelitian dan sistematika
penulisan penelitian.
Bab II Landasan
Teori. Bab ini menguraikan pengertian puisi, unsur-unsur puisi, kritik moral,
dan pembelajaran sastra di SMP.
Bab III Analisis
kritik moral dalam teks lagu album Kamar
Gelap karya Efek Rumah Kaca Produksi Jangan
Marah Records dan alternatif pembelajaran sastra di SMP.
Bab IV Penutup. Bab
ini berisi simpulan dan saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Puisi
1.
Pengertian Puisi
Puisi adalah jenis
karya sastra yang bentuknya dipilih dan ditata dengan cermat sehingga mampu
mempertajam kesadaran orang akan suatu pengalaman dan membangkitkan tanggapan
khusus lewat bunyi, irama dan makna khusus (Sugiono,2003:159).
Slamet Mulyana
(dalam Semi, 1998:93) mendefinisikan puisi adalah sintesis dari perbagai bahasa
yang telah tersaring semurni-murninya dan berbagai proses jiwa yang mencari
hakikat pengalamnnya, tersusun dengan sistem korespondensi dalam salah satu
bentuk.
Puisi adalah karya
sastra dengan bahasa yang dipadatkan dipersingkat dan diberi irama dengan bunyi yang padu serta pemilihan kata-kata
kias atau imajinatif (Waluyo, 2003:1).
Puisi dapat dikaji
struktur dan unsur-unsurnya mengingat
bahwa puisi adalah struktur yang tersusun dari bermacam-macam unsur dan saran
kepuitisannya (Pradopo, 2001 : 1).
Shanoon Ahmad
(dalam Pradopo, 2005 : 7) menegaskan unsur-unsur yang terkandung dalam
puisi berupa emosi, imajinasi, ide,
nada, irama,kesan, panca indra, susunan kata-kata secara luas dan perasaan yang
bercampur baur.
2.
Teks Lagu Sebagai Puisi
Berdasarkan proses
kelahirannya teks lagu dapat disejajarkan dengan puisi. Sebab teks lagu dan
puisi sama-sama terlahir dari hasil kreatif seorang penyair atau pengarang
dalam mengungkapkan ide-ide cemerlangnya. Sesungguhnya itu bila dilihat dari
wujud lirik lagu dapat dianalisis dengan ciri-ciri yang terdapat dalam puisi. Sebuah teks lagu diciptakan oleh pengarang melalu proses perenungan
yang membutuhkan waktu yang panjang dan pemikiran yang mendalam. Di dalam
proses perenungan tersebut, pengarang teks lagu menggunakan sumber-sumber
inspirasinya yang mengandung ide, gagasan maupun kritik. Sumber-sumber
inspirasi yan digunaan pengarang teks lagu dapat berupa pengalaman pribadi,
khayalan, pengamatan dan pengalaman oran lain yang diceritakan. Melalui
sumber-sumber inspirasi tersebut maka seseorang dapat menciptakan lirik lagu (Semi, 1993 2).
Pada dasarnya lirik
lagu sama dengan puisi, oleh karena itu lirik lagu dapat dianalisis dengan ciri
yang ada dalam puisi, dengan alasan tersebut lirik lagu dapat dijadikan sebagai
objek penelitian. Sebuah teks lagu diciptakan oleh pengarang melalui proses
perenungan yang membutuhkan waktu yang lama dan pemikiran yang mendalam. Dalam
proses perenungan tersebut, untuk mendapatkan hasil yang optimal pencipta
berusaha mencurahkan semua inspirasi yang ada di dalam benaknya melalui
pengalaman pribadi dengan alam sekitar, khayalan, serta kejadian yang ada di lingkungan
pengarang. Ungkapan sang perasaan penyair dalam setiap lirik-lirik sebuah teks
lagu dapat menarik perhatian, membangkitkan semangat, dan mengubah ideologi
bagi pendengar (Semi 1993 : 3).
B.
Unsur-unsur
Pembangun Puisi
Sebuah puisi adalah
sebuah struktur yang terdiri dari unsur-unsur pembangun, unsur-unsur tadi
dinyatakan bersifat padu karena tidak dapat dipisahkan tanpa mengaitkan unsur
yang lainnya. Unsur-unsur itu bersifat fungsional dalam kesatuannya dan juga
bersifat fungsional terhadap unsur lainnya. Unsur pembangun puisi terdiri dari
unsur fisik dan unsur batin. Unsur fisik meliputi: bunyi, imaji, kata, gaya
bahasa sedangkan unsur batin meliputi:tema, perasaan, nada, dan amanat. Untuk menemukan
kritik moral yang terdapat dalam sebuah
teks lagu, tidak semua unsur digunakan. Adapun unsur fisik yang dipakai adalah
diksi, citraan (imagery). Sedangkan
unsur batin yang dipakai meliputi feeling,
sense, tone, dan amanat (pesan).
a. Unsur Fisik Puisi
Unsur fisik atau bangun struktur puisi adalah
unsur pembentuk puisi yang dapat diamati secara visual. Suatu unsur pembangun
puisi untuk menimbulkan bunyi konsonan dan vokal yang tersusun sehingga
menimbulkan bunyi yang merdu dan berirama. Dari bunyi musik murni ini dapatlah
mengalir perasaan, imajinasi-imajinasi dalam pikiran atau pengalaman-pengalaman
jiwa pendengarnya (pembacanya). Karena kemerduannya itu, menimbulkan pengalaman
jiwa yang mengagumkan (Pradopo, 2005:27).
1) Citraan (Imagery)
Citraan (imagery)
adalah gambaran-gambaran angan dalam puisi untuk memperjelas peristiwa,
menimbulkan suasana yang khusus, untuk membuat (lebih) hidup gambaran dalam
pikiran dan penginderaan, serta menarik perhatian. Citraan dalam puisi terdiri
atas citraan penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, pengecapan dan
gerak (Pradopo,1995:79).Citraan penglihatan
Citraan penglihatan adalah citraan
yang timbul oleh penglihatan. Citraan ini memberi rangsangan kepada indera
penglihatan, sehingga hal-ha yang tak terlihat seolah-olah terlihat.
a) Citraan
pendengaran
Citraan pendengaran adalah citraan
yang dihasilkan dengan menyebutkan atau menuraikan bunyi suara. Citraan ini
memberi rangsangan kepada indera pendengaran, sehingga kata-kata itu
seolah-olah mengeluarkan bunyi, dan pembaca dapat menangkap bunyi.
b)
Citraan
perabaan
Citraan perabaan adalah citraan yang
ditimbulkan atau berkaitan dengan kulit.
c) Citraan
penciuman
Citraan penciuman adalah citraan yang berkaitan
dengan hidung.
d) Citraan
pengecapan
Citraan pengecapan adalah citraan yang berkaitan dengan indera perasa atau lidah.
e)
Citraan gerak
Citraan gerak merupakan citraan yang menggambarkan
sesuatu yang sesungguhnya tidak bergerak namun seolah-olah bergerak.
2) Diksi
Diksi (pemilihan
kata) merupakan unsur yang sangat berperan untuk mengungkapkan perasaan
pengarang. Melalui diksi tersebut, pengarang ingin mengungkapkan perasaannya
secara jelas dan tepat agar penikmat mampu ikut mengalami apa yang dirasakan
dan diekspresikan oleh pengarang. Penempatan kata yang mengakibatkan gaya kalimat
di samping ketepatan pemilihan kata, memegang peranan penting dalam penciptaan
sastra. (Pradopo,2008:59). Pengarang hendaknya sangat cermat dengan pilihan
kata yang akan digunakan, agar tidak terjadi kesalahpahaman antar pengarang
dengan penikmat puisi, selain itu agar apa yang ingin diungkapkan pengarang
dapat terpahami dengan jelas.
Pemilihan kata
(diksi) dapat diperoleh dengan berbagai cara agar diperoleh diksi puitis. Salah
satu cara untuk mendapatkan kepuitisan itu adalah menggunakan bahasa kiasan atau
figurative languange (Murywantobroto,
Mei Fita, 2008:61).
3) Bahasa kiasan
Majas (bahasa
kiasan) merupakan salah satu unsur puisi yang dapat menimbulkan kesan
keindahan. Bahasa kiasan ini dapat menjadikan puisi lebih menarik sehingga
penikmatnya dapat melihat suatu kesenangan. Bahasa kiasan ini juga memperjelas
apa yang diimajinasikan oleh pengarang. Membandingkan suatu imajinasi pengarang
dengan pembaca karyanya. Jenis-jenis kiasan yang akan menjadi perbandingan
adalah metafora, perumpamaan epos (epic simile), personifikasi, metonimi, dan
sinedoke (synecdoche).
a) Metafora
Metafora merupakan
suatu kiasan yang melihat sesuatu dengan perantaraan benda lain. Pengungkapan
maknanya dilakukan secara tersirat untuk mengungkapkan makna sebenarnya dalam
puisi. Metafora tidak menggunakan kata pembanding seperti: bagai, bagaikan, dan
sebagainya. Sehingga langsung saja dalam pembahasan ini menuju ke pokok kedua
(Keraf, 2009: 139). Pembagian pokok pertama dan kedua berdasar bahwa metafora
terdiri dari dua bagian (term), yaitu term pokok (principal term) dan term
kedua (secondary term).
b) Perumpamaan epos (epic simile)
Perumpamaan epos
adalah perbandingan yang dilanjutkan, atau diperpanjang, yaitu dibentuk dengan
cara melanjutkan sifat-sifat pembandingnya lebih lanjut dalam kalimat-kalimat
atau frase-frase yang berturut-turut (Murywantobroto, Mei Fita, 2008: 63).
Perbandingan lebih lanjut tak hanya dalam kata-kata namun sudah merujuk kepada
bait-bait yang ada dalam puisi sehingga menimbulkan penciteraan yang lebih jelas
dalam imajinasi pengarang yang ingin disampaikan kepada pembaca.
c) Personifikasi
Kiasan ini
mempersamakan benda dengan manusia, benda-benda mati dibuat dapat berbuat,
berpikir, dan sebagainya seperti manusia. Personifikasi ini banyak digunakan
para penyair dari dahulu hingga sekarang (Pradopo, 2009: 75). Personifikasi
membuat benda mati seperti hidup, sehingga memberi kejelasan yang sangat jelas
sehingga pembaca atau penikmat mengetahui dengan jelas apa yang disampaikan
pengarang.
d) Metonimi
Metonimi adalah
pengungkapan dengan menggunakan suatu realitas tertentu, baik nama orang,
benda, atau sesuatu yang lain yang menampilkan makna-makna tertentu
(Murywantobroto, Mei Fita, 2008: 65). Menurut Altenbernd, metonimi ini dalam
bahasa Indonesia sering disebut kiasan pengganti nama. Bahasa ini merupakan
penggunaan sebuah attribute sebuah objek atau penggunaan sesuatu yang sangat
dekat berhubungan dengannya untuk menggantikan objek tersebut (Pradopo,
2009:77).
e) Sinekdoke (synecdoche)
Sinekdoke adalah
bahasa kiasan yang menyebutkan suatu bagian yang penting suatu benda (hal)
untuk benda atau hal ittu sendiri. Altenbernd (melalui Pradopo, 2009: 78).
Sinekdoke ada dua macam yaitu pars pro
toto (sebagian untuk keseluruhan) dan totem
pro parte (keseluruhan untuk sebagian).
b. Unsur Batin Puisi
Waluyo (2005 : 102) menyatakan bahwa
unsur batin puisi mengungkapkan yang hendak dikemukakan oleh penyair dengan
perasaan dan jiwanya. Unsur batin puisi adalah medium untuk mengungkapkan makna
yang hendak disampaikan penyair.
Sedangkan Richard (melalui Waluyo,
2005 : 106) menyebut makna atau unsur batin puisi dengan istilah hakikat puisi.
Ada empat unsure hakikat puisi, yakni :
tema (sense), perasaan (feeling), nada (tone) dan amanat
1)
Tema (Sense)
Tema merupakan gagasan pokok yang dikemukakan
oleh penyair. Pokok pikiran atau peresoalan itu begitu kuat mendesak dalam jiwa
Penyair sehinnga menjadi landasan utama pengucapannya.
Jika desakan yang kuat itu berupa hubungan antara penyair dengan Tuahan, maka
puisinya bertema Ketuhanan. Jika desakan yang kuat berupa rasa belas kasih atau
kemanusiaan. Maka puisinya bertema kemanusiaan. Jika yang kuat adalah dorongan
untuk memprotes ketidakadilan, maka tema puisinya adalah protes/kritik
sosial(Waluyo,2005 : 106-107).
Jadi, tema puisi itu harus dihubungkan
dengan penyairnya, dengan konsep-konsepnya yang terimajinasikan. Oleh sebab
itu, tema bersifat khusus (penyair), tetapi obyektif (bagi semua penafsir) dan
lugas atau tidak dibuat-buat.
2)
Rasa (Feeling)
Rasa atau feeling adalah
sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang
terkandung di dalam puisi (Waluyo, 2005 : 120).
Menurut Waluyo (2005 : 121) dalam
menciptakan puisi, suasana perasaan penyair ikut diekspresikan dan harus
dihayati. Rekaman dan pengalaman merupakan suatu proses penciptaan karya dalam
alam pikiran manusia dari beberapa peristiwa atau suatu hal yang sempat
didengar, dilihat, dan dialami, dikembangkan dengan rasa yang dimiliki
masing-masing penyair.
Subjektivitas yang ada dalam penyair
akan member warna tersendiri terhadap hasil yang disampaikan. Kesan dan warna
tersebut dapat timbul bergantung kemampuan penyair dalam proses pemadatan
sebagai bentuk ekspresinya ke dalam bentuk puisinya tersebut. Dengan demikian
dari isi puisi bisa dilihat pikiran, perasaan, dan emosi penyair.
Sikap penyair itu antar lain ; sikap
simpati dan antipasti. Rasa senang dan tidak senang, rasa benci, rindu, setia
kawan dan sebagainya.
3)
Nada atau Suasana (Tone)
Dalam menulis puisi
penyair mempunyai sikap tertentu terhadap pembaca apakah dia ingiun bersikap
menggurui, menasehati, mengejek, menyindir, ataupun bersifat lugas hanya
menceritakan kepada pembaca puisi yang diebut nada puisi. (Waluyo, 2005 : 125 ). Sehingga penikmat puisi akan semakin terbawa
ke dalam alam batin pengarangnya.
Sedangkan suasana puisi adalah
keadaan jiwa pembaca setelah puisi itu akibat pskologis yang ditimbulkan puisi
itu terhadap pembaca. Nada duka yang diciptakan penyair dapat menimbulkan
suasana iba hati pembaca. Nada kritik yang diberikan penyair dapat memberikan
suasan penuh pemberontakan bagi pembaca.
4) Amanat (Pesan)
Amanat yang dimaksud disini adalah
pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca. Tujuan amanat merupakan hal yang
mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Amanat tersirat dibalik kata-kata
yang dipakai penyair dan juga berada dibalik tema yang diungkapkan. Amanat
dapat ditelaah setelah memahami tema, rasa, dan nada puisi (Waluyo,2005 : 130).
Keempat unsure yang diungkapkan di
atas tidaklah sebagai unsure yang berdiri sendiri tetapi merupakan satu
kesatuan sehingga unsure satu dengan unsure yang lain dalam puisi itu saling
berhubungan dan merupakan kesatuan yang utuh, maka Tarigan (1986 : 26)
menyatakan sebagai catur tunggal.
C. Kritik
Moral
Kritik adalah menilai. Moral memegang peranan
penting dalam kehidupan manusia yang berhubungan dengan baik buruknya perbuatan
manusia. Karena moral adalah norma yang mengatur tingkah laku manusia. Aturan
tingkah laku baik dan buruk ini dapat mendasarkan diri pada norma-norma yang
berada dalam masyarakat, atau dapat pula berdasarkan norama-norma agama (Semi,
1987:71).
Seperti diketahui kata moral berasal
dari kata Latin Mores. Mores berasal dari kata mos yang berarti kesusilaan,
tabiat atau kelakuan. Moral dngan demikian dapat diartikan ajara kesusilaan.
Moralitas berarti hal mengenai kesusilaan.
Dalam
Segi kehidupan
manusia yang ditampilkan dalam sebuah karya sastra mengandung ajaran moral.
Dari sebuah karya sastra dapat diangkat suatu ajaran moral atau pesan yang
ingin disampaikan oleh pengarang. Jadi moral dalam sebuah karya sastra dapat
dipandang sebagai amanat atau pesan dalam kehidupan masyarakat (Sudjiman, 1989:
71).
Moral
itu sendiri sangat berhubungan erat dengan etika, yang merupakan cabang filsafat yang objeknya adalah tingkah laku
manusia ditinjau dari nilai baik
dan buruk. Moral memegang peranan penting dalam kehidupan manusia yang berhubungan debgan baik-buruknya
perbuatan manusia. Masalah moral, tingkah laku, dan budi pekerti manusia,
merupakan kebutuhan untuk mendidik manusia menjadi dapat menghargai dan
menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Dengan demikian moral adalah kesluruhan
yang mengatur tingkah laku manusia dikehidupan masyarakat untuk melaksanakan
perbuatan-perbuatan yang baik dan benar (Daroeso, 1986:27).
5. Alternatif
Pembelajaran Kritik Moral
Kegiatan belajar
mengajar yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi adalah sebagai suatu
proses dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Guru dengan sadar berusaha
mengatur lingkungan belajar agar bergairah bagi anak didik. Salah satu usaha
yang tidak pernah guru tinggalkan adalah, bagaimana memahami kedudukan metode
sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan
belajar mengajar. Pada pembelajaran sastra melalui kritik moral dapat
menggunakan beberapa metode. Metode-metode tersebut yaitu:
a. Metode diskusi
Metode diskusi adalah cara penyajian
pelajaran dengan cara siswa-siswa diahadapkan kepada suatu masalah yang bisa
berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan
dipecahkan bersama. Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar
yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Di dalam diskusi ini proses
belajar mengajar terjadi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling
tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah (Djamarah, 2006:87).
Dalam pembelajaran sastra melalui
kritik moral, guru menyuruh siswa membetuk kelompok untuk mendiskusikan karya
sastra jenis puisi dan mencari unsur-unsur moral dalam puisi tersebut.
b. Metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara
penyajian pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu
proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya
ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan. Dengan metode
demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan
secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Siswa
juga dapat mengamati dan memperlihatkan apa yang diperlihatkan selama kegiatan
belajar berlangsung (Djamarah, 2006: 90).
Berkaitan dengan pembelajaran moral
melalui karya sastra, seorang guru dapat melakukan demonstrasi dengan cara
membaca puisi di dalam ruang kelas. Agar siswa merasa tertarik dan antusias
karena seorang pendidik sudah memberikan contoh kepada siswa dan bukan hanya
memerintah siswa.
c. Metode ceramah
Metode ceramah adalah metode yang
boleh dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu metode ini telah
dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antarguru dengan siswa dalam proses
belajar mengajar. Cara mengajar dengan ceramah dapat dikatakan juga sebagai
teknik kuliah, merupakan suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan
keterangan atau informasi tentang suatu pokok permasalahan secara lisan
(Djamarah, 2006: 97).
Seorang guru dalam pembelajaran sastra
yang berkaitan dengan kritik moral harus dapat bercerita tentang masalah sosial
dengan menggunakan media puisi atau lirik syair yang benar-benar berkualitas
dilihat dari diksi dan gaya bahasa.
DAFTAR PUSTAKA
Fananie. Zaenuddin.2001. Telaah Sastra. Surakarta : Muhammadiyah
University Press.
Waluyo, Hermany.1987.Teori dan Apresiasi Puisi.Jakarta:
Erlangga
Babirin, Rahminah.1990.Teori daan Apresiasi Puisi. Semarang :
IKIP Semarang Press
Aminuddin.1995. Pengantar Apresiasi Karya Sastra.Bandung:
Sinar Baru Algesindo
Semi, Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra.Bandung:Angkasa Raya
Arikunto,Suharsimi.1997. Prosedur Penelitian Suatu Praktek
.Jogjakarta : Rineka Cipta
Pradopo, Rachmat Djoko. 2005. Pengkajian Puisi.Yogyakarta : Gajahmada
University Press
Noor, Redyanto. 2004. Pengantar Pengkajian Sastra.Semarang:Fasindo
Semi, M. 1989. Kritik Sastra. Bandung : Angkasa
Sudjiman,Panuti.1989.Memahami Cerita Rekaan.Jakarta:Pustaka
Jaya
Daroesa.1986.Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila.Semarang:Aneka Ilmu
Zuriah, Nurul.2007. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam
Perspektif Perubahan. Jakarta : Bumi Aksara
Wellek, Rene & Austin Warren. Teori Kesusastraan di Indonesia oleh Melani
Budianta. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Damono, Sapardi Djoko. 1978. Sosiologi Sastra sebuah Pengantar Ringkas.
Jakarta:Depdikbud
Nurgiyantoro, Burhan.2007. Teori Pengkajian Fiksi.Yogyakarta:Gadjah
Mada University Press
Murywantobroto, MeiFita.2010.Aspek Budi Pekerti dalam Cerita. Semarang : IKIP PGRI Press
Harjanto. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Rineka
Cipta
Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta :
Rineka Cipta
Murywantobroto, Meifita. 2008. Mengenal Puisi. Semarang : IKIP PGRI
Press
Depdiknas.2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta :
Balai Pustaka
No comments:
Post a Comment