Laman

Sunday, December 25, 2011

KRITIK MIMETIK PADA CERPEN KISAH: PEMETIK DADI


Kritik mimetik merupakan kritik yang memandang karya sastra sebagai tiruan, cerminan, ataupun representasi alam maupun kehidupan nyata. Dalam mimetik diperlukan dua data yang dibandingkan yaitu data atau keterangan yang berasal dari karya sastra dan data yang berasal dari masyarakat sebenarnya. Pada cerpen “Kisah: Pemetik Dadi” karya Mohammad Amin menceritakan seorang pemuda yang mahir memainkan dadinya yang berkeinginan mati di sebuah kampung, karena kedamaian yang di timbulkan oleh kampung tersebut.
Permasalahan yang diambil dari cerpen ini adalah bagimana hubungan antara cerpen “Kisah: Pemetik Dadi” tersebut dengan kehidupan nyata yang terjadi dalam cerpen tersebut?
Dalam cerpen dipaparkan peristiwa yang dialami oleh warga kampung saat menjelang senja, yang mendengar petikan senja saat menjelang senja hingga adzan terdengar. Seperti dalam kutipan :
Seolah bebunyian itu muncul dari segala penjuru. Menyerupai suara gaib yang mengembara di padang-padang, menguncup di pepucuk tanaman menyeberang di kelok sungai, meningkahi riak air yang pecah di bebatuan. Kadang terdengar bagai dendang kesunyian, nyanyian yang menggeletar di kelopak mawar yang basah dan mekar. Kadang bagai anak kijang yang melesat di tengah padang savanna, meloncat-loncat sampai ke kejauhan. Atau bagai burung yang melayang di atas punggung bukit-bukit, lalu menukik ke ceruk lembah-lembah.
Suara yang membuat burung-burung tercenung, menyimak di pokok dedahan. Suara yang menghentikan gerak cekat para peladang yang menderas tubuh dammar. Atau pengantar kidung gadis-gadis turun ke sungai. Kadang saling bekejaran dengan anak-anak yang riang berlarian di halaman. Dan melepas setandan lelah dari punggung para peladang.
Suara itu mengalir dibawa hembusan angin. Ia berkunjung untuk menumpang singgah di telinga orang-orang yang lelah.
Orang-orang lebih memilih menikmati ketimbang peduli dari mana asalnya. Suara itu selalu berkunjung ke sana tiap sore hari, saat burung-burung beterbangan kembali ke sarang. Saat peladang hendak menyelesaikan pekerjaan. Saat gadis-gadis hendak turun mandi ke sungai. Saat anak-anak berlumur debu bermain-main di halaman. Demikianlah berulang-ulang, hingga mereka lupa bahwa suara itu tetap ada yang memainkan. Entah siapa
Ia selalu berhenti di perbatasan saat adzan berkumandang, bunyi itu pun menghilang. Seperti ditelan gelap malam. Atau bergegas pulang ke muasalnya di tengah padang kesunyian.
Dari kutipan di atas merupakan imajinasi Mohammad Amin, tentang suara  petikan dadi yang selalu di dengarkan oleh orang-orang pada waktu senja tiba. Mohammad Amin benar-benar menggambarkan cerita ini dengan baik dan seolah-olah dia mengalami kejadian itu.
Mohammad Amin juga menceritakan rutinitas warga kampung dengan pekerjaan mereka masing-masing. Terdapat dalam kutipan:
Lelaki-lelaki pencari damar membawa hasil getah yang telah mongering itu, dikumpulkan ke bawah rumah-rumah panggung mereka untuk kemudian akan dijual ke pengepul. Getah damar berwarna putih bening itu dinamai damar kaca memiliki nilai harga lebih tinggi ketimbang jenis damar yang lain. Para perempuan pencari kayu bakar mengumpulkan dan membawa pulang kayu-kayu kering dari dalam hutan untuk dijajakan ke tengah pasar keesokan paginya.
Dari kutipan tersebut menceritakan kehidupan warga kampung dengan pekerjaannya masing-masing. Lelaki mencari damar dan para perempuan menacri kayu bakar di hutan. Pekerjaan ini banyak dilakukan oleh masyarakat Lampung yang kebanyakan mereka bekerja sebagai pencari getah damar.
Warga kampung pun sangat menyukai dan memuliakan pemuda dadi tersebut. Terdapat dalam kutipan:
Setelah panen raya selesai, mereka mulai merencanakan sesuatu untuk si pemuda. Mereka menawarkan dan menyilakan si pemuda memilih anak perawan mereka yang paling cantik dan paling pantas untuk dijadikan istri. Kelak diharapkan anak-anak mereka dapat menebar benih di lading-ladang yang subur serta mewarisi kepiawaian memetik dadi. Sebuah kehormatan besar bila si pemuda dapat memenuhi permintaan ini.
Setelah mendapat hasil panen yang makin melimpah, mereka akan mengadakan sebuah pesta besar-besaran, untuk merayakan perkawinan si pemuda dengan anak gadis siapa yang terpilih. Maka berdebarlah setiap hati kembang perawan desa itu. Dan berharap-harap cemaslah mereka semua memohon kepada Yang Maha Kuasa agar pilihannya itu jatuh kepadanya.
“Cepat siapkan perjamuan terakhir buat pemuda itu. Siapkan juga pakaian, kain, seprai paling baik yang pernah kita miliki. Siapkan dan rapikan tempat pembaringannya nanti.”
Dari kutipan di atas menceritakan bahwa warga kampung sangat memuliakan pemuda tersebut. Mereka bahkan menyilakan pemuda tersebut memilih sendiri gadis mana yang ingin dinikahi dan bersedia mengadakan pesta besar-besaran untuk merayakan pesta pernikahannya. Tidak hanya itu, sebelum menjelang ajalnya, warga kampung masih juga memuliakannya dengan mempersiapkan yang terbaik buat si pemuda.
Warga kampung itu pun tidak melupakan perihal pemuda pemetik dadi walaupun ia telah meninggal. Terdapat dalam kutipan:
Lalu siapakah yang memainkan petikan dadi yang menggeletarkan hati jika pemuda pemetik dadi sudah lama mati? Begitulah pertanyaan yang ada di dalam benak orang-orang.
Mereka selalu mencari tahu. Namun misteri tentang si pemetik dadi tetap menjadi rahasia yang terkubur di selubung hutan yang terdalam dijaga oleh sekelok sungai,, akar-akar pohon yang bergerak di kedalaman tanah yang lembab, desis ular yang berdiang di ceruk jurang, para liliput dan lelembut tersimpan di alam orang bunian.
Dari kutipan di atas menceritakan bahwa warga kampung tetap mengingat si pemetik dadi dan berusaha mencari tahu nama dan asal-usul si pemuda pemetik dadi tersebut.
Cerpen ini mengambarkan seorang pemuda yang mahir dalam memetik dadi. Karena kemahirannya itulah ia lalu di sukai oleh warga kampung. Bahkan setelah kematiannya pun ia masih tetap dikenang oleh warga kampung akan kemahirannya memainkan dadi, walau mereka tidak mengetahui nama pemuda pemetik dadi tersebut.
Semua orang pasti akan meninggal dunia. Terkadang orang berpikir, apakah kita nantinya masih akan dikenang oleh orang yang masih hidup atau tidak? Jika semasa hidup manusia banyak melakukan hal-hal baik, pasti setelah mereka meninggal dunia mereka masih akan tetap dikenang oleh mereka yang masih hidup.
  


No comments: