Laman

Saturday, June 23, 2012

KRITIK MORAL DALAM ALBUM KAMAR GELAPKARYA EFEK RUMAH KACA DAN ALTERNATIF PEMBELAJARANNYA DI SMP


A.    Latar Belakang
Karya sastra adalah hasil pekerjaan seni kreatif yang dipakai oleh pengarang untuk menyampaikan gagasan, pandangan hidup, tanggapan dengan cara menarik dan menyenangkan (Suharianto, 1982 : 19).
Karya sastra selalu menampilkan gambaran kehidupan, kehidupan itu sendiri merupakan realitas sosial. Dalam pengertian, kehidupan mencakup hubungan antara masyarakat, antara seseorang masyarakat, antara seseorang dengan masyarakatnya, antara manusia dengan manusia lain dan antara peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang (Damoko, 1984: 21). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa di dalam karya sastra terkandung gambaran-gambaran yang menyangkut aspek-aspek kehidupan suatu kelompok masyarakat atau seseorang.
Menurut Nurgiyantoro (2009: 25) sarana pengucapan sastra, sarana kesastraan (literaty devices) adalah teknik yang digunakan oleh pengarang untuk memilih dan menyusun detil-detil cerita (peristiwa dan kejadian) menjadi pola yang bermakna. Tujuan penggunaan sarana kesastraan adalah untuk memnungkinkan pembaca melihat fakta sebagaimana yang dilihat pengarang, menafsirkan makna sebagaimana yang ditafsirkan pengarang, dan merasakan pengalaman yang dirasakan pengarang.
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa dengan menggunakan sarana literer pengarang menyajikan cerita yang salah satu aspeknya mirip dengan kenyataan, sehingga merangsang keinginan pembaca untuk mengetahui kelanjutan ceritanya dan juga ingin tahu sarana yang digunakan pengarang sehingga ceritanya menjadi hidup dan memikat pembaca.
Salah satu karya sastra adalah puisi. Melalui puisi-puisinya penyair dapat mengekspresikan pemikiran, pengalaman, pengetahuan, dan perasaanya. Yang diubah dalam wujud paling berkesan. Dengan demikian, hasil karyanya mampu membuat jiwa penikmat dapat merasakan hal yang dialami dan dirasakan penyair. Terlebih lagi saat ini, puisi berkembang dengan sangat pesatnya, terutama bentuk puisi populer yang lebih dikenal dengan teks lagu. Kemunculan dan kelahirannya sebagaimana bentuk puisi yang lain, juga dilatar belakangi oleh pengalaman tertentu. Pengalaman dapat berupa kesewenang-wenangan. Tingkah laku masyarakat dan gaya hidup. Pengalaman-pengalaman tersebut diungkapkan melalui bahasa yang berupa teks lagu berdasarkan tema tertentu, misalnya: kritik moral. Dengan demikian dapat dikatakan banyak puisi yang telah dipopulerkan melalui lagu (Pradopo,2005:10).
Interaksi sosial dalam masyarakat membuat masing-masing individu terikat oleh sistem kemasyarakatnya, yang pada hakikatnya tiap individu mempunyai harapan dan wawasan hidup yang berbeda antara satu dengan yang lain. Dalam keadaan yang demikian muncul kritik moral sebagai wujud dari sikap penolakkan individu atau kelompok terhadap kenyataan yang ada di sekelilingnya berdasarkan wawasan dan pengharapan masing-masing. Masalah kritik moral ini terlihat akibat adanya masalah-masalah dalam kehidupan masyarakat. Mulai dari masalah kesenjangan sosial, politik, asusila, pendidikan dan sebagainya. Kritik moral dapat diartikan sebagai protes terhadap masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
Kritik moral sering dijumpai dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, baik kritik positif maupun yang negatif dan disampaikan melalui berbagai media. Dalam hal ini teks lagu sebagai puisi dujadikan media penyampaian proses terhadap masalah yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Kritik moral biasanya disampaikan oleh anggota masyarakat baik perorangan maupun kelompok sebagai tanggapan atau respon terhadap kenyataan atau peristiwa yang terjadi di hadapannya.
Seorang pendidik atau guru haruslah menjadi model, sekaligus menjadi mentor dari peserta didi, dalam mewujudkan nilai-nilai moral pada kehidupan sekolah. Tanpa guru atau pendidik sebagai model, sulit untuk diwujudkan suatu pranat sosial (sekolah) yang dapat mewujudkan nilai-nilai kebudayaan. Seorang pendidik dapat mengajarkan pendidikan moral di sekolah melalui pembelajaran sastra jenis puisi atau lirik lagu, lirik lagu yang diperkenalkan akan lebih berarti apabila merupakan lagu-lagu sederhana yang mempunyai makna dan berkaitan denga kehidupan manusia, bukan hanya nyanyian yang sedang populer. Siswa dapat diajak membahas arti syair lagu tersebut. Sehingga siswa merasa nyaman dalam belajar dan seolah merasakan berada di lingkungan masyarakat langsung dan mengetahui aturan bagaimana hidup bermasyarakat yang baik (Zuriah, 2007: 40).
Kecenderungan negatif di dalam kehidupan remaja dewasa ini, terutama di kota-kota sering terjadi perkelahian, tawuran  di kalangan anak-anak SMP, perkelahian di kalangan mahasiswa bahkan telah merembet menjadi tawuran antarkampung. Hal ini baru merupakan sebagian, dari perilaku menyimpang di kalangan remaja, serta masyarakat yang sedang sakit. Para generasi muda telah kehilangan pegangan dan keteladanan dalam meniru perilaku yang etis. Mereka kehilangan model orang dewasa yang dapat digugu dan ditiru. Gejala kehidupan pemimpin masyarakat yang diistilahkan di dalam gaya hidup KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme) menunjukkan bahwa masyarakat itu sendiri juga telah kehilangan pegangan nilai-nilai moralnya.
Tidak mengherankan apabila generasi muda yang kehilangan pegangan di dalam lingkungan primernya, yaitu keluarga menghadapi keadaan yang lebih parah di dalam masyarakat sekitarnya. Dengan demikian semakin terlihat fenomena meningkatnya tingkah laku kekerasan dari para remaja dan pemuda, ketidakjujuran, pencurian, krisis kewibawaan, menurunnya etos dan etika kerja, penyelewengan seksual, meningkatnya egoisme dan menurunnya tanggung jawab warga negara. Dengan singkat para remaja cenderung kepada tingkah laku yang self destructive dan kebutaan etika.
Konsep dasar pengajaran sastra dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) secara substansi menunjukkan posisi pengajaran sastra lebih dideskripsikan secara jelas dan operasional. Menurut Rahmanto (1993: 15), pengajaran sastra harus kita pandang sebagai sesuatu yang penting yang patut menduduki tempat yang selayaknya. Jika pengajaran sastra dilakukan dengan cara yang tepat, maka pengajaran sastra dapat juga memberikan sumbangan yang besar untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang cukup sulit untuk dipecahkan di dalam masyarakat.
Tujuan umum pembelajaran sastra di sekolah merupakan bagian dari tujuan penyelenggaraan pendidikan nasional yaitu mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Pembelajaran sastra membawa siswa untuk produktif.
Agar siswa dapat menyukai pelajaran sastra maka diperlukan adanya alternatif pembelajaran sastra. Alternatif pembelajaran sastra tersebut dapat dilakukan dengan memelajari tentang kritik moral yang terkandung di dalam sebuah karya sastra yaitu puisi. Dengan Kompetensi dasar : menganalisis unsur-unsur puisi atau syair yang diperdengarkan. Ini dimaksudkan agar peserta didik memahami unsur fisik puisi dan unsur batin puisi yang berkaitan dengan kritik moral. Indikatornya adalah menganalisis unsur fisik dan unsur batin dalam puisi. Dari Kompetensi dasar tersebut tujuan pembelajaran yang ingin dicapai yaitu siswa dapat menuliskan kritik moral melalui analisis unsur fisik dan unsur batin puisi.
Dalam hal ini puisi dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran sastra. Pemilihan teks lagu album Kamar Gelap Karya Efek Rumah Kaca dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran mengenai kritik moral. Dengan menggunakan teks lagu album Kamar Gelap Karya Efek Rumah kaca sebagai alternatif pembelajaran sastra diharapkan dapat mempermudah dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sehingga memunculkan gagasan untuk mengungkap letak titik moral yang terdapat teks lagu dihubungkan dengan materi pembelajaran sastra di SMP mengenai kritik tentang berbagai bentuk karya sastra Indonesia.
Siswa akan mudah menangkap isi atau pesan yang disampaikan pengarang melalui sebuah karya yang dekat dengan kehidupan siswa, yaitu lagu. Lagu menyuguhkan bunyi, nada, irama, diksi, dan pesan. Salah satu band yang menyuguhkan karya yang dekat dengan puisi dilihat dari gaya bahasa, unsur kata, dan pesan adalah Efek Rumah Kaca.
Efek Rumah kaca, salah satu band indie yang berasal dari Jakarta beranggotakan Cholil Mahmud (Gitar dan vocal), Adrian Yuan Faisal (bass dan vocal latar) dan Akbar (Drum) yang terbentuk pada tahun 2001. Setelah mengalami beberapa kali perubahan personil, akhirnya mereka memantapkan diri mereka dengan formasi 3 orang dalam band-nya. Sebelumnya, band ini bernama “Hush” yang kemudian pada tahun 2006 menjadi Efek Rumah Kaca atas saran Bin Harlan Boer (ex  vocalist C’Mon Lennon).
Dalam albumnya yang berjudul sama dengan nama bend mereka (self titled) yaitu Efek Rumah Kaca, mereka mengikutsertakan 12 lagu yang telah mereka rilis sejak tahun 1998. Di tahun 2008, mereka merilis album kedua yang diberi judul Kamar Gelap yang tetap pedas menggigit dari segi penulisan liriknya.
Title album “Kamar Gelap” diambil dari lagu berjudul sama di album kedua ini. Kamar gelap adalah representasi konsep bemusik Efek Rumah kaca, yaitu memotret realitas ragam fenomena sosial. Untuk menyempurnakannya, Efek Rumah Kaca berkarya bersama Angki Purbandono, seorang seniman berbasis fotografi dari ruang MES 56, Yogyakarta. Yang menangani arahan seni kemasan album ini. Sebuah paket musik dan fotografi.

B.     Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.       Bagaimanakah kritik moral dalam album Kamar Gelap karya Efek Rumah Kaca?
2.       Bagaimanakah pembelajaran kritik moral dalam album Kamar Gelap Karya Efek Rumah Kaca  di SMP?

C.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan Permasalahan tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1.       Mendeskripsikan kritik moral dalam album Kamar Gelap Karya Efek Rumah Kaca.
2.    Mendeskripsikan pembelajaran kritik moral dalam album Kamar Gelap Karya Efek Rumah Kaca  di SMP.
D.    Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.                  Manfaat Teoritis
a.       Penelitian ini berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan moral di lingkungan masyarakat, yang diwujudkan dalam bentuk karya sastra khususnya teks lagu. Dengan adanya kritik moral ini masyarakat mampu berperilaku sesuai etika.
2.                  Manfaat Praktis
a.       Manfaat bagi guru
Dapat memberikan wacana tentang perilaku atau moral dalam hidup di lingkungan masyarakat.
b.      Manfaat bagi siswa
Hal  penelitian ini secara praktis diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan  dalam mengapresiasi karya sastra, khususnya gambaran tentang teks lagu Karya Efek Rumah Kaca dalam album Kamar Gelap. Serta bermanfaat bagi pembaca khususnya yang berhubungan dengan kritik moral.

E.     Penegasan Istilah
Agar tidak menimbulkan banyak penafsiran maka perlu ditegaskan istilah-istilah yang terdapat pada judul peneltian ini.
1.      Kritik
Kata kritik berarti kecaman atau tanggapan. Kata kecaman mengandung kemungkinan arti yang positif yaitu penyelidikan yang cermat. Tetapi kata  tersebut mengandung pula kemungkinan arti negatif yaitu sebagai celaan.
2.         Moral
Kata moral memiliki makna bahwa di dalam sebuah masyarakat, aturan masih sasngat menentukan nilai-nilai norma, tujuannya sebagai patokan atau nilai di dalam kehidupan masyarakat. Selain itu, norma juga sebagai landasan tingkah laku agar masyarakat tersebut bermoral. Moral dalam filsafat merupakan suatu konsep yang telah dirumuskan oleh sebuah masyarakat untuk menentukan kebaikan dan keburukan. Oleh karena itu, moral merupakan suatu norma tentang kehidupan yang telah memberikan kedudukan istimewa dalam kegiatan atau kebaikan dalam suatu masyarakat (Murywantobroto, 2008:46).
3.       Teks lagu
Teks lagu adalah contoh puisi umum. Teks lagu adalah paparan bahasa berwujud kata-kata yang digunakan pencipta lagu untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginannya secara tertulis untuk mencapai efek keindahan (Waluyo:1995:39)
4.         Alternatif
Alternatif merupakan pilihan diantara dua atau beberapa kemungkinan (Depdiknas,2003:33).
5.          Pembelajaran
Pembelajaran merupakan salah satu faktor dari faktor-faktor pendidikan. Pembelajaran dapat diberi pengertian sempit yang terbatas pada pembelajaran di sekolah-sekolah, dengan demikian termasuk dalam ilmu pendidikan praktis. Pembelajaran juga dapat diberi pengertian yang luas, yang mencakupi semua upaya belajar.

F.     Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu usaha untuk suatu pengetahuan, usaha yang dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah. Sebuah penelitian sangat diperlukan penggunaan metode, karena metode merupakan cara kerja yang sistematis untuk memermudah dalam memeroleh data dan menganalisis data. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi, metode analisis, kajian kepustakaan, dengan pendekatan Sosiologi sastra.
1.        Metode analisis deskriptif
Menurut Aminudin (1978 : 44) metode analisis deskriptif adalah suatu metode yang berusaha memahami gagasan atau cara pengarang menampilkan gagasan atau mengimajinasikan ide-idenya, sikap pengarang menampilkan gagasannya, elemen intrinsik itu sehingga mmapu membangun adanya keselarasan dan kesatuan dalam membangun totalitas bantuk maupun totalitas maknanya. Di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada.
2.         Metode Kualitatif Dekkriptif
Metode ini memberikan perhatian terhadap data ilmiah, data dalam hubungannya dengan konteks keberadaanya. Cara-cara inilah yang mendorong metode kualitatif dianggap sebagai multi metode sebab penelitian pada gilirannya melibatkan sejumlah besar gejala sosial yang relevan (Ratna, 2009:47).
3.         Kajian Kepustakaan
Kajian kepustakaan disebut juga metode dokomentasi karena penyelidikan benda-benda seperti buku. Metode ini digunakan untuk mencari teori, konsep-konsep yang dapat dijadikan landasan teori atau mencari teori-teori baru dan data-data yang relevan dengan penelitian. Penulis menggunakan referensi sebagai acuan sehingga buku-buku yang berkenaan dengan ilmu sastra dalam disiplin ilmu lain yang relevan sehingga dapat menunjang pemecahan masalah.
4.         Pendekatan Sosiologi Sastra
Sosiologi sastra adalah cabang ilmu sastra yang memelajari sastra dalam hubungan dengan kenyataan sosial (Dick Hartoko & B. Rahmanto melalui Noor,2007:89). Menurut Noor (2007:90), sosiologi sastra adalah penafsiran teks secara sosiologis. Sedangkan menurut Semi (1989:53), sosiologi sastra adalah suatu telaah sosiologi terhadap suatu karya sastra.
5.         Langkah kerja penelitian
Dalam melakukan penelitian dilakukan beberapa tahap sebagai berikut:
a.       Menentukan pokok permasalahan yang akan diteliti
b.      Menghimpun data penelitian
c.       Mengklasifikasi data penelitian
d.      Menganalisis data penelitian
e.       Menafsirkan hasil analisis data
f.  Mengaplikasikan nilai moral dalam pembelajaran sastra di SMP model atau metode pembelajaran sastra.
6.       Data Penelitian
Data penelitian ini menggunakan teks lagu Kamar Gelap Karya Efek Rumah Kaca Produksi Jangan Marah Records.
7.         Variabel Penelitian
Variabel adalah faktor atau unsur yang ikut menentukan perubahan (KBBI, 2003:1258). Variabel penelitian ini adalah:
a.       Kritik moral yang terdapat dalam Kamar Gelap Karya Efek Rumah Kaca.
b.      Alternatif pembelajaran moral dalam album Kamar Gelap pada siswa SMP
8.         Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini berupa teks lagu yang terdapat dalam album Kamar Gelap Karya Efek Rumah Kaca.
9.            Populasi dan sampel
a.       Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian, apabila seseorang meneliti semua elemen yang ada di wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan populasi. (Arikunto, 1998:108). Populasi di dalam pengertian ini adalah semua teks lagu yang terdapat dalam album Kamar Gelap Karya Efek Rumah Kaca yang dirilis pada tahun 2008 dan di dalamnya terdapat (12) teks lagu. Dua belas teks lagu ini merupakan objek penelitian atau populasi dari penelitian ini. Teks lagu yang ada dalam Album Kamar Gelap Karya Efek Rumah Kaca ini adalah “Tubuhmu Membiru”, “Kau dan Aku Menuju Ruang Hampa”, “Mosi Tidak Percaya”, “Kenakalan Remaja di Era Informatika”, “Hujan Jangan Marah”, “Jangan Bakar Buku”, “Banyak Asap Di sana”, “Menjadi Indonesia”, “Lagu Kesepian”, “Laki-laki Pemalu”, “Balerina”, dan “Kamar Gelap”.
b.      Sampel
Menurut Arikunto, (1997:117) sampel adalah  sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik sampel nonrandom sampling. Dalam teknik ini, tidak semua anggota populasi mempunyai kemungkinan yang sama untuk kesempatan yang sama untuk dijadikan anggota sampel. Di dalam teknik nonrandom sampling dibagi menjadi lima jenis, yaitu sampel sistematis, sampel kuota, sampel insidental, sampel purposive dan sampel nowball (Semi, 1993:43-44).
Dari (5) cara pengambilan sampel tersebut, peneliti menggunkan sampel purposive, yaitu sampel yang ditetapkan dengan jalan mengambil secara sengaja anggota populasi yang mempunyai ciri spesifik yang dimilikinya dengan menyesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai (Semi, 1990:44). Ciri spesifik yang dipakai untuk  memilih sampel album Kamar Gelap dilihat dari tiap judul teks lagu dalam Album Kamar Gelap yang berisikan tentang kritik moral yaitu memotret ragam perilaku manusia dalam hidup bermasyarakat.
Dalam penelitian ini populasi yang diambil adalah (12) teks lagu karya Efek Rumah kaca dalam album Kamar Gelap. Sedangkan karya yang dijadikan sampel ada (6) teks lagu dari (12) teks lagu ini menggunakan bahasa Indonesia.
Dari (12) teks lagu karya Efek Rumah Kaca dalam album Kamar Gelap, yang dijadikan sampel untuk penelitian ini ada (6) teks lagu yang di dalam mengandung tentang pesan moral. Enam teks lagu yang diambil sebagai sampel dari Karya Efek Rumah Kaca dalam album Kamar Gelap adalah sebagai berikut:
1)          Kenakalan Remaja Di Era Informatika
2)           Mosi Tidak Percaya
3)           Hujan Jangan Marah
4)            Jangan Bakar Buku
5)             Banyak Asap di sana
6)              Menjadi Indonesia
Dari keenam judul teks lagu tersebut menggambarkan potret sosial kehidupan mesyarakat dan di dalamnya terdapat kritik moral.

G.    Sistematika Penulisan Penelitian
Dari uraian tersebut, maka sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah:
Bab I Pendahuluan. Bab ini menguraikan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, pendekatan penelitian dan sistematika  penulisan penelitian.
Bab II Landasan Teori. Bab ini menguraikan pengertian puisi, unsur-unsur puisi, kritik moral, dan pembelajaran sastra di SMP.
Bab III Analisis kritik moral dalam teks lagu album Kamar Gelap karya Efek Rumah Kaca Produksi Jangan Marah Records dan alternatif pembelajaran sastra di SMP.
Bab IV Penutup. Bab ini berisi simpulan dan saran.

BAB II
LANDASAN TEORI

A.    Puisi
1.      Pengertian Puisi
Puisi adalah jenis karya sastra yang bentuknya dipilih dan ditata dengan cermat sehingga mampu mempertajam kesadaran orang akan suatu pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat bunyi, irama dan makna khusus (Sugiono,2003:159).
Slamet Mulyana (dalam Semi, 1998:93) mendefinisikan puisi adalah sintesis dari perbagai bahasa yang telah tersaring semurni-murninya dan berbagai proses jiwa yang mencari hakikat pengalamnnya, tersusun dengan sistem korespondensi dalam salah satu bentuk.
Puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan dipersingkat dan diberi irama dengan  bunyi yang padu serta pemilihan kata-kata kias atau imajinatif (Waluyo, 2003:1).
Puisi dapat dikaji struktur dan unsur-unsurnya  mengingat bahwa puisi adalah struktur yang tersusun dari bermacam-macam unsur dan saran kepuitisannya (Pradopo, 2001 : 1).
Shanoon Ahmad (dalam Pradopo, 2005 : 7) menegaskan unsur-unsur yang terkandung dalam puisi  berupa emosi, imajinasi, ide, nada, irama,kesan, panca indra, susunan kata-kata secara luas dan perasaan yang bercampur baur.
2.      Teks Lagu Sebagai Puisi
Berdasarkan proses kelahirannya teks lagu dapat disejajarkan dengan puisi. Sebab teks lagu dan puisi sama-sama terlahir dari hasil kreatif seorang penyair atau pengarang dalam mengungkapkan ide-ide cemerlangnya. Sesungguhnya itu bila dilihat dari wujud lirik lagu dapat dianalisis dengan ciri-ciri yang terdapat dalam puisi. Sebuah teks lagu diciptakan oleh pengarang melalu proses perenungan yang membutuhkan waktu yang panjang dan pemikiran yang mendalam. Di dalam proses perenungan tersebut, pengarang teks lagu menggunakan sumber-sumber inspirasinya yang mengandung ide, gagasan maupun kritik. Sumber-sumber inspirasi yan digunaan pengarang teks lagu dapat berupa pengalaman pribadi, khayalan, pengamatan dan pengalaman oran lain yang diceritakan. Melalui sumber-sumber inspirasi tersebut maka seseorang dapat menciptakan lirik lagu (Semi, 1993 2).
Pada dasarnya lirik lagu sama dengan puisi, oleh karena itu lirik lagu dapat dianalisis dengan ciri yang ada dalam puisi, dengan alasan tersebut lirik lagu dapat dijadikan sebagai objek penelitian. Sebuah teks lagu diciptakan oleh pengarang melalui proses perenungan yang membutuhkan waktu yang lama dan pemikiran yang mendalam. Dalam proses perenungan tersebut, untuk mendapatkan hasil yang optimal pencipta berusaha mencurahkan semua inspirasi yang ada di dalam benaknya melalui pengalaman pribadi dengan alam sekitar, khayalan, serta kejadian yang ada di lingkungan pengarang. Ungkapan sang perasaan penyair dalam setiap lirik-lirik sebuah teks lagu dapat menarik perhatian, membangkitkan semangat, dan mengubah ideologi bagi pendengar (Semi 1993 : 3).
B.     Unsur-unsur Pembangun Puisi
Sebuah puisi adalah sebuah struktur yang terdiri dari unsur-unsur pembangun, unsur-unsur tadi dinyatakan bersifat padu karena tidak dapat dipisahkan tanpa mengaitkan unsur yang lainnya. Unsur-unsur itu bersifat fungsional dalam kesatuannya dan juga bersifat fungsional terhadap unsur lainnya. Unsur pembangun puisi terdiri dari unsur fisik dan unsur batin. Unsur fisik meliputi: bunyi, imaji, kata, gaya bahasa sedangkan unsur batin meliputi:tema, perasaan, nada, dan amanat. Untuk menemukan kritik   moral yang terdapat dalam sebuah teks lagu, tidak semua unsur digunakan. Adapun unsur fisik yang dipakai adalah diksi, citraan (imagery). Sedangkan unsur batin yang dipakai meliputi feeling, sense, tone, dan amanat (pesan).
a.       Unsur Fisik Puisi
 Unsur fisik atau bangun struktur puisi adalah unsur pembentuk puisi yang dapat diamati secara visual. Suatu unsur pembangun puisi untuk menimbulkan bunyi konsonan dan vokal yang tersusun sehingga menimbulkan bunyi yang merdu dan berirama. Dari bunyi musik murni ini dapatlah mengalir perasaan, imajinasi-imajinasi dalam pikiran atau pengalaman-pengalaman jiwa pendengarnya (pembacanya). Karena kemerduannya itu, menimbulkan pengalaman jiwa yang mengagumkan (Pradopo, 2005:27).
1)      Citraan (Imagery)
Citraan (imagery) adalah gambaran-gambaran angan dalam puisi untuk memperjelas peristiwa, menimbulkan suasana yang khusus, untuk membuat (lebih) hidup gambaran dalam pikiran dan penginderaan, serta menarik perhatian. Citraan dalam puisi terdiri atas citraan penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, pengecapan dan gerak (Pradopo,1995:79).Citraan penglihatan
Citraan penglihatan adalah citraan yang timbul oleh penglihatan. Citraan ini memberi rangsangan kepada indera penglihatan, sehingga hal-ha yang tak terlihat seolah-olah terlihat.
a)       Citraan pendengaran
Citraan pendengaran adalah citraan yang dihasilkan dengan menyebutkan atau menuraikan bunyi suara. Citraan ini memberi rangsangan kepada indera pendengaran, sehingga kata-kata itu seolah-olah mengeluarkan bunyi, dan pembaca dapat menangkap bunyi.
b)       Citraan perabaan
Citraan perabaan adalah citraan yang ditimbulkan atau berkaitan dengan kulit.
c)          Citraan penciuman
Citraan penciuman adalah citraan yang berkaitan dengan hidung.
d)           Citraan pengecapan
Citraan pengecapan adalah citraan yang  berkaitan dengan indera perasa atau lidah.
e)          Citraan gerak
Citraan gerak merupakan citraan yang menggambarkan sesuatu yang sesungguhnya tidak bergerak namun seolah-olah bergerak.
2)      Diksi
Diksi (pemilihan kata) merupakan unsur yang sangat berperan untuk mengungkapkan perasaan pengarang. Melalui diksi tersebut, pengarang ingin mengungkapkan perasaannya secara jelas dan tepat agar penikmat mampu ikut mengalami apa yang dirasakan dan diekspresikan oleh pengarang. Penempatan kata yang mengakibatkan gaya kalimat di samping ketepatan pemilihan kata, memegang peranan penting dalam penciptaan sastra. (Pradopo,2008:59). Pengarang hendaknya sangat cermat dengan pilihan kata yang akan digunakan, agar tidak terjadi kesalahpahaman antar pengarang dengan penikmat puisi, selain itu agar apa yang ingin diungkapkan pengarang dapat terpahami dengan jelas.
Pemilihan kata (diksi) dapat diperoleh dengan berbagai cara agar diperoleh diksi puitis. Salah satu cara untuk mendapatkan kepuitisan itu adalah menggunakan bahasa kiasan atau figurative languange (Murywantobroto, Mei Fita, 2008:61).
3)      Bahasa kiasan
Majas (bahasa kiasan) merupakan salah satu unsur puisi yang dapat menimbulkan kesan keindahan. Bahasa kiasan ini dapat menjadikan puisi lebih menarik sehingga penikmatnya dapat melihat suatu kesenangan. Bahasa kiasan ini juga memperjelas apa yang diimajinasikan oleh pengarang. Membandingkan suatu imajinasi pengarang dengan pembaca karyanya. Jenis-jenis kiasan yang akan menjadi perbandingan adalah metafora, perumpamaan epos (epic simile), personifikasi, metonimi, dan sinedoke (synecdoche).
a)  Metafora
Metafora merupakan suatu kiasan yang melihat sesuatu dengan perantaraan benda lain. Pengungkapan maknanya dilakukan secara tersirat untuk mengungkapkan makna sebenarnya dalam puisi. Metafora tidak menggunakan kata pembanding seperti: bagai, bagaikan, dan sebagainya. Sehingga langsung saja dalam pembahasan ini menuju ke pokok kedua (Keraf, 2009: 139). Pembagian pokok pertama dan kedua berdasar bahwa metafora terdiri dari dua bagian (term), yaitu term pokok (principal term) dan term kedua (secondary term).
b)   Perumpamaan epos (epic simile)
Perumpamaan epos adalah perbandingan yang dilanjutkan, atau diperpanjang, yaitu dibentuk dengan cara melanjutkan sifat-sifat pembandingnya lebih lanjut dalam kalimat-kalimat atau frase-frase yang berturut-turut (Murywantobroto, Mei Fita, 2008: 63). Perbandingan lebih lanjut tak hanya dalam kata-kata namun sudah merujuk kepada bait-bait yang ada dalam puisi sehingga menimbulkan penciteraan yang lebih jelas dalam imajinasi pengarang yang ingin disampaikan kepada pembaca.
c)   Personifikasi
Kiasan ini mempersamakan benda dengan manusia, benda-benda mati dibuat dapat berbuat, berpikir, dan sebagainya seperti manusia. Personifikasi ini banyak digunakan para penyair dari dahulu hingga sekarang (Pradopo, 2009: 75). Personifikasi membuat benda mati seperti hidup, sehingga memberi kejelasan yang sangat jelas sehingga pembaca atau penikmat mengetahui dengan jelas apa yang disampaikan pengarang.
d)   Metonimi
Metonimi adalah pengungkapan dengan menggunakan suatu realitas tertentu, baik nama orang, benda, atau sesuatu yang lain yang menampilkan makna-makna tertentu (Murywantobroto, Mei Fita, 2008: 65). Menurut Altenbernd, metonimi ini dalam bahasa Indonesia sering disebut kiasan pengganti nama. Bahasa ini merupakan penggunaan sebuah attribute sebuah objek atau penggunaan sesuatu yang sangat dekat berhubungan dengannya untuk menggantikan objek tersebut (Pradopo, 2009:77).
e)   Sinekdoke (synecdoche)
Sinekdoke adalah bahasa kiasan yang menyebutkan suatu bagian yang penting suatu benda (hal) untuk benda atau hal ittu sendiri. Altenbernd (melalui Pradopo, 2009: 78). Sinekdoke ada dua macam yaitu pars pro toto (sebagian untuk keseluruhan) dan totem pro parte (keseluruhan untuk sebagian).
b.      Unsur Batin Puisi
Waluyo (2005 : 102) menyatakan bahwa unsur batin puisi mengungkapkan yang hendak dikemukakan oleh penyair dengan perasaan dan jiwanya. Unsur batin puisi adalah medium untuk mengungkapkan makna yang hendak disampaikan penyair.
Sedangkan Richard (melalui Waluyo, 2005 : 106) menyebut makna atau unsur batin puisi dengan istilah hakikat puisi. Ada empat unsure hakikat puisi, yakni :  tema (sense), perasaan (feeling), nada (tone) dan amanat
1)     Tema (Sense)
Tema merupakan gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair. Pokok pikiran atau peresoalan itu begitu kuat mendesak dalam jiwa
Penyair sehinnga menjadi landasan utama pengucapannya. Jika desakan yang kuat itu berupa hubungan antara penyair dengan Tuahan, maka puisinya bertema Ketuhanan. Jika desakan yang kuat berupa rasa belas kasih atau kemanusiaan. Maka puisinya bertema kemanusiaan. Jika yang kuat adalah dorongan untuk memprotes ketidakadilan, maka tema puisinya adalah protes/kritik sosial(Waluyo,2005 : 106-107).
Jadi, tema puisi itu harus dihubungkan dengan penyairnya, dengan konsep-konsepnya yang terimajinasikan. Oleh sebab itu, tema bersifat khusus (penyair), tetapi obyektif (bagi semua penafsir) dan lugas atau tidak dibuat-buat.
2)       Rasa (Feeling)
Rasa atau feeling  adalah sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terkandung di dalam puisi (Waluyo, 2005 : 120).
Menurut Waluyo (2005 : 121) dalam menciptakan puisi, suasana perasaan penyair ikut diekspresikan dan harus dihayati. Rekaman dan pengalaman merupakan suatu proses penciptaan karya dalam alam pikiran manusia dari beberapa peristiwa atau suatu hal yang sempat didengar, dilihat, dan dialami, dikembangkan dengan rasa yang dimiliki masing-masing penyair.
Subjektivitas yang ada dalam penyair akan member warna tersendiri terhadap hasil yang disampaikan. Kesan dan warna tersebut dapat timbul bergantung kemampuan penyair dalam proses pemadatan sebagai bentuk ekspresinya ke dalam bentuk puisinya tersebut. Dengan demikian dari isi puisi bisa dilihat pikiran, perasaan, dan emosi penyair.
Sikap penyair itu antar lain ; sikap simpati dan antipasti. Rasa senang dan tidak senang, rasa benci, rindu, setia kawan dan sebagainya.
3)       Nada atau Suasana (Tone)
Dalam menulis puisi penyair mempunyai sikap tertentu terhadap pembaca apakah dia ingiun bersikap menggurui, menasehati, mengejek, menyindir, ataupun bersifat lugas hanya menceritakan kepada pembaca puisi yang diebut nada puisi. (Waluyo, 2005 : 125 ). Sehingga penikmat puisi akan semakin terbawa ke dalam alam batin pengarangnya.
Sedangkan suasana puisi adalah keadaan jiwa pembaca setelah puisi itu akibat pskologis yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Nada duka yang diciptakan penyair dapat menimbulkan suasana iba hati pembaca. Nada kritik yang diberikan penyair dapat memberikan suasan penuh pemberontakan bagi pembaca.
4)     Amanat (Pesan)
Amanat yang dimaksud disini adalah pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca. Tujuan amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Amanat tersirat dibalik kata-kata yang dipakai penyair dan juga berada dibalik tema yang diungkapkan. Amanat dapat ditelaah setelah memahami tema, rasa, dan nada puisi (Waluyo,2005 : 130).
Keempat unsure yang diungkapkan di atas tidaklah sebagai unsure yang berdiri sendiri tetapi merupakan satu kesatuan sehingga unsure satu dengan unsure yang lain dalam puisi itu saling berhubungan dan merupakan kesatuan yang utuh, maka Tarigan (1986 : 26) menyatakan sebagai catur tunggal.

C.  Kritik Moral
        Kritik adalah menilai. Moral memegang peranan penting dalam kehidupan manusia yang berhubungan dengan baik buruknya perbuatan manusia. Karena moral adalah norma yang mengatur tingkah laku manusia. Aturan tingkah laku baik dan buruk ini dapat mendasarkan diri pada norma-norma yang berada dalam masyarakat, atau dapat pula berdasarkan norama-norma agama (Semi, 1987:71).
        Seperti diketahui kata moral berasal dari kata Latin Mores. Mores berasal dari kata mos yang berarti kesusilaan, tabiat atau kelakuan. Moral dngan demikian dapat diartikan ajara kesusilaan. Moralitas berarti hal mengenai kesusilaan.
        Dalam
Segi kehidupan manusia yang ditampilkan dalam sebuah karya sastra mengandung ajaran moral. Dari sebuah karya sastra dapat diangkat suatu ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang. Jadi moral dalam sebuah karya sastra dapat dipandang sebagai amanat atau pesan dalam kehidupan masyarakat (Sudjiman, 1989: 71).
                        Moral itu sendiri sangat berhubungan erat dengan etika, yang          merupakan cabang filsafat yang objeknya adalah tingkah laku manusia           ditinjau dari nilai baik dan buruk. Moral memegang peranan penting dalam      kehidupan manusia yang berhubungan debgan baik-buruknya perbuatan manusia. Masalah moral, tingkah laku, dan budi pekerti manusia, merupakan kebutuhan untuk mendidik manusia menjadi dapat menghargai dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Dengan demikian moral adalah kesluruhan yang mengatur tingkah laku manusia dikehidupan masyarakat untuk melaksanakan perbuatan-perbuatan yang baik dan benar (Daroeso, 1986:27).
5.  Alternatif Pembelajaran Kritik Moral
Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Guru dengan sadar berusaha mengatur lingkungan belajar agar bergairah bagi anak didik. Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah, bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Pada pembelajaran sastra melalui kritik moral dapat menggunakan beberapa metode. Metode-metode tersebut yaitu:
a.       Metode diskusi
Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran dengan cara siswa-siswa diahadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama. Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Di dalam diskusi ini proses belajar mengajar terjadi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah (Djamarah, 2006:87).
Dalam pembelajaran sastra melalui kritik moral, guru menyuruh siswa membetuk kelompok untuk mendiskusikan karya sastra jenis puisi dan mencari unsur-unsur moral dalam puisi tersebut.
b.      Metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan. Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Siswa juga dapat mengamati dan memperlihatkan apa yang diperlihatkan selama kegiatan belajar berlangsung (Djamarah, 2006: 90).
Berkaitan dengan pembelajaran moral melalui karya sastra, seorang guru dapat melakukan demonstrasi dengan cara membaca puisi di dalam ruang kelas. Agar siswa merasa tertarik dan antusias karena seorang pendidik sudah memberikan contoh kepada siswa dan bukan hanya memerintah siswa.
c.       Metode ceramah
Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antarguru dengan siswa dalam proses belajar mengajar. Cara mengajar dengan ceramah dapat dikatakan juga sebagai teknik kuliah, merupakan suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi tentang suatu pokok permasalahan secara lisan (Djamarah, 2006: 97).
Seorang guru dalam pembelajaran sastra yang berkaitan dengan kritik moral harus dapat bercerita tentang masalah sosial dengan menggunakan media puisi atau lirik syair yang benar-benar berkualitas dilihat dari diksi dan gaya bahasa.

DAFTAR PUSTAKA

Fananie. Zaenuddin.2001. Telaah Sastra. Surakarta : Muhammadiyah University Press.

Waluyo, Hermany.1987.Teori dan Apresiasi Puisi.Jakarta: Erlangga

Babirin, Rahminah.1990.Teori daan Apresiasi Puisi. Semarang : IKIP Semarang Press

Aminuddin.1995. Pengantar Apresiasi Karya Sastra.Bandung: Sinar Baru Algesindo

Semi, Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra.Bandung:Angkasa Raya

Arikunto,Suharsimi.1997. Prosedur Penelitian Suatu Praktek .Jogjakarta : Rineka Cipta

Pradopo, Rachmat Djoko. 2005. Pengkajian Puisi.Yogyakarta : Gajahmada University Press

Noor, Redyanto. 2004. Pengantar Pengkajian Sastra.Semarang:Fasindo

Semi, M. 1989. Kritik Sastra. Bandung : Angkasa

Sudjiman,Panuti.1989.Memahami Cerita Rekaan.Jakarta:Pustaka Jaya

Daroesa.1986.Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila.Semarang:Aneka Ilmu

Zuriah, Nurul.2007. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan. Jakarta : Bumi Aksara

Wellek, Rene & Austin Warren. Teori Kesusastraan di Indonesia oleh Melani Budianta. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Damono, Sapardi Djoko. 1978. Sosiologi Sastra sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta:Depdikbud

Nurgiyantoro, Burhan.2007. Teori Pengkajian Fiksi.Yogyakarta:Gadjah Mada University Press

Murywantobroto, MeiFita.2010.Aspek Budi Pekerti dalam Cerita. Semarang : IKIP PGRI Press

Harjanto. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta

Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta

Murywantobroto, Meifita. 2008. Mengenal Puisi. Semarang : IKIP PGRI Press

Depdiknas.2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

No comments: