Laman

Wednesday, October 05, 2011

NILAI RELIGIUS DALAM NOVEL BERTEMAN DENGAN KEMATIAN KARYA DUNIA SINTA RIDWAN DAN ALTERNATIF PEMBELAJARAN DI SMA


  1. Latar Belakang Masalah
Karya sastra merupakan struktur dunia rekaan, artinya realitas dalam karya sastra adalah realitas rekaan yang tidak sama dengan reealitas dunia nyata. Walaupun bahannya diambil dari dunia nyata, tetapi sudah diolah (ditambah atau dikurangi) oleh imajinasi rekaan pengarang sehingga kebenaran dari karya sastra itu kebenaran menurut idealnya pengarang (Noor, 2007: 13).
Menurut Horatius (melalui Sudjiman, 1990:12) karya sastra memang bersifat dulce et utile; menyenangkan dan bermanfaat. Karya sastra seharusnya menarik dan merangsang rasa ingin tahu, ada kemiripan dengan sesuatu di dalam kehidupan ini karena bahannya diambilkan dari pengalaman hidup.
Menurut Luxemburg (melalui Noor, 2007: 12) karya sastra merupakan literature is an expression of society karya sastra merupakan pencerminan masyarakat, bahwa karya sastra menggambarkan kenyataan.
Noor (2005: 9) menyatakan bahwa sastra dapat berlaku sebagai objek penelitian. Sastra juga dapat dipakai sebagai perangkat teori yang dijadikan sebagai alat penelitian.
Karya sastra merupakan gejala komunikasi bahasa. Sebagai gejala komunikasi bahasa karya sastra bukan merupakan wujud “material” tetapi gejala yang mengandung sesuatu yang lain. Dinyatakan demikian karena karya sastra yang secara objektif terwujud dalam bentuk paparan bahasa merupakan hasil ekspresi gagasan penutur yang sekaligus mengaplikasikan adanya orang ke dua sebagai pembaca atau penangkap (Aminudin, 1990: 3).
Suatu karya sastra dianggap berhasil bila mempunyai nilai. Nilai-nilai itu adalah pertama nilai hidonik artinya sastra memberi kesenangan langsung kepada pembacanya. Kedua nilai artistik yaitu memanifestasikan keterampilan seseorang. Ketiga cultural yaitu suatu karya sastra mengandung suatu hubungan antara peradaban atau masyarakat dengan kebudayaan. Keempat nilai etika pendidikan, religius. Dalam karya sastra mengandung ajaran-ajaran yang ada sangkut pautnya dengan etika pendidikan dan agama.
Karya sastra menawarkan pesan moral yang berhubungan dengan sifat-sifat luhur,kemanusiaan,memperjuangkan hak dan martabat manusia. Sifat-sifat luhur kemanusiaan tersebut pada hakekatnya bersifat universal. Artinya, sifat-sifat itu dimiliki, dan diyakini kebenarannya oleh masyarakat. (Nurgiantoro,1998: 321-322).
Karya sastra sebagai ungkapan makna hidup dan kehidupan sebagaimana yang tertangkap oleh batin seorang pengarang yang mengandung aspek religius mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia. Melalui karya sastra yang di dalamnya terdapat aspek religius, pembaca dapat memperoleh manfaatnya untuk menerapkan hidup berpatokan pada agama. Setidaknya dengan aspek religius dalam karya sastra membawa pengaruh yang baik bagi pembaca meskipun pengaruh tersebut hanya sedikit tetapi setidaknya dapat mengubah perilaku moral manusia sedikit lebih baik karena di dalam karya sastra tersebut mengandung aspek religius. Semua sastra yang baik selalu religius( Mangunwijaya: 1988: 16)
Dalam penulisan novel Berteman dengan Kematian karya Dunia Sinta Ridwan mempunyai keunikan dan keistimewaan yang tidak dimiliki oleh pengarang lain. Permasalahan yang menarik untuk dikaji dalam penelitian ini adalah nilai religius yang terdapat dalam novel Berteman dengan Kematian. Religius selalu berkaitan dengan hal yang berhubungan dengan transedental. Transedental diperlukan karena manusia hanya mungkin diselamatkan dengan iman. Selain itu transedental dalam arti spiriyual akan membantu manusia menyelesaikan masalah- masalah modern. Sehingga untuk membuktikan secara nyata nilai religius yang ada di dalamnya penulis akan mengadakan penelitian dengan judul Nilai Religius dalam Novel Berteman Dengan Kematian karya Dunia Sinta Ridwan.
Pengajaran sastra dapat digunakan untuk memperluas pengungkapan yang diterima oleh panca indra seperti indra penglihatan, indra pendengaran, indra pengecapan dan indra peraba. Oleh karena itu agar pengajaran sastra lebih berhasil guru kiranya perlu mengembangkan ketrampilan (atau semacam bakat) khusus untuk memilih bahan pengajaran sastra yang bahasanya sesuai dengan tingkat penguasaan bahasa siswanya (Rahmanto, 1989:27)
Sebagai guru sastra hendaklah berhati- hati terhadap anggapan bahwa orang yang banyak membaca sastra biasanya baik perilakunya. Anggapan seperti itu tidak benar. Perilaku seseorang lebih ditentukan oleh faktor- faktor pribadinya yang yang paling dalam. Tidak ada satupun jenis pendidikan yang mampu menentukan watak manusia kecuali pendidikan cuci otak. Bagaimanapun pendidikan hanya dapat berusaha membina dan membentuk, tetapi tidak dapat menjamin secara mutlak watak manusia yang dididiknya (Rahmanto, 1989).
Pembelajaran novel merupakan salah satu pembelajaran satra di SMA kelas XI semester I. Di dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006 novel terdapat pada butir 7 dengan standar kompetensi yaitu memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/ novel terjemahan dan kompetensi dasar menganalisis unsur- unsur intrinsik dan ekstrisik novel Indonesia/ terjemahan ( Muslich, 2007).
Dari hal di atas penulis tertarik untuk menganalisis nilai religius dalam novel Berteman dengan Kematian karya Dunia Sinta Ridwan dan Alternatif Pembelajaran di SMA.




  1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
  1. Bagaimanakah nilai religius dalam novel Berteman dengan Kematian karya Dunia Sinta Ridwan?
  2. Bagaimana alternatif pembelajaran Nilai Religius dalam Novel Berteman dengan Kematian karya Dunia Sinta Ridwan?
  1. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah:
  1. Mendiskripsikan Nilai Religius dalam Novel Berteman dengan Kematian karya Dunia Sinta Ridwan.
  2. Mendiskripsikan alternatif pembelajaran Nilai Religius dalam Novel Berteman dengan Kematian karya Dunia Sinta Ridwan di SMA.
  1. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yang baik secara teoritis maupun praktis. Agar lebih jelas, kedua manfaat tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
  1. Manfaat Teoritis
Dapat digunakan untuk mengembangkan pengetahuan dalam bidang sastra serta memberikan sumbangan informasi bagi pengetahuan ilmu sastra khususnya novel bisa dianalisis berdasarkan nilai religiusnya.
  1. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan kepada pembaca tentaang pemahaman terhadap novel, menambah khasanah pengetahuan tentang karya sastra bagi mahasiswa atau calon guru serta masyarakat ilmiah di lingkungan pendidikan atau masyarakat yang berminat terhadap karya sastra untuk lebih meningkatkan pengetahuan terhadap novel khususnya yang berhubungan dengan Nilai Religius Novel Berteman dengan Kematian karya Dunia Sinta Ridwan dan Alternatif Pembelajaran di SMA.

  1. Penegasan Istilah
Agar tidak terjadi kesalahpahaman atau kekeliruan penafsiran tentang istilah- istilah yang dipergunakan dalam penelitian ini, maka perlu penegasan istilah.
Adapun istilah yang perlu ditegaskan adalah novel, nilai religius, pembelajaran.


  1. Novel
Novel adalah cerita rekaan yang panjang yang mengetengahkan tokoh tokoh dan menampakkan serangkaian peristiwa dan latar (setting) secara terstruktur (Noor, 2006:26-27)
  1. Nilai religius
Nilai religius adalah nilai mengenai konsep kehidupan religius atau keagamaan berupa ikatan atau hubungan yang mengatur manusia dengan Tuhannya. Nilai religius juga berhubungan dengan kehidupan dunia tidak jauh berbeda dengan nilai- nilai lainnya seperti nilai kebudayaan dan aspek sosial, selain itu nilai religius juga erat hubungannya dengan kehidupan akhirat yang misterius bagi manusia. Kehidupan akhirat inilah yang membedakan dengan nilai- nilai lainnya.
Menurut Mangun Wijaya (1994: 15) menegaskan bahwa nilai religius adalah nilai- nilai yang terdapat dalam karya sastra fiksi berupa penentuan manusia yang berhati nurani, berahklak mulia atau saleh ke arah segala makna yang baik. Bagi manusia religius, terdapat makna yang harus dihayati suci dan nyata dalam bentuk kekuasaan dan kekuatan yang tidak terhingga, sumber hidup dan kesuburan. Sesuatu yang dapat dihayati manusia religius yakni kesadaran batin, mensyukuri nikmat yang telah Tuhan berikan berupa sumber kehidupan dan kesuburan bagi manusia.
  1. Pembelajaran
Pembelajaran merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dan penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.
  1. Metode Penelitian
  1. Metode penelitian
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian nilai religius ini adalah sebagai berikut
  1. Metode Kualitatif Deskriptif
Di dalam penelitian ini objek penelitian berupa cerita rekaan, maka penelitian ini memilih metode kualitatif deskriptif. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan unsur-unsur intrinsik yang berada dalam novel tersebut.
  1. Metode Kepustakaan
Di dalam penelitian ini objek penelitian berupa cerita rekaan, maka penelitian ini memilih metode kepustakaan. Metode ini digunakan untuk mencari teori, konsep-konsep yang dijadikan landasan teori atau mencari letak teori-teori baru dan data-data yang dimungkinkan relevan dengan penelitian.
  1. Pendekatan Religius
Pendekatan religi yaitu suatu cara untuk menyusun teori- teori pendidikan dengan bersumber dan berlandaskan pada ajaran agama. Di dalamnya berisikan keyakinan dan nilai- nilai tentang kehidupan yang dapat dijadikan sebagai sumber untuk menemukan tujuan, metode bahkan sampai dengan jenis- jenis pendidikan. Cara kerja pendidikan religi berbeda dengan pendekatan sains maupun filsafat dimana cara kerjanya bertumpukan sepenuhnya kepada akal atau rasio, dalam pendekatan religi titik tolaknya adalah keyakinan (keimanan). Pendekatan religi menuntut orang meyakini dulu terhadap segala sesuatu yang diajarkan dalam agama (Tafsir: 1992).
  1. Proses Penelitian
Penelitian ini berupa kajian pustaka sehingga objek penelitiannya adalah nilai religius Novel Berteman Dengan Kematian karya Dunia Sinta Ridwan dan alternatif pembelajaran di SMA. Maka penelitian ini dilakukan membaca novel dan buku- buku yang relevan diperpustakaan dengan adanya penelitian tersebut tidak ada pembatasan tempat dan waktu yang khusus dan menerapkan nilai religius dalam pembelajaran novel di SMA.
  1. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data yang mendukung penelitian ini diperlukan beberapa tahapan. Tahapan- tahapan tersebut sebagai berikut:
  1. Membaca langsung secara keseluruhan nilai religius Novel Bertema Dengan Kematian karya Dunia Sinta Ridwan untuk memahami isinya.
  1. Mencatat hal- hal yang penting yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.
  2. Menerapkan alternatif pembelajaran nilai religius dalam novel di SMA.


  1. Sistematika Penulisaan
Agar lebih baik dan terarah dalam pembuatan skripsi ini maka penulis membuat rencana atau tata urutan penulisan yang terdiri atas empat bab. Keempat bab itu sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, terdiri atas latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan.
Bab II Landasan teori, pada bab ini diuraikan pengertian sastra, pengertian novel, nilai religius dan alternatif pembelajaran di SMA.
Bab III Analisis Nilai Religius dalam Novel Berteman dengan Kematian karya Dunia Sinta Ridwan dan Pembelajaran Nilai Religius Novel Berteman dengan Kematian karya Dunia Sinta Ridwan di SMA.
Bab IV Penutup, pada bab ini berisi simpulan dan saran.

BAB II
LANDASAN TEORI
  1. Pengertian Novel
Novel adalah cerita rekaan yang panjang yang mengetengahkan tokoh- tokoh dan menampakkan serangkaian peristiwa dan latar belakang secara terstruktur (Noor, 2007: 26).
Disamping novel di indonesia dikenal pula istilah roman. Secara hakiki sebenarnya kedua bentuk cerita tersebut tidak berbeda, baik dilihat dari teknik berceritannya maupun isi yang akan diungkapkan pengarang hanya karena kedua bentuk karya sastra tersebut berasal dari sumber yang berbeda daan berkembang atau masuk ke indonesia pada kurun waktu yang tidak sama, orang kemudian mencari- cari perbedaannya. Roman lebih dulu dikenal di indonesia karena bentuk cerita tersebut berasal dari tradisi sastra Belanda. Sedangkan novel baru kemudian dikenalnya yaitu bersama- sama dengan masuknya kebudayaan Amerika (Suharianto, 1993: 41).
Menurut suharianto (1993: 40) menjelaskan bahwa dalam novel, masalah yang ingin ditampilkan lebih luas ruang lingkupnya bila dibandingkan dengan cerpen. Ia dapat mengungkapkan semua episode perjalanan hidup tokoh ceritannya bahkan dapat pula menyinggung masalah- masalah yang kaitannya agak renggang atau degresi.
Sedangkan menurut Nurgiyantoro ( 2005: 9- 10) novel mengandung pengertian sebuah prosa fiksi, yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang tidak terlalu pendek. Jadi novel adalah karya sastra yang mengungkapkan masalah lebih luas yang berisi seluruh episode perjalanan tokohnya yang ceritanya tidak terlalu panjang juga tidak terlalu pendek.

  1. Unsur- unsur Intrinsik Novel
Sebuah novel merupakan sebuah totalitas, suatu keseluruhan yang menampilkan yang bersifat abstrak. Sebagai sebuah totalitas novel mempunyai bagian- bagian, unsur- unsur yang saling berkaitan satu dengan yang lain secara erat dan saling menggantungkan. Unsur- unsur sebuah novel tersebut terdiri dari unsur intrinsik dan ekstinsik ( Nurgiyantoro, 2007: 22- 23).

Nurgiyantoro (2007: 25) menjelaskan bahwa unsur- unsur pembangun sebuah novel terdiri atas tema, tokoh penokohan, latar dan alur secara umum dapat dikatakan lebih rinci dan kompleks.

Menurut Noor (2007: 29) setiap karya sastra juga mengandung unsur ekstrinsik yaitu unsur- unsur dari luar memengarui isi karya sastra. Unsur- unsur itu misalnya psikologi, sosiologi, agama, sejarah, filsafat, ideologi,politik dan lain- lain.

Untuk menganalisis nilai religius tidak semua unsur dimasukkan, adapun unsur yang dimasukkan yaitu tema, tokoh dan penokohan, dan latar.
  1. Tema
Dalam membaca cerita rekaan sering terasa bahwa pengarang tidak sekedar ingin menyampaikan sebuahcerita demi cerita saja. Ada sesuatu yang dibungkusnya dengan cerita ini. Alasan pengarang hendak menyajikaan cerita ialah hendak mengemukakan suatu gagasan. Gagasan ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra itu yang disebut tema. Adanya tema membuat karya lebih penting dari pada sekedar bacaan hiburan (Sudjiman, 1991: 50).
Suatu yang menjadi dasar cerita. Ia selalu berkaitan dengan berbagai pengalaman kehidupan, seperti masalah cinta, kasih, rindu, takut, maut, religius, dan sebagainya. Dalam hal tertentu sering tema disinonimkan dengan ide atau tujuan utama cerita.

  1. Tokoh dan Penokohan
Untuk membahas tokoh utama tidak semua unsur diteliti. Adapun unsur- unsur yang diteliti adalah tokoh dan penokohan. Unsur- unsur tersebut dianalisis karena berhubungan erat dengan masalah, sedangkan penokohan dianalisis untuk mengaitkan sifat- sifat tokoh dengan masalah- masalah yang dihadapi tokoh.

a. Tokoh
Tokoh adalah pelaku rekaan yang mengalami peristiwa atau berkelakun diberbagai peristiwa (Nurgiyantoro, 1995: 164).
b. Penokohan
Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 1995: 165).
Menurut Suharianto (1982: 31) penokohan atau perwatakan ialah pelukisan mengenai tokoh cerita baik dengan keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berupa pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat- istiadatnya dan sebagainya.
Menurut Harjito (2005: 10- 11) cara menampilkan tokoh biasanya disebut penokohan.
Penokohan secara umum ada 2 cara, yaitu:
1). Analitik: Pengarang menyebut watak sang tokoh secara langsung apa adanya.
2). Dramatik: Pembaca mesti menyimpulkan sendiri bagaimana sifat sang tokoh.
  1. Latar
Latar adalah segaal petunjuk, keterangan, acun yang berkaitan dengan waktu, ruang, suasana, terjadinya peristiwa (Harjito, 2006: 10).
Kegunaan latar atau setting dalam cerita biasanya bukan hanya sekedar sebagai petunjuk kapan dan diman cerita itu terjadi melainkan juga sebagai tempat pengambilan nilai- nilai yang ingin diungkapkn pengarang melalui ceritanya tersebut (Suharianto, 1982: 33).

  1. Nilai Religius dalam Karya Sastra
  1. Pengertian Religius
Mangunwijaya (1994: 4) menegaskan bahwa religiusitas berasal dari kata religio yang berarti memeriksa lagi, menimbang- nimbang, merenungkan keberatan hati nurani. Manusia yang religius dapat diartikan sebagai manusia yang berhati nurani serius, saleh dan teliti dalam mempertimbangkan batin, jadi belum menyebut dia menganut agama mana.
Dari pengertian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian religius harus dibedakan dari pengertian agama, Mangunwijaya (1994: 12) bahwa agama lebih membedakan istilah religius atau religiusitas dengan nama agama atau religi. Agama lebih menunjuk pada kelembagaan kebaktian kepada Tuhan atau pada “dunia atas” dalam aspeknya yang resmi, yuridis, peraturan- peraturan dan hukum- hukumnya serta keseluruhan organisasi tafsir Al- kitab dan sebagainya yang melingkupi segi- segi kemasyarakatan. Religiusitas lebih melihat aspek yang di dalam lubuk hati. Sikap- sikap religius seperti berdiri khidmat, membungkuk dan mencium tanah selaku ekspresi bakti terhadap Tuhan, mengatupkan mata selaku konsentrasi diri pasrah dan siap mendengarkan sabda ilahi dalam hati.
Dari uraian di atas Mangunwijayya menempatkan agama lebih menitikberatkan pada hubungan manusia dengan Tuhan sesuai dengan petunjuk dan hukum yang diberlakukan secara resmi seperti halnya pada kitab- kitab yang diturunkan kepada utusan-Nya. Sedangkan religius lebih menitikberatkan pada sebuah sikap tentang getaran nurani, termasuk rasa manusiawi. Oleh karena itu religius tidak memandang berasal dari agama apa tetapi lebih memnadang pada sikap dan bagaimana rasa atau nuraninya.
  1. Religiusitas dalam Karya Sastra
Karya sastra sebagai ungkapan jiwa pengarang mempunyai tugas untuk memberikan andil sebagai pengantar moral dan kehidupan yang ada di bumi. Pengarang yang berhasil membawakan moral dan kehidupan dalam karya sastra adalah karya religius. Mangunwijaya (1994: 16) menyebutkan bahwa semua sastra yang baik selalu religius. Dalam penjelasan sebelumnya Mangunwijaya menyebutkan bahwa religius sebagai penuntun manusia kearah segala makna yang baik.
Kemampuan pengarang dalam menyampaikan suatu makna yang baik akan dituangkan dalam seluruh struktur karya sastra. Jika berupa fiksi maka makna yang baik akan dituangkaan problematika kehidupan meskipun bukan didalam nyata, tetapi yakin bisa diterapkan dalam kehidupan sebenarnya.
Nilai- nilai religius yang ada pada masyarakat bukan datang secara tiba- tiba tetapi dimulai bahwa dorongan nampak pada bentuk doa dan pemujaan kepada dewa- dewa yang sering disertai upacara ritual. Berikutnya dorongan religius diungkapkan dalam bentuk menjalankan ritual keagamaan yang diselaraskan dengan pola kehidupan di masyarakat. Bertolak dari pola kehidupan masyarakat lahirlah karya sastra yang memberikan warna dan membentuuk perilaku masyarakat dengan makna- makna yang berarti, karya sastra juga menyampaikan makna kehidupan tentang keselarasan hidup dengan penciptanya dan nilai- nilai perilaku serta amalan- amalan terhadap sesama berkaitan dengan religius.
  1. Nilai Religius
Nilai religius adalah nilai mengenai konsep kehidupan religius atau keagamaan berupa ikatan atau hubungan yang mengatur manusia dengan Tuhannya. Nilai religius juga berhubungan dengan kehidupan dunia tidak jauh berbeda dengan nilai- nilai lainnya seperti kebudayaan dan aspek sosial selain itu nilai religius juga erat hubunganya dengan kehidupan akhirat yang misterius bagi manusia. Kehidupan akhirat inilah yang membedakan dengan nilai- nilai lainnnya.
Menurut Mangunwijaya (1994: 15) menegaskan bahwa nilai religius adalah nilai- nilai yang terdapat dalam karya sastra fiksi berupa penentuan manusia yang berhati nurani, berakhlak mulia atau saleh ke arah segala makna yang baik. Bagi manusia religius terdapat makna yang harus dihayati, suci dan nyata dalam bentuk kekuasaaan dan kekuatan yang tidak terhingga, sumber hidup dan kesuburan. Sesuatu yang dapat dihayati manusia religius yaitu kesadaran batin, mensyukuri nikmat yang telah Tuhan berikan berupa sumber kehidupan dan kesuburan bagi manusia.
Dorongan untuk menghargai dan memelihara semua yang Tuhan berikan berupa bakti kepada Tuhan. Aktualisasi manusia religius terlihat dari hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, manusia dengan alam. Adapun uraianya adalah sebagai berikut:
a). Hubungan manusia denga Tuhan
Manusia adalah mahkluk yang diciptakan Tuhan yang paling sempurna. Pada hakikatnya manusia di dunia harus dapat menaati segala perintah dan menjahui segala larangan dari Tuhan., sehingga manusia memiliki hubungan erat dengan sang pencipta. Melalui ibadah manusia berkomunikasi dengan Tuhan-nya sebagai sumber ketentraman batin dan kebahagiaan hidup. Di samping itu pula untuk mensyukuri semua nikmat yang diberikan Tuhan baik berupa kesehatan, panjang umur, rezeki, maupun kesuksesan hidup. Manusia berusaha taat atau bertaqwa kepada Tuhan dengan cara beribadah, berperilaku terpuji, bersedekah dan menolong sesama manusia dengan harapan mendapat pahala dari Tuhan.
b). Hubungan manusia dengan manusia
Sebagai mahkluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan bantuan orang lain. Dengan kata lain manusia selalu berinteraksi dan bersosialisasi dengan manusia lainnya sehingga terjalin hubungan timbal balik antar manusia. Hubungan sosial yang menngandung religiusitas yang tinggi memiliki pola kehidupan bermasyarakat yang akan mencerminkan sikap positis dan hubungan yang baik sebagai manusia yang beragaama.
Manusia diharapkan menjadi mahkluk yang berbudi dan berahlak mulia, oleh karena itu manusia dihimbau untuk melakukan keseimbangan dalam hidup yakni antara urusan dunia dan akhirat haruslah seimbang. Di dalam urusan dunia bekerja atau mencari rezeki adalah termasuk ibadah, bekerja disini manusia dituntut untuk berusaha bekerja keras untuk mencapai tujuan. Tanpa ada usaha niscaya yang kita inginkan tidak akan tercapai. Nilai religius yang ada adalah mendidik manusia untuk memiliki sikap bekerja keras dan tidak mudah putus asa.
Di zaman yang serba sulit seperti sekarang ini banyak manusia terhimpit dalam sulitnya mempertahankan hidup. Tertekan yang berlebihhan yang mengakibatkan depresi yang dialami manusia berdampak pada perilaku mengaganmbil jalan pintas dengan mengakhiri hidup untuk menyelesaikan suatu masalah. Ini dibuktikan dengan ajaran agama. Sabda Tuhan yang terdapat di dalam kitab suci, yakni janganlah manusia mudah berputus asa dalam menghadapi suatu ujian dan cobaan, karena di dalam ujian terdapat hikmah dan karunia yang terkandung di dalamnya.
c). Hubungan manusia dengan alam
Alam adalah tempat manusia berpijak dan tempat mempertahankan hidup. Untuk menghargai kebesaran Tuhan manusia diharapkan dapat memelihara alam dan memanfaatkan alam dengan semestinya. Sehingga tidak ada kerusakan pada alam yang mengakibatkan terjadinya bencana seperti banjir, tanh longsor, polusi udara, dan sebagainya. Semua bencana yang terjadi adalah akibat ulah tangan manusia sendiri yang kurang mensyukuri dan tidak memelihara keseimbangan alam.
  1. Pembelajaran Novel di SMA
Bantuan untuk mempermudah dalam memahami novel antara lain:
    1. Pemilihan edisi buku
Apabila untuk satu judul buku tersedia lebih dari satu terbitan di toko maupun diperpustakaan, hendaknya dipilih yang lebih baik cetakannya maupun bahannya mesti harganya sedikit lebih tinggi. Buku- buku yang dicetak dengan kertas yang baik dan cetakan yang bermutu biasanya lebih enak untuk dibaca ( Rahmanto, 1989: 75).
    1. Mengawali pembicaraan dengan menyenangkan
Agar siwa sejak awal dapat tertarik pada buku yang sedang dibahas guru hendaaknya menunjukkan atau membacakan bagian- bagian yang menarik dari buku itu sebelum siswa membaca dan memilikinya (Rahmanto, 1989: 76)
    1. Memberikan pentahapan belajar
Untuk menyajikan novel kadang memerlukan waktu yang jauh lebih panjang, maka guru hendaknya membantu siswa memberikan pentahapan bab- bab yang akan dipelajari. Bila perlu bab- bab yang terlalu panjang dapat dibagi lagi menjadi subbab sehingga dapat disajikan dengan lebih lancar (Rahmanto, 1989).
    1. Membuat cerita lebih hidup
Salah satu tugas utama guru dalam memberikan pengajaran novel ini adalah membantu siswa menemukan konsep atau pemikiran fundamental yang benar tentang novel itu. Agar siswa betah menikmati sampai akhir, hendaknya guru dapat membuat cerita itu menjadi lebih hidup (Rahmanto, 1989: 76).
    1. Metode yang bervariasi
Membaca dan mempelajari novel memerlukan waktu yang lama, maka guru dapat menolong mengurangi rasa kejenuan dengan jalan menerapkan berbagai variasi pengajaran. Kegiatan membaca novel sebagian besar harus dilakukan oleh siswa secara individual. Namun guru dapat juga sesekali membacakan bagian tertentu, terutama bagian yanng mengandung unsur dramatik dan lucu (Rahmanto, 1989: 79).
    1. Membuat catatan ringkas
Karena sebuah novel biasanya panjang dan kompleks hendaknya para siswa dianjurkan membuat catatan ringkas untuk membantu mengingat kesan- kesan yang telah didapatkannya dari apa yang telah dibacanya. Catatan ini dapat berwujud daftar nama tokoh yang penting dalam novel tersebut dengan memberikan komentar seperlunya(Rahmanto, 1989: 80).
    1. Pengkajian ulang
Setelah seluruh novel dibaca, perlu diadakan pengkajian ulang tentang apa yang telah dibacanya. Ini penting terutama untuk memperjelas kesan para siswa tentang novel yang mereka pelajari dan bila perlu untuk memperbaiki kesan- kesan yang keliru. Pengkajian ulang ini dilaksanakan dengan cara diskusi (Rahmanto, 1989: 81).

No comments: