- Latar Belakang Masalah
Karya sastra
merupakan struktur dunia rekaan, artinya realitas dalam karya sastra
adalah realitas rekaan yang tidak sama dengan reealitas dunia nyata.
Walaupun bahannya diambil dari dunia nyata, tetapi sudah diolah
(ditambah atau dikurangi) oleh imajinasi rekaan pengarang sehingga
kebenaran dari karya sastra itu kebenaran menurut idealnya pengarang
(Noor, 2007: 13).
Menurut Horatius
(melalui Sudjiman, 1990:12) karya sastra memang bersifat dulce
et utile;
menyenangkan dan bermanfaat. Karya sastra seharusnya menarik dan
merangsang rasa ingin tahu, ada kemiripan dengan sesuatu di dalam
kehidupan ini karena bahannya diambilkan dari pengalaman hidup.
Menurut Luxemburg
(melalui Noor, 2007: 12) karya sastra merupakan literature
is an expression
of
society
karya sastra merupakan pencerminan masyarakat, bahwa karya sastra
menggambarkan kenyataan.
Noor (2005: 9)
menyatakan bahwa sastra dapat berlaku sebagai objek penelitian.
Sastra juga dapat dipakai sebagai perangkat teori yang dijadikan
sebagai alat penelitian.
Karya sastra
merupakan gejala komunikasi bahasa. Sebagai gejala komunikasi bahasa
karya sastra bukan merupakan wujud “material” tetapi gejala yang
mengandung sesuatu yang lain. Dinyatakan demikian karena karya sastra
yang secara objektif terwujud dalam bentuk paparan bahasa merupakan
hasil ekspresi gagasan penutur yang sekaligus mengaplikasikan adanya
orang ke dua sebagai pembaca atau penangkap (Aminudin, 1990: 3).
Suatu karya sastra
dianggap berhasil bila mempunyai nilai. Nilai-nilai itu adalah
pertama nilai hidonik artinya sastra memberi kesenangan langsung
kepada pembacanya. Kedua nilai artistik yaitu memanifestasikan
keterampilan seseorang. Ketiga cultural yaitu suatu karya sastra
mengandung suatu hubungan antara peradaban atau masyarakat dengan
kebudayaan. Keempat nilai etika pendidikan, religius. Dalam karya
sastra mengandung ajaran-ajaran yang ada sangkut pautnya dengan etika
pendidikan dan agama.
Karya sastra
menawarkan pesan moral yang berhubungan dengan sifat-sifat
luhur,kemanusiaan,memperjuangkan hak dan martabat manusia.
Sifat-sifat luhur kemanusiaan tersebut pada hakekatnya bersifat
universal. Artinya, sifat-sifat itu dimiliki, dan diyakini
kebenarannya oleh masyarakat. (Nurgiantoro,1998: 321-322).
Karya sastra sebagai
ungkapan makna hidup dan kehidupan sebagaimana yang tertangkap oleh
batin seorang pengarang yang mengandung aspek religius mempunyai
peranan penting bagi kehidupan manusia. Melalui karya sastra yang di
dalamnya terdapat aspek religius, pembaca dapat memperoleh manfaatnya
untuk menerapkan hidup berpatokan pada agama. Setidaknya dengan aspek
religius dalam karya sastra membawa pengaruh yang baik bagi pembaca
meskipun pengaruh tersebut hanya sedikit tetapi setidaknya dapat
mengubah perilaku moral manusia sedikit lebih baik karena di dalam
karya sastra tersebut mengandung aspek religius. Semua sastra yang
baik selalu religius( Mangunwijaya: 1988: 16)
Dalam penulisan
novel Berteman
dengan Kematian karya
Dunia Sinta Ridwan mempunyai keunikan dan keistimewaan yang tidak
dimiliki oleh pengarang lain. Permasalahan yang menarik untuk dikaji
dalam penelitian ini adalah nilai religius yang terdapat dalam novel
Berteman
dengan Kematian.
Religius selalu berkaitan dengan hal yang berhubungan dengan
transedental. Transedental diperlukan karena manusia hanya mungkin
diselamatkan dengan iman. Selain itu transedental dalam arti
spiriyual akan membantu manusia menyelesaikan masalah- masalah
modern. Sehingga untuk membuktikan secara nyata nilai religius yang
ada di dalamnya penulis akan mengadakan penelitian dengan judul Nilai
Religius dalam Novel Berteman
Dengan Kematian karya
Dunia Sinta Ridwan.
Pengajaran sastra
dapat digunakan untuk memperluas pengungkapan yang diterima oleh
panca indra seperti indra penglihatan, indra pendengaran, indra
pengecapan dan indra peraba. Oleh karena itu agar pengajaran sastra
lebih berhasil guru kiranya perlu mengembangkan ketrampilan (atau
semacam bakat) khusus untuk memilih bahan pengajaran sastra yang
bahasanya sesuai dengan tingkat penguasaan bahasa siswanya (Rahmanto,
1989:27)
Sebagai guru sastra
hendaklah berhati- hati terhadap anggapan bahwa orang yang banyak
membaca sastra biasanya baik perilakunya. Anggapan seperti itu tidak
benar. Perilaku seseorang lebih ditentukan oleh faktor- faktor
pribadinya yang yang paling dalam. Tidak ada satupun jenis pendidikan
yang mampu menentukan watak manusia kecuali pendidikan cuci otak.
Bagaimanapun pendidikan hanya dapat berusaha membina dan membentuk,
tetapi tidak dapat menjamin secara mutlak watak manusia yang
dididiknya (Rahmanto, 1989).
Pembelajaran novel
merupakan salah satu pembelajaran satra di SMA kelas XI semester I.
Di dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006 novel
terdapat pada butir 7 dengan standar kompetensi yaitu memahami
berbagai hikayat, novel Indonesia/ novel terjemahan dan kompetensi
dasar menganalisis unsur- unsur intrinsik dan ekstrisik novel
Indonesia/ terjemahan ( Muslich, 2007).
Dari hal di atas
penulis tertarik untuk menganalisis nilai religius dalam novel
Berteman
dengan Kematian
karya Dunia Sinta Ridwan dan Alternatif Pembelajaran di SMA.
- Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
- Bagaimanakah nilai religius dalam novel Berteman dengan Kematian karya Dunia Sinta Ridwan?
- Bagaimana alternatif pembelajaran Nilai Religius dalam Novel Berteman dengan Kematian karya Dunia Sinta Ridwan?
- Tujuan Penelitian
Tujuan dalam
penelitian ini adalah:
- Mendiskripsikan Nilai Religius dalam Novel Berteman dengan Kematian karya Dunia Sinta Ridwan.
- Mendiskripsikan alternatif pembelajaran Nilai Religius dalam Novel Berteman dengan Kematian karya Dunia Sinta Ridwan di SMA.
- Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberi manfaat yang baik secara teoritis maupun
praktis. Agar lebih jelas, kedua manfaat tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut:
- Manfaat Teoritis
Dapat digunakan
untuk mengembangkan pengetahuan dalam bidang sastra serta memberikan
sumbangan informasi bagi pengetahuan ilmu sastra khususnya novel bisa
dianalisis berdasarkan nilai religiusnya.
- Manfaat Praktis
Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan kepada pembaca
tentaang pemahaman terhadap novel, menambah khasanah pengetahuan
tentang karya sastra bagi mahasiswa atau calon guru serta masyarakat
ilmiah di lingkungan pendidikan atau masyarakat yang berminat
terhadap karya sastra untuk lebih meningkatkan pengetahuan terhadap
novel khususnya yang berhubungan dengan Nilai Religius Novel Berteman
dengan Kematian
karya Dunia Sinta Ridwan dan Alternatif Pembelajaran di SMA.
- Penegasan Istilah
Agar tidak terjadi
kesalahpahaman atau kekeliruan penafsiran tentang istilah- istilah
yang dipergunakan dalam penelitian ini, maka perlu penegasan istilah.
Adapun istilah yang
perlu ditegaskan adalah novel, nilai religius, pembelajaran.
- Novel
Novel adalah cerita
rekaan yang panjang yang mengetengahkan tokoh tokoh dan menampakkan
serangkaian peristiwa dan latar (setting) secara terstruktur (Noor,
2006:26-27)
- Nilai religius
Nilai religius
adalah nilai mengenai konsep kehidupan religius atau keagamaan berupa
ikatan atau hubungan yang mengatur manusia dengan Tuhannya. Nilai
religius juga berhubungan dengan kehidupan dunia tidak jauh berbeda
dengan nilai- nilai lainnya seperti nilai kebudayaan dan aspek
sosial, selain itu nilai religius juga erat hubungannya dengan
kehidupan akhirat yang misterius bagi manusia. Kehidupan akhirat
inilah yang membedakan dengan nilai- nilai lainnya.
Menurut Mangun
Wijaya (1994: 15) menegaskan bahwa nilai religius adalah nilai- nilai
yang terdapat dalam karya sastra fiksi berupa penentuan manusia yang
berhati nurani, berahklak mulia atau saleh ke arah segala makna yang
baik. Bagi manusia religius, terdapat makna yang harus dihayati suci
dan nyata dalam bentuk kekuasaan dan kekuatan yang tidak terhingga,
sumber hidup dan kesuburan. Sesuatu yang dapat dihayati manusia
religius yakni kesadaran batin, mensyukuri nikmat yang telah Tuhan
berikan berupa sumber kehidupan dan kesuburan bagi manusia.
- Pembelajaran
Pembelajaran
merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dan penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.
Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan
itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik
ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau
keluarganya sendiri.
- Metode Penelitian
- Metode penelitian
Adapun metode yang
digunakan dalam penelitian nilai religius ini adalah sebagai berikut
- Metode Kualitatif Deskriptif
Di dalam penelitian
ini objek penelitian berupa cerita rekaan, maka penelitian ini
memilih metode kualitatif deskriptif. Metode ini digunakan untuk
mendeskripsikan atau menggambarkan unsur-unsur intrinsik yang berada
dalam novel tersebut.
- Metode Kepustakaan
Di dalam penelitian
ini objek penelitian berupa cerita rekaan, maka penelitian ini
memilih metode kepustakaan. Metode ini digunakan untuk mencari teori,
konsep-konsep yang dijadikan landasan teori atau mencari letak
teori-teori baru dan data-data yang dimungkinkan relevan dengan
penelitian.
- Pendekatan Religius
Pendekatan religi
yaitu suatu cara untuk menyusun teori- teori pendidikan dengan
bersumber dan berlandaskan pada ajaran agama. Di dalamnya berisikan
keyakinan dan nilai- nilai tentang kehidupan yang dapat dijadikan
sebagai sumber untuk menemukan tujuan, metode bahkan sampai dengan
jenis- jenis pendidikan. Cara kerja pendidikan religi berbeda dengan
pendekatan sains maupun filsafat dimana cara kerjanya bertumpukan
sepenuhnya kepada akal atau rasio, dalam pendekatan religi titik
tolaknya adalah keyakinan (keimanan). Pendekatan religi menuntut
orang meyakini dulu terhadap segala sesuatu yang diajarkan dalam
agama (Tafsir: 1992).
- Proses Penelitian
Penelitian ini
berupa kajian pustaka sehingga objek penelitiannya adalah nilai
religius Novel Berteman Dengan Kematian karya Dunia Sinta Ridwan dan
alternatif pembelajaran di SMA. Maka penelitian ini dilakukan
membaca novel dan buku- buku yang relevan diperpustakaan dengan
adanya penelitian tersebut tidak ada pembatasan tempat dan waktu yang
khusus dan menerapkan nilai religius dalam pembelajaran novel di
SMA.
- Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan
data yang mendukung penelitian ini diperlukan beberapa tahapan.
Tahapan- tahapan tersebut sebagai berikut:
- Membaca langsung secara keseluruhan nilai religius Novel Bertema Dengan Kematian karya Dunia Sinta Ridwan untuk memahami isinya.
- Mencatat hal- hal yang penting yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.
- Menerapkan alternatif pembelajaran nilai religius dalam novel di SMA.
- Sistematika Penulisaan
Agar lebih baik dan
terarah dalam pembuatan skripsi ini maka penulis membuat rencana atau
tata urutan penulisan yang terdiri atas empat bab. Keempat bab itu
sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan,
terdiri atas latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan.
Bab II Landasan
teori, pada bab ini diuraikan pengertian sastra, pengertian novel,
nilai religius dan alternatif pembelajaran di SMA.
Bab III Analisis
Nilai Religius dalam Novel Berteman
dengan
Kematian
karya Dunia Sinta Ridwan dan Pembelajaran Nilai Religius Novel
Berteman
dengan Kematian
karya Dunia Sinta Ridwan di SMA.
Bab IV Penutup,
pada bab ini berisi simpulan dan saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
- Pengertian Novel
Novel adalah cerita
rekaan yang panjang yang mengetengahkan tokoh- tokoh dan menampakkan
serangkaian peristiwa dan latar belakang secara terstruktur (Noor,
2007: 26).
Disamping novel di
indonesia dikenal pula istilah roman. Secara hakiki sebenarnya kedua
bentuk cerita tersebut tidak berbeda, baik dilihat dari teknik
berceritannya maupun isi yang akan diungkapkan pengarang hanya karena
kedua bentuk karya sastra tersebut berasal dari sumber yang berbeda
daan berkembang atau masuk ke indonesia pada kurun waktu yang tidak
sama, orang kemudian mencari- cari perbedaannya. Roman lebih dulu
dikenal di indonesia karena bentuk cerita tersebut berasal dari
tradisi sastra Belanda. Sedangkan novel baru kemudian dikenalnya
yaitu bersama- sama dengan masuknya kebudayaan Amerika (Suharianto,
1993: 41).
Menurut suharianto
(1993: 40) menjelaskan bahwa dalam novel, masalah yang ingin
ditampilkan lebih luas ruang lingkupnya bila dibandingkan dengan
cerpen. Ia dapat mengungkapkan semua episode perjalanan hidup tokoh
ceritannya bahkan dapat pula menyinggung masalah- masalah yang
kaitannya agak renggang atau degresi.
Sedangkan menurut
Nurgiyantoro ( 2005: 9- 10) novel mengandung pengertian sebuah prosa
fiksi, yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang tidak terlalu
pendek. Jadi novel adalah karya sastra yang mengungkapkan masalah
lebih luas yang berisi seluruh episode perjalanan tokohnya yang
ceritanya tidak terlalu panjang juga tidak terlalu pendek.
- Unsur- unsur Intrinsik Novel
Sebuah novel
merupakan sebuah totalitas, suatu keseluruhan yang menampilkan yang
bersifat abstrak. Sebagai sebuah totalitas novel mempunyai bagian-
bagian, unsur- unsur yang saling berkaitan satu dengan yang lain
secara erat dan saling menggantungkan. Unsur- unsur sebuah novel
tersebut terdiri dari unsur intrinsik dan ekstinsik ( Nurgiyantoro,
2007: 22- 23).
Nurgiyantoro (2007:
25) menjelaskan bahwa unsur- unsur pembangun sebuah novel terdiri
atas tema, tokoh penokohan, latar dan alur secara umum dapat
dikatakan lebih rinci dan kompleks.
Menurut Noor (2007:
29) setiap karya sastra juga mengandung unsur ekstrinsik yaitu unsur-
unsur dari luar memengarui isi karya sastra. Unsur- unsur itu
misalnya psikologi, sosiologi, agama, sejarah, filsafat,
ideologi,politik dan lain- lain.
Untuk menganalisis
nilai religius tidak semua unsur dimasukkan, adapun unsur yang
dimasukkan yaitu tema, tokoh dan penokohan, dan latar.
- Tema
Dalam membaca cerita
rekaan sering terasa bahwa pengarang tidak sekedar ingin menyampaikan
sebuahcerita demi cerita saja. Ada sesuatu yang dibungkusnya dengan
cerita ini. Alasan pengarang hendak menyajikaan cerita ialah hendak
mengemukakan suatu gagasan. Gagasan ide, atau pikiran utama yang
mendasari suatu karya sastra itu yang disebut tema. Adanya tema
membuat karya lebih penting dari pada sekedar bacaan hiburan
(Sudjiman, 1991: 50).
Suatu yang menjadi
dasar cerita. Ia selalu berkaitan dengan berbagai pengalaman
kehidupan, seperti masalah cinta, kasih, rindu, takut, maut,
religius, dan sebagainya. Dalam hal tertentu sering tema disinonimkan
dengan ide atau tujuan utama cerita.
- Tokoh dan Penokohan
Untuk membahas tokoh
utama tidak semua unsur diteliti. Adapun unsur- unsur yang diteliti
adalah tokoh dan penokohan. Unsur- unsur tersebut dianalisis karena
berhubungan erat dengan masalah, sedangkan penokohan dianalisis untuk
mengaitkan sifat- sifat tokoh dengan masalah- masalah yang dihadapi
tokoh.
a. Tokoh
Tokoh adalah pelaku
rekaan yang mengalami peristiwa atau berkelakun diberbagai peristiwa
(Nurgiyantoro, 1995: 164).
b. Penokohan
Penokohan adalah
pelukisan gambaran yang jelas tentang seorang yang ditampilkan dalam
sebuah cerita (Nurgiyantoro, 1995: 165).
Menurut Suharianto
(1982: 31) penokohan atau perwatakan ialah pelukisan mengenai tokoh
cerita baik dengan keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berupa
pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat- istiadatnya dan
sebagainya.
Menurut Harjito
(2005: 10- 11) cara menampilkan tokoh biasanya disebut penokohan.
Penokohan secara
umum ada 2 cara, yaitu:
1). Analitik:
Pengarang menyebut watak sang tokoh secara langsung apa adanya.
2). Dramatik:
Pembaca mesti menyimpulkan sendiri bagaimana sifat sang tokoh.
- Latar
Latar adalah segaal
petunjuk, keterangan, acun yang berkaitan dengan waktu, ruang,
suasana, terjadinya peristiwa (Harjito, 2006: 10).
Kegunaan latar atau
setting dalam cerita biasanya bukan hanya sekedar sebagai petunjuk
kapan dan diman cerita itu terjadi melainkan juga sebagai tempat
pengambilan nilai- nilai yang ingin diungkapkn pengarang melalui
ceritanya tersebut (Suharianto, 1982: 33).
- Nilai Religius dalam Karya Sastra
- Pengertian Religius
Mangunwijaya (1994:
4) menegaskan bahwa religiusitas berasal dari kata religio yang
berarti memeriksa lagi, menimbang- nimbang, merenungkan keberatan
hati nurani. Manusia yang religius dapat diartikan sebagai manusia
yang berhati nurani serius, saleh dan teliti dalam mempertimbangkan
batin, jadi belum menyebut dia menganut agama mana.
Dari pengertian ini
dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian religius harus dibedakan
dari pengertian agama, Mangunwijaya (1994: 12) bahwa agama lebih
membedakan istilah religius atau religiusitas dengan nama agama atau
religi. Agama lebih menunjuk pada kelembagaan kebaktian kepada Tuhan
atau pada “dunia atas” dalam aspeknya yang resmi, yuridis,
peraturan- peraturan dan hukum- hukumnya serta keseluruhan organisasi
tafsir Al- kitab dan sebagainya yang melingkupi segi- segi
kemasyarakatan. Religiusitas lebih melihat aspek yang di dalam lubuk
hati. Sikap- sikap religius seperti berdiri khidmat, membungkuk dan
mencium tanah selaku ekspresi bakti terhadap Tuhan, mengatupkan mata
selaku konsentrasi diri pasrah dan siap mendengarkan sabda ilahi
dalam hati.
Dari uraian di atas
Mangunwijayya menempatkan agama lebih menitikberatkan pada hubungan
manusia dengan Tuhan sesuai dengan petunjuk dan hukum yang
diberlakukan secara resmi seperti halnya pada kitab- kitab yang
diturunkan kepada utusan-Nya. Sedangkan religius lebih
menitikberatkan pada sebuah sikap tentang getaran nurani, termasuk
rasa manusiawi. Oleh karena itu religius tidak memandang berasal dari
agama apa tetapi lebih memnadang pada sikap dan bagaimana rasa atau
nuraninya.
- Religiusitas dalam Karya Sastra
Karya sastra sebagai
ungkapan jiwa pengarang mempunyai tugas untuk memberikan andil
sebagai pengantar moral dan kehidupan yang ada di bumi. Pengarang
yang berhasil membawakan moral dan kehidupan dalam karya sastra
adalah karya religius. Mangunwijaya (1994: 16) menyebutkan bahwa
semua sastra yang baik selalu religius. Dalam penjelasan sebelumnya
Mangunwijaya menyebutkan bahwa religius sebagai penuntun manusia
kearah segala makna yang baik.
Kemampuan pengarang
dalam menyampaikan suatu makna yang baik akan dituangkan dalam
seluruh struktur karya sastra. Jika berupa fiksi maka makna yang baik
akan dituangkaan problematika kehidupan meskipun bukan didalam nyata,
tetapi yakin bisa diterapkan dalam kehidupan sebenarnya.
Nilai- nilai
religius yang ada pada masyarakat bukan datang secara tiba- tiba
tetapi dimulai bahwa dorongan nampak pada bentuk doa dan pemujaan
kepada dewa- dewa yang sering disertai upacara ritual. Berikutnya
dorongan religius diungkapkan dalam bentuk menjalankan ritual
keagamaan yang diselaraskan dengan pola kehidupan di masyarakat.
Bertolak dari pola kehidupan masyarakat lahirlah karya sastra yang
memberikan warna dan membentuuk perilaku masyarakat dengan makna-
makna yang berarti, karya sastra juga menyampaikan makna kehidupan
tentang keselarasan hidup dengan penciptanya dan nilai- nilai
perilaku serta amalan- amalan terhadap sesama berkaitan dengan
religius.
- Nilai Religius
Nilai religius
adalah nilai mengenai konsep kehidupan religius atau keagamaan berupa
ikatan atau hubungan yang mengatur manusia dengan Tuhannya. Nilai
religius juga berhubungan dengan kehidupan dunia tidak jauh berbeda
dengan nilai- nilai lainnya seperti kebudayaan dan aspek sosial
selain itu nilai religius juga erat hubunganya dengan kehidupan
akhirat yang misterius bagi manusia. Kehidupan akhirat inilah yang
membedakan dengan nilai- nilai lainnnya.
Menurut Mangunwijaya
(1994: 15) menegaskan bahwa nilai religius adalah nilai- nilai yang
terdapat dalam karya sastra fiksi berupa penentuan manusia yang
berhati nurani, berakhlak mulia atau saleh ke arah segala makna yang
baik. Bagi manusia religius terdapat makna yang harus dihayati, suci
dan nyata dalam bentuk kekuasaaan dan kekuatan yang tidak terhingga,
sumber hidup dan kesuburan. Sesuatu yang dapat dihayati manusia
religius yaitu kesadaran batin, mensyukuri nikmat yang telah Tuhan
berikan berupa sumber kehidupan dan kesuburan bagi manusia.
Dorongan untuk
menghargai dan memelihara semua yang Tuhan berikan berupa bakti
kepada Tuhan. Aktualisasi manusia religius terlihat dari hubungan
manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, manusia dengan alam.
Adapun uraianya adalah sebagai berikut:
a). Hubungan manusia
denga Tuhan
Manusia adalah
mahkluk yang diciptakan Tuhan yang paling sempurna. Pada hakikatnya
manusia di dunia harus dapat menaati segala perintah dan menjahui
segala larangan dari Tuhan., sehingga manusia memiliki hubungan erat
dengan sang pencipta. Melalui ibadah manusia berkomunikasi dengan
Tuhan-nya sebagai sumber ketentraman batin dan kebahagiaan hidup. Di
samping itu pula untuk mensyukuri semua nikmat yang diberikan Tuhan
baik berupa kesehatan, panjang umur, rezeki, maupun kesuksesan hidup.
Manusia berusaha taat atau bertaqwa kepada Tuhan dengan cara
beribadah, berperilaku terpuji, bersedekah dan menolong sesama
manusia dengan harapan mendapat pahala dari Tuhan.
b). Hubungan manusia
dengan manusia
Sebagai mahkluk
sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan bantuan
orang lain. Dengan kata lain manusia selalu berinteraksi dan
bersosialisasi dengan manusia lainnya sehingga terjalin hubungan
timbal balik antar manusia. Hubungan sosial yang menngandung
religiusitas yang tinggi memiliki pola kehidupan bermasyarakat yang
akan mencerminkan sikap positis dan hubungan yang baik sebagai
manusia yang beragaama.
Manusia diharapkan
menjadi mahkluk yang berbudi dan berahlak mulia, oleh karena itu
manusia dihimbau untuk melakukan keseimbangan dalam hidup yakni
antara urusan dunia dan akhirat haruslah seimbang. Di dalam urusan
dunia bekerja atau mencari rezeki adalah termasuk ibadah, bekerja
disini manusia dituntut untuk berusaha bekerja keras untuk mencapai
tujuan. Tanpa ada usaha niscaya yang kita inginkan tidak akan
tercapai. Nilai religius yang ada adalah mendidik manusia untuk
memiliki sikap bekerja keras dan tidak mudah putus asa.
Di zaman yang serba
sulit seperti sekarang ini banyak manusia terhimpit dalam sulitnya
mempertahankan hidup. Tertekan yang berlebihhan yang mengakibatkan
depresi yang dialami manusia berdampak pada perilaku mengaganmbil
jalan pintas dengan mengakhiri hidup untuk menyelesaikan suatu
masalah. Ini dibuktikan dengan ajaran agama. Sabda Tuhan yang
terdapat di dalam kitab suci, yakni janganlah manusia mudah berputus
asa dalam menghadapi suatu ujian dan cobaan, karena di dalam ujian
terdapat hikmah dan karunia yang terkandung di dalamnya.
c). Hubungan manusia
dengan alam
Alam adalah tempat
manusia berpijak dan tempat mempertahankan hidup. Untuk menghargai
kebesaran Tuhan manusia diharapkan dapat memelihara alam dan
memanfaatkan alam dengan semestinya. Sehingga tidak ada kerusakan
pada alam yang mengakibatkan terjadinya bencana seperti banjir, tanh
longsor, polusi udara, dan sebagainya. Semua bencana yang terjadi
adalah akibat ulah tangan manusia sendiri yang kurang mensyukuri dan
tidak memelihara keseimbangan alam.
- Pembelajaran Novel di SMA
Bantuan untuk
mempermudah dalam memahami novel antara lain:
- Pemilihan edisi buku
Apabila untuk satu
judul buku tersedia lebih dari satu terbitan di toko maupun
diperpustakaan, hendaknya dipilih yang lebih baik cetakannya maupun
bahannya mesti harganya sedikit lebih tinggi. Buku- buku yang dicetak
dengan kertas yang baik dan cetakan yang bermutu biasanya lebih enak
untuk dibaca ( Rahmanto, 1989: 75).
- Mengawali pembicaraan dengan menyenangkan
Agar siwa sejak awal
dapat tertarik pada buku yang sedang dibahas guru hendaaknya
menunjukkan atau membacakan bagian- bagian yang menarik dari buku itu
sebelum siswa membaca dan memilikinya (Rahmanto, 1989: 76)
- Memberikan pentahapan belajar
Untuk menyajikan
novel kadang memerlukan waktu yang jauh lebih panjang, maka guru
hendaknya membantu siswa memberikan pentahapan bab- bab yang akan
dipelajari. Bila perlu bab- bab yang terlalu panjang dapat dibagi
lagi menjadi subbab sehingga dapat disajikan dengan lebih lancar
(Rahmanto, 1989).
- Membuat cerita lebih hidup
Salah satu tugas
utama guru dalam memberikan pengajaran novel ini adalah membantu
siswa menemukan konsep atau pemikiran fundamental yang benar tentang
novel itu. Agar siswa betah menikmati sampai akhir, hendaknya guru
dapat membuat cerita itu menjadi lebih hidup (Rahmanto, 1989: 76).
- Metode yang bervariasi
Membaca dan
mempelajari novel memerlukan waktu yang lama, maka guru dapat
menolong mengurangi rasa kejenuan dengan jalan menerapkan berbagai
variasi pengajaran. Kegiatan membaca novel sebagian besar harus
dilakukan oleh siswa secara individual. Namun guru dapat juga
sesekali membacakan bagian tertentu, terutama bagian yanng mengandung
unsur dramatik dan lucu (Rahmanto, 1989: 79).
- Membuat catatan ringkas
Karena sebuah novel
biasanya panjang dan kompleks hendaknya para siswa dianjurkan membuat
catatan ringkas untuk membantu mengingat kesan- kesan yang telah
didapatkannya dari apa yang telah dibacanya. Catatan ini dapat
berwujud daftar nama tokoh yang penting dalam novel tersebut dengan
memberikan komentar seperlunya(Rahmanto, 1989: 80).
- Pengkajian ulang
Setelah seluruh
novel dibaca, perlu diadakan pengkajian ulang tentang apa yang telah
dibacanya. Ini penting terutama untuk memperjelas kesan para siswa
tentang novel yang mereka pelajari dan bila perlu untuk memperbaiki
kesan- kesan yang keliru. Pengkajian ulang ini dilaksanakan dengan
cara diskusi (Rahmanto, 1989: 81).
No comments:
Post a Comment