Laman

Wednesday, February 29, 2012

PENILAIAN OBJEKTIF DALAM NOVEL AYAT-AYAT CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY


Teori kritik sastra objektif merupakan teori yang harus dilihat sebagai objek yang mandiri dan menonjolkan karya sastra sebagai struktur verbal yang otonom dan koherensi intern. Kritik sastra yang memandang karya sastra sebagai dunia otonom, sebuah dunia yang dapat melepaskan diri dari siapa pengarangnya, dan lingkungan budayanya.
Senada dengan hal itu menurut Semi (1989: 13) menyatakan “suatu kritik sastra yang menggunakan pendekatan atau pandangan bahwa suatu karra sastra adalah karya mandiri”. Tanpa memndang karya sasta dari segi pengarang atau dunia dan sekitarnya. Teori ini dilihat berdasrkan objek yang berdiri sendiri, yang memiliki dunia tersendiri. Oleh karena itu, kritik ini dilakukan atas suatu karya sastra dengan kajian unsur intrinsik semata.
Novel yang mengulas tentang cinta memang begitu banyak, bahkan cinta memang tak pernah bosan diperbincangkan. Dalam novel Ayat-ayat Cinta karya Hhabiburrahman El Shirazy, makna cinta bukan sekedar dimainkan lewat rasa antar keterpautan hati seorang lelaki dan wanita. Akan tetapi ada sesuatu yang lebih didalamnnya yaitu mengenali cinta lewat gambaran Dia yang menciptakan cinta. Novel ini pertama kali diterbitkan oleh salah satu media ternama di Indonesia yaitu Republika yang bekerja sama dengan Rumah Karya dan Wirauasaha Mahasiswa yang dikenal dengan pesantren Basmallah serta komunitas yang aktif membangun karya kepenulisannya adalah Forum Lingkar Pena (FLP) pada tahun 2004 hingga mencapai cetakan XXXI tahun 2008. Tidak disangkal memang novel ini banyak digandrungi oleh pembaca dan menjadi novel yang fenomenal karena bahasa yang dipakai penulis begitu romantis dan menyentuh hati.
Novel Ayat-ayat Cinta ditandai dengan satu tema yaitu Cinta. Cinta yang membuat hati terpukau karena cinta yang sesungguhnya itu memahami dan mengimani Kekasih Hakiki  Illahi Rabbi yang telah mencipta cinta. Ulasan-ulasan gaya bahasa cukup memikat pembaca dengan bahasa yang tidak vulgar, santun, romantis dan mencerahkan. Seperti dalam kutipan dibawah ini:
“belum sempat Aisha menuntaskan puisi romantis. Penyair Perancis itu, aku menutup mulutnya dengan ciuman penuh cinta. Kamipun kembali beribadah bersama, membaca basmallah, memadu cinta dengan penuh gairah, sehangat gairah para penghuni surga tatkala bercinta dengan bidadarinya. Keringat kami menyatu dan merembes dalam sprei hijau yang halus, wangi dan indah. Inilah Mahabbah, inilah rahmah, tasbih mengiring desah, hamdallah merona wajah. Inilah setitik karunia Allah yang diperkenanan untuk dinikmati orang-orang yang brcinta sebagai ayat, sebagai tanda, bahwa kelak di surga ada kenikmatan yang luar biasa agungnya. Disediakan bagi meraka yang menjaga kebersihan cinta dan kesucian jiwa (El Shirzy, 2008: 297-298)”.
Tokoh utama dalam novel ini adalah ssosok pemuda bernama Fahri Abdullah yang memiliki karakter yang kuat, disiplin, romantis, senang membuat kejutan, cerdas, hafal 30 juzz Al-Quran, mengerti hukum-hukum Islam, toleransi tinggi, dan karakter Fahri benar-benar memberi pemahaman bahwa orang yang memiliki dan mencintai Al-Quran dalam hatinnya tentu paham memperlakukan orang disekitarnya baik iu saudara muslim atau non muslim. Muslim yang sesunggunya adalah mereka yang paham dengan habluminallah, habluminanash, dan hablumu’alam. Yang memegang teguh Al-Qur’an, menjadikan dirinya seperti A-Qur’an yang berjalan. Tokoh-tokoh lainnya seperti Aisha, Maria, Nurul, Alicia, Madame Nahed, Tuan Boutros, dan masih banyak lagi.
Ciri dominan dari novel ini adalah memperkenalkan arti cinta yang hakiki. Kekuatannya ada pada kekutan karakter tokoh Fahri, gaya bahasa, latar, dan konfliknya. Latarnya berada di Mesir, yang banyak disebutkan adalah Helwan Hedayek (tempat berkupulnya Fahri dengan teman-temannya), mahatth Metro, Kota Subhra, Nasr City, Kafetaria National Library, Wisma Nusantara, Alexandria, dan lain sebagainya yang menyajikan banyak pengetahuan tentang Mesir.
Konflik puncak berada saat Fahri ditangkap oleh polisi karena tuduhan Noura bahwa Fahri mempekosa Noura. Disaat yang sama Aisha tengah mengandung sepulang dari Alexandria. Disinilah ujian terberat Fahri yng dikenal sebagai mahasiswa terbaik Al-Azhar, dan murid kesayangan dari Syaikh Utsman dituduh dengan perbuatan keji yaitu memperkosa hingga akhirnya dikeluarkan dari Al-Azhar karena didesak keamanan Negara yang berpengaruh. Hari-hari yang paling menderit ketika fahri berada di penjara bawah tanah. Fahri mendapat siksaan yang sangat kejam dari polisi Mesir, Fahri pun harus meryakan Idul Fitri dipenjara.  Saksi kunci adalah Maria sedanggkan ia masih koma. Konflik cinta bermula dari Nurul yang ternyata mencintai Fahri, tapi akhirnya Nurul ikhlas menerima dan akhirnya menikah dengan mas Walid. Akan tetapi, Noura begitu mencintai Fahri sedang fahri telah menikah dengan gadis Turki (Aisha), kekecawaan Noura begitu dalam karena belum ada seorang pun yang mengasihinya. Kebenaran akan selalu menang, setelah maria terbangun dari koma akhirnya dia memberikan kesaksian di pengadilan, dan akhirnya mengaku berterus terang bahwa Fahri tidak meperkosanya melainkan Bahadur. Ending novel ini cukup drmatis dengan meninggalnya Maria dipelukan kekasih hakiki. Maria telah mendapatkan cinta Illahi dan menjadi bidadari di surga menanti kedatangan Fahri, pangeran cintanya di bumi.
Alur yang dipakai dalam novel ini adalah alur maju-mundur (campuran). Seperti kutipan saat fahri mengenang masa kecilnya berikut ini:
“ada pesan masuk lagi. Tidk kulihat. Aku harus istirahat. Tiba-tiba mataku berkaca-kaca, aku belum pernah memberikan kado pada ibuku sendiri di Indonesia. Sebelum kenal Cairo aku adalah anak desa yang tidak kenal yang namanya kado. Di desa hadiah adalah membagi rizki pada tetangga agar semua mencicipi anugerah Gusti Allah. Jika ad yang panen mangga ya semua dikasih biar ikut merasakan.....(El Shirazy, 2008: 114-117)

Amanat yang terkandung dalam novel ini cukup mendalam yaitu cinta itu fatamorgana didunia harus ditembus dengan kesabaran dan keikhlasan. Cinta pada bunga pasti akan layu akhirnya, cinta pada manusia kematian pula yang akan ditemuinya, cinta pada harta itu  hanya titipan Tuhan Yang Maha Esa, cinta tak mengenal tanda, cinta tak mengenal kata justru cinta yang mengenalkan arti ketulusan. Cinta terindah adalah cinta kepada-Nya. Dialah Tuhan yang meniupkan nikmat cinta kepada setiap manusia sehingga manusia damai bersama cinta. Sungguh, ketika kita mengenal cinta kerana dasar cinta hamba kepada-Nya dengan menegakkan dia di atas segalanya. Justru mahabbah, warahmah, mawadah dan sakinah yang akan didapatkan hingga sebelum seorang pria halal menyentuh kulit wanita (dengan ikatan suci disebut dengan pernikahan) maka kulit wanita itu adalah neraka baginya (Al Hadist).
Dalam keterjalinan unsur-unsur struktural novel Ayat-ayat cinta memiliki keterjalinan yang erat membangun keseluruhan cerita. Keterjalinan tersebut meliputi; keterjalinan unsur tema dengan unsur tokoh dan penokohan, alur, amanat dan latar. Keterjalinan unsur tokoh dengan sudut pandang dan alur. Keterjalinan unsur sudut pandang dengan unsur tokoh dan penokohan. Keterjalinan unsur bahasa dengan tema, tokoh dan penokohan, serta latar. Keterjalinan unsur latar dengan tema, tokoh dan penohan, serta bahasa. Dan keterjalinan unsur amanat dengan tema, tokoh dan penokohan. Latar novel ayat-ayat cinta memiliki pengaruh dalam perkembangan pikologi tokoh.
Namun ada sedikit kekurangan yang menjadi kekuatan dalam novel ini yaitu menjadikan sosok Fahri yang begitu sempurna dengan prinsipnya yang kuat, sebab jika ditinjau lagi sekarang jarang sekali ditemui manusia yang sedemikian kuatnya memegang teguh prinsip agama. Akan tetapi, keseluruhannya memang diakui begitu mengesankan, dapat membawa pembaca masuk didalamnya dan mengarungi samudera cerita yang penuh makna. Novel ini termasuk novel serius yang asik dibaca. Dari novel ini pembaca bisa banyak belajar tentang Islam, pendidikan multikultural, bahasa yang ada didalamnya yang beraneka ragam, bermasyarakat,  dan pembelajaran nilai-nilai lain yang tumpah ruah didalam novel ini.

donwload file di atas disini

No comments: