Laman

Sunday, October 09, 2011

Sinopsis laskar pelangi


Novel laskar pelangi merupakan sebuah novel yang diangkat dari kisah nyata penulisnya. Bercerita tentang komunitas orang melayu yaitu tepatnya di daerah belitong. Sebuah daerah terpencil yang disana terdapat beberapa tokoh anak kecil yang ingin memperbaiki masa depan melalui pendidikan. Sebuah harapan dan cita-cita untuk meraih mimpi tertinggi.
SD Muhamadiyah, sebuah bangunan sekolah dengan kondisi yang tak layak untuk dijadikan tempat mengenyam pendidikan. Sekolah yang bangunannya seakan-akan hampir rubuh dimakan usia. Namun hal itu tak mempengaruhi keinginan dan harapan dari murid-murd yang ada disana untuk memperoleh pengetahuan dari bangku pendidikan sekolah. Sebuah keyakinan yang tumbuh dalam diri mereka bahwa keterbatasan fasilitas tidak akan menyurutkan langkah mereka untuk mengejar cita-cita.
Sekolah muhadiyah merupakan sekolah yang dirintis oleh dua sosok guru yang begitu iklhlas mengabdikan dirinya untuk bangsa dan Negara dalam merintis dunia pendidikan. Sesosok kepala sekolah yang sudah tua, Bapak Harfan Efendy Noor dan ibu guru muda, Ibu Muslimah Hafsari. Ditengah kemiskinan yang melanda mereka, mereka berusaha mempertahankan semangat besar pendidikan dengan terseok-seok karena sekolah tersebut hampir dibubarkan oleh pengawas sekolah Depdikbud Sumsel karena tidak mencukupi ketentuan batas murid yang harus dipenuhi sekolah. Berkat seorang anak idiot yang sepanjang hidupnya bersekolah tak pernah mendapatkan rapor, akhirnya sekolah tersebut bisa berdiri sebagai tempat belajar mengajar.
Berbeda dengan sekolah Muhamadiyah yang harus bersusah payah mendapatkan murid, disisi lain SD PN Timah yang merupakan sekolah yang didirikan oleh sebuah perusahaan yang kaya raya mengeruk keuntungan ditengah kemiskinan rakyat, tidak perlu susah payah mencari murid. Bangunan yang megah, fasislitas yang memadai, gaji guru yang mencukupi, berbalik seratus delapan puluh derajat dengan SD Muhamadiyah. Demikian sebuah gambaran bagaimana tragisnya perbedaan yang tampak yang dimunculkan dalam novel ini yang menggambarkan sisi lain tentang kondisi pendidikan yang ada di Indonesia. Adanya kesenjangan social yang sangat menonjol, dan tidak adanya peran dari pemerintah untuk sekedar melindungi dan memperbaiki pendidikan tersebut.
Ditengah ketarbatasan yang membedakan adalah adanya jiwa yang benar-benar ikhlas untuk mengabdi. Ibu Halimah dan Bapak Harfan dengan penuh keilkhlasan disetiap waktu saling bahu membahu untuk menanamkan pada jiwa anak didiknya untuk percaya diri, berani berkompetensi, dan menempatkan pendidikan sebagai hal yang terpenting dalam hidup ini. mereka mengajarkan kepada muridnya menjadi seorang yang tekun, tak mudah menyerah, dan berani untuk menghadapi setiap tantangan dengan penuh optimisme. Mereka juga mengajarkan rasa cinta dan kasih sayang kepada sesama. Dari waktu kewaktu laskar pelangi menjadi murid yang menonjol, mereka menjadi sesosok murid yang penuh kemauan dan kepercayaan diri tinggi serta memiliki pengetahuan luas.
Laskar pelagi merupakan sebutan untuk sebelas murid Muhamadiyah. Mereka dengan penuh semangat datang kekelas untuk belajar. Kursi belajar yang seadanya, meja yang sudah tak layak, dan bangunan yang kalau malam dijadikan tempat menaruh ternak tak pernah menjadi batu penghalang mereka dalam menuntut ilmu pengetahuan. Mereka saling bahu membahu untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan nyaman. Mereka belajar dari alam, dari sebuah kondisi yang memprihatinkan, dari cinta kasih sayang, bahwa jika ada kemauan pastilah ada jalan. Sehingga selalu tampak ada senyuman yang tak pernah surut. Muhadiyah bagi mereka adalah tempat tinggal kedua selain rumah.
Sebuah prestasi yang sangat membanggakan adalah ketika mereka menjuarai karnaval tahunan serta menjuarai lomba cerdas cermat dengan mengalahkan SD PN Timah yang selama berpuluh tahun mendominasi. Dalam karnaval tersebut mereka dipimpin oleh salah satu anggota laskar pelangi. Seorang anak kecil yang penuh ide-ide brilian dalam bidang kesenian. Kepercayaan tersebut terbayar dengan menjuarai karnaval yang selama ini selalu didominasi oleh SD PN Timah. Dan prestasi lain adalah menjuarai lomba cerdas cermat. Dengan dipimpin oleh tiga anak laskar pelangi (Ikal, Lintang, dan Mahar) mereka bisa sampai difinal dengan mengalahkan SD yang didirikan oleh PN Timah dan SD negeri lain yang ada dibelitong sampai akhirnya menjadi juara.. sebuah keharuan dan kebanggaan karena perjuangan yang mereka lakukan bukan hal yang mudah dan sederhana, butuh kerja keras dan kemauan yang tinggi untuk menggapai apa yang mereka raih.
Dihidup ini berbicara tentang kebahagiaan tiada terasa lengkap jika tidak memiliki kisah sedih. Kisah sedih itu juga menimpa SD Muhamadiyah karena harus kehilangan sosok murid paling jenius. Keadaan harus memisahkan lintang seorang bocah kecil yang tanpa lelah mengayuh sepeda 11 km untuk kesekolah, seorang yang paling inspratif dalam mengambil setiap keputusan, seorang yang paling jenius diantara anggota laskar pelangi, seorang calon doktor yang harus putus sekolah ditengah jalan untuk mencari nafkah mencukupi kebutuhan keluarganya karena ayahnya tak pernah kembali dari melaut. Sebuah himpitan ekonomi memaksa lintang pasrah pada keadaan yang menderanya. Untuk kesekian kali belitong harus kehilangan calon intelektual. Disisi lain, PN Timah semakin kaya raya mengeruk keuntungan mengeksploitasi tanah rakyat, seolah acuh tak mau peduli pada keadaan sekitar.
Novel ini begitu inspiratif dan memiliki makna yang begitu tinggi. Melalui novel ini kita diajarkan untuk menghargai setiap hal yang ada dalam diri kita, mensyukuri setiap detik waktu yang kita miliki. Keterbatasan sebuah hal tak akan pernah menghalangi seseorang untuk mencapai puncak tertinggi dihidup ini jika kita memiliki kepercayaan dan keyakinanan untuk mewujudkannya. Selagi masih ada keyakinan dalam jiwa segala hal masih mungkin. Kita akan diajarkan untuk mencintai sesama kita, bagaimana menjaga persahabatan yang sejati. Novel ini begitu menyentuh jiwa, karena disanalah digambarkan bagaimana potret gambaran bangsa ini. Seperti halnya keadaan ekonomi yang sering menjadi batu penghalang seseorang untuk menikmati pendidikan yang katanya diperuntukkan bagi anak didik. Lintang seorang anak kecil yang harus terenggut masa kanak-kanaknya, tak bisa bermain dan mencari pengetahuan seperti teman-temannya karena himpitan ekonomi. Ibu Halimah dan pak Harfan memberikan gambaran kepada kita bagaimana menjadi seorang pendidik yang begitu ikhlas mengabdikan dirinya dalam dunia pendidikan. Lihatlah bagaimana mereka harus mempertahankan hidupnya sendiri yang miskin dan memperjuangkan anak didiknya yang menggantungkan pendidikan pada mereka. Tak jarang dari kita yang masih acuh tak acuh dan tak mau peduli, namun dalam novel ini sejatinya kita diajarkan untuk membuka mata dan hati kita lebar-lebar untuk melihat apa yang ada disekitar kita. Bisakah kita seperti mereka yang berjiwa ikhlas dan peduli dan tak mau menyerah pada keadaan. Bisakah kita mengalahkan diri kita sendiri bahwa suatu halangan adalah merupakan jembatan kita untuk berani mengambil tindakan dan meraih puncak tertinggi.

No comments: