Laman

Wednesday, October 05, 2011

Analisis Nilai Moral dalam novel Edensor karya Andrea Hirata dan alternatif pembelajaran membaca pada Siswa kelas XI SMK.

  1. LATAR BELAKANG
Karya sastra adalah sebuah struktur yang sangat komplek. Dalam hubungannya dengan kehidupan, sastra adalah ekspresi kehidupan manusia yang tidak terlepas dari akar masyarakatnya. Kehidupan yang dituangkan dalam karya sastra mencakup hubungan manusia dengan lingkungan dan masyarakat, hubungan sesama manusia, hubungan manusia dengan dirinya, dan hubungan manusia dengan Tuhan. Meskipun demikian, sastra tetap diakui sebagai sebuah ilusi atau khayalan dari kenyataan. Sastra tidak akan semata-mata menyodorkan fakta secara mentah. Sastra bukan sekedar tiruan kenyataan, melainkan kenyataan yang telah ditafsirkan oleh pengarang dari kehidupan yang ada disekitarnya. Jadi, karya sastra adalah pengejawantahan kehidupan hasil pengamatan sastrawan atas kehidupan sekitarnya (Suharianto, 1982:11).
Sastra ditulis atau diciptakan oleh seorang pengarang bukan sekedar dibaca sendiri, melainkan ada ide gagasan, pengalaman dan amanat serta nilai-nilai yang ingin disampaikannya kepada pembaca. Pengarang berharap apa yang dituangkannya dapat menjadi sebuah masukan, sehingga pembaca dapat mengambil nilai-nilai kehidupan dan mampu menginterprestasikannya dalam kehidupan nyata. Menurut George Santayana (dalam Hasan dan Dendy, 2002:233) sastra dapat juga berperan sebagai penuntun hidup. Hanya saja penuntun hidup itu tersublimasi sedemikian rupa sehingga sehingga tidak mungkin ia bersifat mendikte tentang apa yang sebaiknya dilakukan seseorang atau apa yang sebaiknya tidak dilakukan. Sastra dapat membentuk watak-watak pribadi secara personal dan social. Sastra mampu berfungsi sebagai penyadar manusia akan kehadirannya yang bermakna baik dihadapan pencipta maupun dihadapan sesama umat. Inilah yang kita kenal dengan penuntun SDM yang berkualitas imtaq.
Novel sebagai salah satu karya sastra, merupakan sarana atau media yang menggambarkan apa yang ada didalam pikiran pengarang. Ketika seorang pengarang akan memunculkan nilai-nilai moralitas dalam karyanya, data-data atau informasi yang ia kemukakan bisa berasal dari orang lain maupun dari pengalamannya sendiri. Nilai-nilai tersebut adalah sebuah refleksi pandangan dari bagaimana tingkah laku manusia dalam bermasyarakat. Informasi-informasi yang telah diperoleh dan disertai dengan pengalaman kemudian ia bentuk dalam sebuah kehidupan fiksi berbentuk cerita panjang, yang mengetengahkan tokoh-tokoh dan menampakkan serangkaiaan peristiwa dan latar (setting) secara terstruktur (Nor, 2004:26). Melalui tokoh-tokoh dan beragam rangkaian cerita, pembaca diharapkan dapat mengambil hikmah dari pesan-pesan yang disampaikan atau diamanatkan. Pengarang berusaha agar pembaca mampu memperoleh nilai-nilai tersebut dan bisa merefleksikannya dalam kehidupan.
Dalam novel banyak kita jumpai nilai-nilai kehidupan, salah satunya adalah moral. Moral merupakan perbuatan atau tindakan yang dilakukan sesuai dengan ide-ide atau pendapat—pendapat umum yang diterima yang meliputi kesatuan social lingkungan-lingkungan tertentu (Aminuddin, 2009:153). Penggambaran moral yang ada dalam novel bisanya tak jauh tak jauh dari lingkungan kehidupan pengarang. Dari sanalah digambarkan bagaimana perilaku kehidupan masyarakat yang tampak, tentang pengambaran baik buruknya akhlak manusia dalam bertingkah laku. Moral adalah ajaran baik buruk yang diterima umum menjadi perbuatan sikap kewajiban akhlak budi pekerti dan susila (Nurgiyantoro: 2007: 320-321).
Dalam menganalisis sebuah karya sastra (novel) perlu adanya sebuah pendekatan. Pendekatan disini digunakan sebagai suatu cara agar penelitian menjadi lebih dalam. Pendekatan merupakan sebuah cara yang digunakan peneliti untuk menguasai dan mengembangkan ilmu yang paling tinggi validitasnya dan ketepatannya sebagai acuan dalam penelitian. Menurut Wellek dan Warren (dalam Endraswara, 2003:9), pendekatan terdiri dari dua yaitu pendekatan intrinsic dan pendekatan ekstrinsik. Pendekatan intrinsic adalah penelitian sastra yang bersumber pada teks sastra itu sendiri secara otonom. Sedangkan pedekatan ekstrinsik adalah penelitian unsure-unsur luar karya sastra. Yakni pengkajian konteks karya sastra diluar teks. Berkaitan dengan penelitian analisis nilai moral, dalam hal ini peneliti menggunakan pendekatan ekstrinsik yaitu berbentuk pendekatan moral. Pendekatan moral dalam karya sastra menghendaki sastra menjadi medium perekaman keperluan zaman, yang memiliki semangat menggerakkan masyarakat kearah budi pekerti yang terpuji. (Semi 1993: 71). Landasan yang digunakan adalah bedasarkan pada apa yang sudah ada, yaitu dari persepsi bagaimana masyarakat memandang tentang nilai moral.
Penelitian menggunakan novel Edensor karya Andrea hirata sebagai objek kajian. Andrea Hirata adalah seorang penulis yang lahir dan dibesarkan didaerah asalnya yaitu Bangka Belitong. Saat ini Andrea tinggal di Bandung dan masih bekerja di kantor pusat Telkom, sebenarnya dia tidak mempunyai latar belakang sebagai seorang penulis. Andrea merupakan sarjana ekonomi dari Universitas Indonesia, dan mendapat beasiswa Uni Eropa untuk studi master of science di universite de Paris, Sorbonne, prancis dan Sheffield Hallam University, United kingdom. Walaupun Andrea tidak memiliki latar belakang penulis, namun dia mampu menciptakan karya sastra berupa Novel Tetralogi sekaligus dengan gaya realis yang bertabur metafora dan digemari masyarakat. Andrea adalah jaminan bagi sebuah karya sastra bergaya saintifik dengan penyampaian yang cerdas dan menyentuh (Ahmad Tohari/sastrawan). Menurut Prof. Dr. Syafii ma’arif, mantan ketua Muhamadiyah “Andrea langsung membidik pusat kesadaran”. Hal demikian mungkin yang membuat karyanya menjadi salah satu novel Best Seller di Negeri Tetangga.
Novel Edensor merupakan novel ketiga dari tetralogi laskar pelangi. Novel ini menceritakan tentah keberanian bermimpi, kekuatan cinta, pencarian jati diri, dan penaklukan-penaklukan yang gagah berani yang digambarkan melalui tokoh ikal. Idealisme yang ditampilkan melalui tokoh kental akan aroma energi positif dalam memandang kehidupan yang penuh akan tantangan. Energi-energi kehidupan yang imajinatif tersebut merupakan sesuatu yang positif dalam membangun karakter moral pembaca. Menurut semi (1989:49) mengungkapkan bahwa karya sastra dianggap sebagai suatu medium yang paling efektif membina moral dan kepribadian suatu kelompok masyarakat. Novel ini sangat menarik untuk dianalisis, dan novel ini sesuai untuk pembelajaran di SMK kelas XI semester I yaitu dalam pembelajaran membaca dengan standard kompetensi menganalisis unsure-unsur intrisnsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan. Dalam penelitian ini yang dikaji yaitu analisis unsure ekstrinsik dalam aspek nilai moral dalam novel.
Pembelajaran membaca adalah pembelajaran pemahaman. Berdasarkan kurikulum yang diberlakukan di SMK disebutkan bahwa standard kompetensi mata pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan suatu kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, ketrampilan berbahasa, dan sikap posisitf terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standard kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi local, regional, nasional, dan global. Dari kata memahami dan merespon tersebut, mengindentifikasikan bahwa pembelajaran diarahkan agar peserta didik mampu untuk meningkatkan intelektual, serta kematangan emosional dan social. Disisi lain juga, peserta didik dibimbing untuk mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperluas budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Dari pembelajaran yang diperoleh, peserta didik bisa menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan itntelektual manusia Indonesia.
Dari latar belakang diatas, maka penulis memilih judul Analisis Nilai Moral dalam novel Edensor karya Andrea Hirata dan alternatif pembelajaran membaca pada Siswa kelas XI SMK.

  1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah yang dapat dianalisis dala,m penelitian ini adalah:
    1. Bagaimanakah nilai moral dalam novel Edensor karya Andrea Hirata?
    2. Bagaimanakah pembelajaran nilai moral novel Edensor karya andrea Hirata terhadap pembelajaran membaca di SMK?
      1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
    1. Mendeskripsikan nilai moral dalam novel Edensor karya Andrea Hirata.
    2. Mendeskripsikan pembelajaran nilai moral dalam novel Edensor karya Andrea Hirata terhadap pembelajaran membaca di SMK.
      1. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis maupun praktis.

  1. Secara Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapakan membawa manfaat sebagai berikut:
    1. Menambah dan mengembangkan perbendaharaan teori-teori tentang kajian karya sastra terutama yang berkaitan dengan nilai moral.
    2. Menambah kekayaan kepustakaan IKIP PGRI Semarang khusunya Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni progam studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
    3. Menjadi pijakan teoritis bagi penelitian-penelitian yang sejenis.
      1. Manfaat Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
    1. Bagi guru
Manfaat bagi guru yaitu sebagai berikut:
      1. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai moral dalam novel Edensor karya Andrea hirata .
      2. Dapat menjadi alternative pembelajaran membaca di SMK dalam materi unsure ekstrinsik khususnya dalam bidang kajian nilai moral dalam karya sastra.
      1. Manfaat bagi siswa
Manfaat bagi siswa adalah sebagai berikut:
        1. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai nilai moral dalam novel Edensor karya Andrea Hirata.
        2. Dapat memotivasi siswa agar lebih tertarik dengan sastra khususnya novel.
        3. Dapat mendorong siswa agar tidak sekedar dapat membaca karya sastra saja, namun dapat melakukan pengkajian lebih mendalam terhadap karya, sehingga membaca karya sastra bukan sekedar untuk mencari hiburan dan mengisi waktu luang namun juga memperoleh pengetahuan.

  1. Penegasan Istilah
Agar tidak menimbulkan banyak penafsiran, akan dijabarkan penegasan istilah yang terdapat dalam penelitian novel ini:
    1. Nilai Moral
Nilai adalah kualitas dari suatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia baik lahir maupun batin. Dalam kehidupan manusia menilai dijadikan landasan, alasan dan motivasi dalam bersikap dan bertingkah laku baik disadari atau tidak (Kaelan, 2000:92). Sedangkan, moral adalah ajaran baik buruk yang diterima umum yang menjadi perbuatan sikap kewajiban akhlak budi pekerti dan susila (Nurgiyantoro: 2007: 320-321).
    1. Novel
Novel merupakan suatu bentuk karya sastra prosa yang menyajikan tokoh tokoh dengan watak masing-masing dan berbeda dari tokoh satu dengan yang lainnya, sehingga dapat menyuguhkan alur cerita yang menarik untuk dibaca oleh pembaca terutama tentang gambaran kehidupan masyrakat.
Novel adalah karangan prosa yang panjang yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang disekitarnya dengan menonjolkan watak dan sikap setiap perilaku (Depdikbud, 1995:694).
    1. Alternative
Alternatif adalah pilihan diantara dua atau beberapa kemungkinan (suharso, 2005: 31). Alternatif merupakan sebuah jalan keluar atau suatu kemungkinan untuk menemukan suatu masalah.
    1. Pembelajaran Membaca
Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajaran pada suatu suatu lingkungan belajar dan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan tabiat serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Membaca merupakan proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui media kata-kata/ bahasa. Jadi, pembelajaran membaca merupakan pembelajaran yang meliputi pengembangan kemampuan untuk menyerap gagasan, pendapat, pengalaman, pesan, dan perasaan yang ditulis.
  1. Pendekatan Moral
Pendekatan moral bertolak dari asumsi dasar bahwa salah satu tujuan kehadiran sastra ditengah-tengah masyarakat pembaca adalah berupaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia sebagai makhluk berbudaya, berpikir dan berketuhanan. Penelitian menggunakan pendekatan moral sesuai dengan konsep pandangan masyarakat yang telah ada. Karya sastra yang bernilai tinggi adalah karya sastra yang mengandung moral yang tingi dan mengangkat harkat martabat manusia (semi, 1993: 71).


      1. Metode Penelitian
Sebuah penelitian pasti memerlukan metode, metode tak lain adalah cara-cara untuk mencapai sesuatu. Dalam penelitian, metode adalah cara bagaimana penelitian itu dilakukan.
Dalam hal ini peneliti menggunakan metode dan pendekatan yaitu; metode analisis, metode kepustakaan, dan pendekatan moral.
    1. Metode Analisis
Metode analisis merupakan metode yang berusaha memahami gagasan cara seseorang menampilkan gagasan-gagasan. Kaitannya dengan menganalisis novel, metode analisis diperlukan untuk menemukan unsure intrinsic dan ekstrinsik dalam karya sastra khususnya novel. Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik analisis deskriptif, yaitu mendeskripsikan berbagai kemungkinan yang terdapat dalam novel untuk menetukan nilai moral dengan cara menganalisis bagian demi bagian teks.
    1. Metode Kepustakaan
Menurut Semi (1993:8) metode kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan di kamar kerja peneliti atau di ruang perpustakaan, dimana peneliti memperoleh data dan informasi tentang objek telitiannya lewat buku-buku atau alat-alat audio visual lainnya. Melalui kegiatan studi kepustakaan ini dapat pula membantu dalam pengembangan teori penelitian dan bahkan dapat pula sekaligus melakukan perumusan masalah atau menyempurnakan perumusan masalah yang dibuat sebelumnya (Semi, 1993:11). Penggunaan metode kepustakaan dapat mempermudah dalam melakukan penelitian. Langkah yang dilakukan yaitu dengan mencari sumber-sumber referensi dari buku yang terdapat di perpustakaan yang berkaitan dengan kajian penelitian guna mendukung objek yang diteliti.
    1. Pendekatan Moral
Pendekatan yang didefinisikan sebagai cara-cara mendekati objek, dalam penggunaannya beragam yaitu tergantung dari aspek apa yang diteliti. Dari hal tersebbut peneliti disini menggunakan pendekatan moral guna memperoleh aspek-aspek moral yang terdapat dalam karya sastra. Pendekatan moral merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan moral sesuai dengan kosep pandangan masyarakat yang telah ada. Karya sastra yang bernilai tinggi adalah karya sastra yang mengandung moral yang tinggi dan mengangkat harkat martabat manusia (Semi, 1993: 71).
    1. Variable Penelitian
Variable penelitian adalah gejala yang menjadi focus penelitian untuk diamati. Variable itu sebagai atribut dari sekelompok orang atau objek yang mempunyai fariasi antara satu dngan yang linnya dengan kelompok itu (Sugiono, 2006:2).
Variabael dalam penelitian ini yaitu:
  1. Nilai moral dalam novel Edensor karya Andrea Hirata.
  2. Alternatif nilai moral dalam novel Edensor karya Andrea Hirata sebagai pembelajaran membaca di SMK.
    1. Tahap Penelitian
Langkah yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu:
      1. Membaca novel Edensor karya Andrea Hirata untuk memahami isi cerita yang ada didalamnya.
      2. Menemukan unsure-unsur ekstrinsik dalam novel Edensor karya Andrea Hirata.
      3. Menemukan nilai moral dalam novel Edensor karya Andrea Hirata.
      4. Mengaitkan sastra dengan pembelajaran di SMK sebagai alternatif pembelajaran membaca.
      5. Membuat simpulan dari analisis yang didasarkan pada analisis data secara keseluruhan
        1. Landasan Teori
          1. Pengertian novel
Suharianto (1982:27) mengemukakan bahwa novel merupakan karya sastra berbentuk prosa. Salah satu cirinya adalah adanya kesatuan makna dalam wujud paragraph-paragraf yang membentuk kesatuan yang disebut cerita.
Novel merupakan karya prosa rekaan panjang yang dibangun dengan unsure-unsur intrinsik. Unsure intrinsic meliputi tema, latar, penokohan, sudut pandang, gaya bahasa, alur, pusat pengisahan, dan lain-lain yang bersifat fiksi. Sebagai sesuatu yang bersifat rekaan, sebuah karya sastra dibangun pengarang dari realitas kehidupan yang ada disekitarnya yang ia munculkan dalam imajinasi-imajinasi berbentuk tokoh dan peristiwa, serta latar yang seolah tampak nyata. Setiap unsur intrinsic tersebut terjalin secara structural yang mana antara satu unsure dengan unsure lainnya saling berkaitan satu sama lain. Pengambaran cerita yang ada didalamnya bermacam-macam, hal ini tergantung dari pengarang yang menciptakannya. Semi (1993:32) mengungkapkan bahwa novel adalah karya sastra yang mengungkapkan suatu kosentrasi kehidupan pada suatu saat yang tegang, dan pemusatan kehidupan yang tegas. Ungkapan tegang dan tegas mengindikasikan bahwa karya sastra novel akan menampakan sebuah kehidupan yang tegang dimana didalamnya memunculkan suatu masalah/ persoalan sebagai ide cerita, dan tegas disini dituliskan dalam bahasa yang sederhana dengan tujuan mudah dipahami.
          1. Unsur-unsur novel
Unsure pembangun sebuah cerpen terdiri dari dua, yaitu unsure intrinsic dan unsure ekstrinsik. Unsure intrinsic yaitu unsure pembangun karya sastra dari dalam, seperti tema, amanat, alur, tokoh, lattar, dan pusat pengisahan. Sedangkan unsure ekstrinsik adalah unsure pembangun yang berasal dari luar karya sastra, seperti psikologi, sosiologi, agama, sejarah, filsafat, idiologi, politik, dan lain-lain (Noor, 2007, 29). Termasuk dalam kajian unsure luar karya sastra yaitu norma.
Untuk menemukan unsure ektrinsik berkaitan dengan analisis nilai moral dalam novel Edensor karya Andrea Hirata, unusr-unsure intrinsic disini tidak dipungkiri harus dikaji pula. Dalam menemukan nilai moral analisis unsure intrinsic dibatasi dalam ruang lingkup tema, tokoh dan penokohan, dan latar/setting. Dengan menganlisis unsure tersebut akan memudahkan dalam menemukan sebuah nilai moral. Semisal dari perwatakan tokoh, bagaimana perilaku tokoh dan pandangan hidup yang ada dalam tokoh. Penggambaran semacam itu akan menuntun dan memudahkan kita dalam menganalisis untuk menemukan nilai moral.
    1. Tokoh dan penokohan
      1. Tokoh
Tokoh merupakan bagian intrinsic novel yang ikut membangun terwujudnya sebuah fiksi. Aminuddin (2002: 79) tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peritiwa itu mampu menjalin cerita. Menurut Harjito (2007:4-5) berdasarkan funsinya atau penting tidaknya dibagi kehadiran tokoh dalam cerita dibedakan menjadi dua, yaitu tokoh sentral/utama dan tokoh bawahan. Tokoh utama merupakan tokoh yang memgang peranan dalam sebuah ceita (sudjiman dam Harjito, 2007:5). Sedangkan tokoh bawahan adalah tokoh yang kurang begitu penting kedudukannya dalam cerita, tapi kehadirannya diperlukan untuk menunjang dan mendukung tokoh utam (Grimes melalui Harjito, 2007:5).
      1. Penokohan
Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang diambilkan dalam cerita (Nurgiyantoro, 2000:165). Setiap tokoh pasti memiliki watak atau karakter. Watak adalah sifat dan sikap tokoh dalam cerita. Tokoh cerita biasanya mengemban suatu perwatakan tertentu yang diberi bentuk dan isi oleh pengarang. Perwatakan dapat diperoleh melalui tindak tanduk, ucapan atau sejalan tidaknya antara apa yang dikatakan dengan apa yang dilakukan. Cara pengarang dalam menggambarakan atau memunculkan tokohnya dapat menggunakan berbagai macam cara dan karakter yang beragam.
Menurut Prihatmi (melalui Harjito, 2007:7) perwatakan/karakter dapat dilihat dari:
  1. cakapan.
  2. pikiran tokoh.
  3. stream of consciousness.
  4. lukisan perasaan tokoh.
  5. perbuatan tokoh.
  6. sikap tokoh.
  7. pandangan tokoh satu kepada tokoh lain.
  8. lukisan fisik, lukisan datar.
Menurut Oemarjati ((melalui Harjito, 2007:7), stream of consciousness mencakup monolog soliloquy. Monolog adlah cakapan batin yang menjelaskan kejadian-kejadian yang sudah terjadi dan yang sedang terjadi. Soliloquy merupakan cakapan batin yang menjelaskan hal-hal yang akan terjadi.




      1. Latar atau Setting.
Latar atau setting cerita mencakup unsure tempat atau ruang, unsure waktu serta unsure suasana. Setiap kejadian akan terjadi dalam suatu tempat dan waktu tertentu. Latar atau tempat sangat penting, yaitu untuk memberikan gambaran kepada pembaca dan menciptakan suasana tertentu yang membuat ceita tampak nyata. Yang termasuk dalam latar yaitu ruang atau tempat, waktu dan kerumunan orang disekitar tokoh (Baribin, 1985:63-64).
      1. Tema
Menurut Zaidan (1996, 203-204) tema merupakan gagasan ide, pikiran utama pokok pembicaraan didalam karya sastra yang dapat dirumuskan dalam kalimat pernyataan. Tema adalah makna yang terkandung dari sebuah cerita, merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan terkandung didalam teks sebagai struktur semantk dan yang menyangkut persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan (Nurgiyantoro, 1998:67).
Dalam sebuah karya sastra tema kadang tidak dengan mudah ditemukan, karena tak jarang harus melakukan kegiatan membaca dan memahami seluruh bacaan terlebih dahulu untuk menemukan sebuah tema. Harus memulai pengamatan yang jeli, menghubungkan setiap persoalan yang ada, mencari fakta-fakta yang terdapat dalam cerita dan menghubungkannya dengan persoalan, mempelajari karakter-karakter dan sikap para tokoh, dan kemudian baru menyimpulkan tema.
  1. Pengertian Moral
Moral berasal dari kata mores yang berarti dalam kehidupan adat-istiadat atau kebiasaan. (Suseno, 1987: 18). Suseno mengatakan (1987:19) bahwa kata moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia. Norma-norma moral adalah tolak ukur untuk menetukan betul salahnya sikap dan tindakan manusia dilihat dari segi baik buruknya. Nilai moral bertolak pada sikap, kelakuan yang dapat dilihat melaui perbuatan. Perbuatan yang dapat terlihat terpuji dan baik secara lahiriyah akan dinilai memiliki niai moral yang baik. Suseno (1987: 57) mengatakan bahwa penilaian dipengaruhi oleh pandangan hidup bangsa yang bersangkutan.
Menurut Dr. Al. Purwa Hadi wardoyo (1990:13) Moral menyangkut kebiayasaan. Orang yang tidak baik juga disebut orang yang tidak bermoral, atau sekurang-kurangnya sebagai orang yang kurang moral. Maka secara sederhana kita mungkin dapat menyamakan moral dengan kebaikan orang atau kebaikan manusiawi. Purwa Hadi wardoyo 1990:13) mengemukakan bahwa moral sesungguhnya memuat dua segi yang berbeda, yakni segi batiniah dan segi lahiriyah. Orang yang baik adalah orang yang memiliki sikap batin yang baik dalam dan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik pula. Sikap batin ini juga sering kali disebut hati. Ukuran moral berkaitan dengan hati nurani dan norma. Hati nurani menyediakan ukuran subjek, norma pada ukuran objek, dengan kata lain; hati nurani memberitahukan kepada mana yang benar, norma diberikan untuk menunjukkan kepada semua orang mana yang benar itu. Jadi, hubungan hati nurani dan norma dapat dijelaskan sebagai berikut: norma diberitahukan kepadaku, supaya kau memahami kebaikan dan hidup sesuai dengan kebaikan itu, tetapi hati nuraniku itulah yang akan mengatakan dengan lebih tegas kepadaku tentang kebaikan yang harus kukejar (Purwa Hadi wardoyo, 1990:15).
Orang yang berusaha hidup secara tekundalam waktu yang lama dapat mencapai keunggulan moral yang biasa disebut keutamaan. Keutamaan adalah kemampuan yang dicapai oleh seseorang untuk bersikap batin maupun berbuat secara benar. Seperti: kerendahan hati, kepercayaan kepada orang lain, keterbukaan, kebijaksanaan, ketekunan, kejujuran, keadilan, keberanian, penuh harap, penuh kasih (Purwa Hadi wardoyo, 1990:15).
  1. Bentuk Nilai Moral
Menurut Suseno (1987: 142-150) sikap dan tindakan yang berkaitan dengan nilai moral, yaitu sebagai berikut:
  1. Kejujuran
Kejujuran berhubungan dengan ketulusan hati dan kelurusan hati. Suseno (1987:142-143) mengemukakan bahwa bersikap terhadap orang lain, tetapi tanpa kejujuran adalah kemunafikan dan sering beracun. Bersikap jujur kepada orang lain berarti dua sikap yaitu bersikap terbuka dan bersifat fair. Bersikap terbuka adalah kita selalu muncul sebagai diri kita sendiri (kita berhak atas batin kita). Yang dimaksud terbuka bukan berarti pertanyaan orang lain berhak mengetahui perasaan dan pikiran kita, sehingga tidak pernah menyembunyikan dengan apa yang kita perlihatkan. Yang kedua bersifat fair (wajar), yaitu memperlakukan menurut standard-standar yang dipergunakan orang lain terhadap dirinya. Bersikap tetapi tidak pernah bertindak bertentangan dengan suara hati dan keyakinannya. Keselarasan yang berdasarkan kepalsuan, ketidak adilan, dan kebohongan akan disobeknya.
  1. Nilai-nilai otentik
Otentik berarti asli. Manusia otentik adalah manusia yang menghayati, menunjukkan dirinya sesuai dengan keasliannya, dengan kepribadian yang sebenarnya (Suseno, 1987:143).
  1. Kesediaan untuk bertanggung jawab
Kesediaan untuk bertanggung jawab adalah yang pertama, kesediaan untuk melakukan apa yang harus dilkukan dengan sebaik mungkin. Bertanggung jawab berarti suatu sikap terhadap tugas yang membebani kita. Kedua, bertanggung jawab mengatasi segala etika peraturan. Suseno (1987: 16) etika tidak dapat mengantikab agama namun ia juga tidak bertentangan dengan agama, bahkan diperlukan.
Etika peraturan hanya mempertanyakan apakah sesuatu atau tidak, sehingga terikat pada apa yang perlu dan nilai yang mau dihasilkan (Suseno, 1987:145-146).
  1. Kemandirian moral
Kemandirian berarti kita tidak pernah ikut-ikutan dengan berbagai pandangan moral dalam lingkungan kita, melainkan selalu membentuk penelitian, dan pendirian sendiri dalam bertindak sesuai dengannya. Kemandirian adalah kekuatan batin untuk memahami sikap moral sendiri dan bertindak sesuai dengannya.
  1. keberanian moral
Keberanian adalah ketekatan dan bertindak untuk bersikap mandiri. Keberanian menunjukkan dalam tekad untuk tetap mempertahankan sikap yang telah diyakini. Sebagai kewajiban pun apabila tidak disetujui atau secara aktif dilawan oleh lingkungan, sehingga tidak mundur dari tugas dan tanggung jawab. Keberanian adalah kesetiaan terhadap suara hati yang menyatakan diri dalam kesedianan untuk mengambil resiko konflik (Suseno, 1987:147).
  1. Kerendahan hati.
Kerendahan hati adalah kekuatan batin untuk melihat diri sesuai dengan kenyataannya. Orang yang rendah hati tidak hanya melihat kelemahannya melainkan juga kekuatannya, sehingga sadar akan keterbatasan kebaikan kita, termasuk kemampuan untuk memberikan penilain moral terbatas, sehingga penilaian kita masih jauh sempurna karena hati belum jernih (Suseno, 1987:148).
  1. Realitas dan kritis
Realitas dan kritis yaitu menjamin keadilan dan menciptakan sesuatu keadan masyarakat yang membuka kemungkinan lebih besar dari anggota-anggota untuk membangun hidup lebih tegas dari penderitan dan lebih bahagia (Suseno, 1987:150).
  1. Pendekatan moral
Pendekatan moral bertolak dari asumsi dasar bahwa salah satu tujuan kehadiran sastra ditengah-tengah masyarakat pembaca adalah berupaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia sebagai makhluk berbudaya, berpikir dan berketuhanan. Memang karya sastra tidak safah, gagasan, tema, dan pesan-pesan tertentu. Dengan pendekatan moral ini, peneliti hendak melihat sejauh mana karya sastra itu memiliki moral. Moral dalam pengertian filsafat merupakan suatu konsep yang telah dirumuskan oleh sebuah masyarakat bagi menentukan kebaikan atau keburukan. Karena itu moral merupakan suatu norma tentang kehidupan yang telah diberikan kedudukan istimewa dalam kegiatan ataupun kegiatan sebuah masyarakat (Semi, 1993:72).
    1. Konsep dan criteria
Menurut Semi pendekatan moral mempunyai konsep sebagai berikut:
        1. Sebuah karya sastra yang bernilai tinggi adalah sebuah karya sastra yang mengandung moral yang tinggi, yang dapat mengangkat harkat umat. Dalam hal ini karya sastra, karya sastra diciptakan penulis tidak semata-mata mengandalkan bakat dan kemahiran berekspresi, lebih dari itu, seorang penulis melahirkan karya sastra karena ia juga memiliki visi, aspirasi, itikad baik, dan perjuangan, sehingga karya sastra yang dihasilkannya memiliki nilai tinggi. Karya sastra yang hanya mementingkan nilai seni tanpa memperhatikan moral dinilai sebagai karya yang tidak bermutu.
        2. Dalam memberikan ukuran baik dan buruk lebih menititk beratkan kepada masalah isi seperti tema, pemikiran, falsafah, dan pesan-pesan dibandingkan dengan masalah bentuk. Masalah bentuk dalam pendekatan ini memang agak diabaikan, karena pandangan bahwa mutu karya sastra bukan ditentukan oleh bagaimana karya sastra disajikan tetapi bagaimana kemampuan karya tersebut memotivasi masyaraat kearah kehidupan yang lebih baik.
        3. Masalah didaktis, yakni pendidikan dan pengajaran, yang dapat mengantarkan pembaca kepada suatu arah tertentu. Oleh sebab itu karya sastra yang baik adalah karya sasra yang memperlihatkan tokoh-tokoh yang memiliki kebijaksanaan dan kearifan sehingga pembaca dapat mengambilnya sebagai teladan.
        4. Pendekatan moral menghendaki sastra menjadi medium perekaman keperluan zaman, yang memiliki semangat menggerakkan masyarakat kearah budi pekerti yang terpuji. Karya sastra dalam hal ini dinilai guru yang dapat dijadikan panutan.
        5. Pendekatan ini percaya bahwa masyrakat tidak dapat meningkatkan kualitas hidupnya bila dibantu oleh pemikir, ilmuwan, budayawan, sastrawan. Oleh karena itu, pendekatan moral menempatkan karya sastra lebih dari suatu seni.
        6. Aspek kesejarahan pergerakkan kemajuan masyarakat dari suatu zaman ke zaman yang lain. Artinya pendekatan moral menganalisis juga masalah perjuangan umat manusia melepaskan diri dari keterbelakangan dan kebodohan.
Dari gambaran tentang criteria pendekatan moral diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan ini menitik beratkan misi sastra sebagai alat perjuangan meningkatkan mutu kehidupan umat manusia, meningkatkan budi pekerti anggota masyarakat
  1. Metode atau langkah kerja
Metode atau langkah kerja pendekatan moral adalah sebagai berikut:
    1. Didalam menghadapi karya sastra yang paling pokok diperhatikan adalah isinya yang terdiri dari pemikiran, falsafah, dan nilai-nilai. Disamping itu, diperhatikan pula tujuan dan pesan-pesan penulis.
    2. Aspek didaktis mendapat kajian secara kitis. Hal ini dapat melihat melalui kajian perwatakan peran tokoh-tokoh.
    3. Pembahasan aspek moral hendaknya dibedakan dengan pembahasan moral yang berada dalam buku teks sekolah. Bagaimanapun masalah moral ini menjadi titik perhatian utama, namun aspek kesastraannya jangan terlalu dikorbankan. Karya sastra yang dihadapi mesti tetap dipandang sebagai karya sastra. Bila tidak demikian, bisa terjadi pemakaian pendekatan moral ini menjadi kaku. Disamping itu harus dipahami bahwa moral yang diperlihatkan didalam karya sastra tidak semata-mata segi putihnya saja, tetapi sekaligus diperlihatkann segi hitamnya sebagai perbandingan. Justru dialektika ini merupakan kekhasan karya sastra.
    4. Pendekatan moral memperhatikan pula masalah kesan dan resepsi pembaca, karena yang mentukan berfaedah atau tidak berfaedah sebuah karya sastra tergantung kepada kesan dan rersepsi pembaca. Bisa saja sebuah karya sastra membawa misi yang besar ditinjau dari segi konsep moralitas, namun tidak banyak gunanya bila pembaca tidka mampu menangkap atau memhami misi tersebut.
      1. Kekuatan dan kelemahan
Memperhatikan kosepsi pendekatan moral ini terlihat bahwa kekuatan pendekatan moral ini adalah pada upaya memandang karya sastra sebagai karya yang mengandung nilai-nilai, pemikiran, dan falsafah hidup yang akan membawa manusia menuju kearah kehidupan manusia yang lebih bermutu. Kelemahan pendekatan ini antara lain 1). Berkecenderungan untuk melengahkan masalah bentuk dengan lebih banyak memperhatikan aspek isi, 2). Sukar sekali merumuskan konsep moral, karena pengertian moral bisa berubah-ubah dan tidak sama bagi setiap orang dan pada setiap waktu, 3). Pendekatan moral berkecenderungan untuk menjurus kepada ukuran nilai moral keagamaan, 4). Terdapat kemungkinan untuk mengidentikkan apa yang dilukiskan pengarang dalam karyanya dengan sikap hidup beragama pengarang.
        1. Analisis nilai moral dalam novel Edensor karya Andrea Hirata dan alternatif pembelajaran membaca pada siswa kelas XI SMK
Penggunaan media sastra dalam pembelajaran dapat membantu dalam proses pembelajaran membaca, yang merupakan bagian dari empat aspek ketrampilan berbahasa, meliputi menyimak, berbicara, menulis, dan membaca. Selain berguna dalam membantu proses pembelajaran, sastra juga dapat berperan dalam; 1). Mendorong dan menumbuhkan nilai-nilai positif manusia seperti suka menolong, berbuat baik, beriman, dan bertaqwa, 2). Memberi pesan kepada manusia, terutama pemimpin agar berbuat sesuai dengan harapan masyarakat, mencintai keadilan, kebenaran dan kejujuran, 3). Mengajak orang untuk bekerja keras demi kepentingan dirinya dan kepentingan bersama, 4). Merangsang munculnya watak-watak pribadi yang tangguh dan kuat, seperti kemauan untuk berkorban demi mencapai cita-cita (George Santayana dalam Hadiwardoyo, 1990:233). Dengan adanya peran yang demikian, akan sangat berguna ketika diaplikasikan sebagai media pembelajaran, karena secara tidak langsung dapat menciptakan peserta didik yang ber-akhlak moral yang baik yang merupakan calon-calon penerus bangsa.
Nilai moral dalam novel Edensor karya Andrea Hirata merupakan suatu materi yang berkaitan dengan unsure ekstrinsik yang terdapat dalam puisi, novel, roman, dan buku cerita. Materi tersebut sesuai dengan pembelajaran membaca di SMK kelas XI. Kompetensi dasar yang terdapat dalam pembelajaran tersebut yaitu menganalisis unsure-unsur intrinsic dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan. Adapun standard kompetensinya adalah memahami berbagai hikayat, novel, Indonesia/novel terjemahan.
Sebagai alternatif pembelajaran, perlu juga adanya model pembelajaran yang digunakan. Model pembelajaran merupakan sebuah proses yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan informasi kepada peserta didik agar suatu ilmu bisa ditranformasi dengan baik oleh peserta didik. Dalam hal ini peneliti menggunakan model pembelajaran menggunakan metode reciprochal teaching.
Model ini didasarkan pada model pengajaran yang disampaikan Arends yakni suatu prosedur pengajaran atau pendekatan yang dirancang untuk mengajarkan kepada siswa memahami bacaan dengan baik. Reciprocal teaching mengacu kepada sekumpulan kondisi belajar yang menempatkan anak untuk mengalami sekumpulan kegiatan kognitif tertentu dan secara perlahan melakukan fungsi-fungsi itu sendiri. Model pembelajaran ini berbasis dialog, jadi pada dasarnya metode ini memang dapat digunakan untuk meningkatkan ketrampilan dalam aspek berbahasa yaitu membaca sekaligus memperluas pengetahuan siswa.
Penerapan metode reciprocal teaching memiliki empat tahapan strategi dasar, yakni:
  1. Klarifikasi
Setelah bahan teks bacaan diberikan, teks bacaan ini dapat berupa teks mengenai konsep yang ingin diajarkan sekaligus berisi soal yang harus diselesaikan. Pada contoh ini, misalnya teks mengenai analisis unsure ekstrinsik novel Indonesia/novel terjemahan. Sesuai dengan teorinya pada tahap ini, siswa diminta untuk mencerna makna dari kata-kata atau kalimat-kalimat yang tidak familier. Maka dibuat pertanyaan apakah mereka mengerti arti kata atau konsep baru dalam teks tersebut, misalnya:
Apa yang kalian pahami mengenai novel?”
Unsure pembangun diluar novel seperti apa?”
Karena dalam bahasa Indonesia suatu konsep yang diwakili oleh satu kata dapat memiliki pengertian yang cukup luas, ini berkaitan dengan definisi, sehingga dalam tahap klarifikasi ini harus dicek apakah semua konsep baru dalam topic analisis unsure ekstrinsik novel Indonesia/novel terjemahan sudah dipahami pengertiannya oleh siswa. Langkah yang dapat dilakukan yaitu melalui dialog.
  1. Prediksi
Pada tahap ini pembaca (siswa) diajak untuk melibatkan pengetahuan yang sudah diperolehnya dahulu untuk digabungkan dengan informasi yang diperoleh dari teks yang dibaca untuk kemudian digunakan dalam mengimajinasikan kemungkinan yang akan terjadi berdasar atas gabungan informasi yang sudah dimilikinya. Dari uraian tersebut, jelas diketahui bahwa pada tahap ini diharapkan terjadi koneksi antara konsep yang baru dipelajarinya dengan yang sudah dimilikinya. Dengan adanya kesatuan antara konsep baru dengan yang sudah dimiliki, siswa diajak lebih masuk kedalam pemikiran yang luas.
  1. Bertanya
Strategi bertanya ini digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi sejauh mana pemahaman pembaca terhadap bahan bacaan. Pembaca dalam hal ini siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada dirinya sendiri. Dari uraian tersebut jelas bahwa pada tahap ini siswa bertanya pada dirinya sendiri untuk melakukan crosscheck tentang apa yang sudah diperolehnya dari proses belajar dan apa yang belum dimilikinya. Contoh pertanyaan sebagai berikut:
Bagaimana seorang pengarang memperoleh ide untuk membuat novel?”
Sebagai hasil imajinasi pengarang adakah nilai-nilai yang digambarkan dalam karyanya melalui tokoh-tokoh dalam novel tersebut?”
Nilai-nilai itu seperti apa contohnya?”
Berkaitan dengan penyelesaian soal diatas, dapat diajukan pertanyaan sebagai berikut:
Nilai tersebut menurut kalian bagaimana, adakah segi positif yang dapat kalian ambil?”
Segi positif itu jika kalian pahami dan kalian kaitkan dengan sekeliling kalian dapat terlihat dalam tindakan seperti apa?”
Dengan memahami gambaran seperti itu, apa kalian tidak ingin menirukannya secara nyata?”
Tindakan apa yang akan kalian lakukan, secara sederhana saja berkaitan dengan kegiatan kalian sekolah?”
Menjadi orang sukses?...kalau kalian berpikir bisa, hal pertama apa yang akan kalian tempuh”, dan lain-lain.
Banyak hal lain lagi yang bisa dipertanyakan. Jika pendidik lebih jeli akan muncul ide-ide yang lebih jenius, yang mampu membuat pikiran siswa lebih terbuka dan menjadi lebih positif dalam memahami realitas kehidupannya. Strategi hanya sebuah alternatif belaka, dan semua tergantung dari pelaku pendidik yang mengembangkannya. Yang jelas, ketika pembelajaran dilakukan, tidak hanya membuat peserta didik memahami tentang pengetahuan tentang sekitar materi sekolah, namun bisa membuat siswa lebih berpikir luas. Dengan demikian akan menciptakan peserta didik yang tak hanya pintar sekedar materi sekolah, tetapi lebih lagi dalam pengetahuan dunia.
  1. Membuat rangkuman
Untuk tahap ini, tentu sudah jelas sekali yang paling sederhana adalah meminta siswa untuk membuat simpulan dari proses pembelajaran yang berlangsung beserta pandangan-pandangan dari persoalan yang dikemukakan dengan menggunakan bahasa sendiri. Dengan demikian pembelajaran ini tak hanya mengasah anak dalam proses kegiatan membaca, namun juga mengembangkan ketrampilan menulis. Sehingga satu kompetesi tak hanya mengembangkan pada pokok persoalan belaka, namun bisa bermanfaat guna mengembangkan ketrampilan lainnya.
Untuk menjadikan pembelajaran reciprocal teaching lebih hidup dan bermakna, peneliti mencoba untuk mengembangkan model pembelajaran ini dengan menambahkan aktivitas setelah membuat rangkuman, yaitu menjelaskan rangkuman dimuka kelas untuk dipresentasikan. Pengembangan inilah yang melatih siswa untuk terampil dalam berbicara. Dengan adanya pengembangan model pembelajaran reciprocal teaching ini diharapakan proses belajar pembelajaran bahasa Indonesia lebih hidup dan menyenangkan.
  1. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran umum langkah-langkah penelitian ini, maka sistematika disusun sebagai berikut:
Bab I pendahuluan yang menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi.
Bab II landasan teori, yang menguraikan novel dan unsur-unsurnya, nilai moral, pendekatan moral, tahapan penelitian pendekatan moral, bentuk moral, dan metode pembelajaran membaca di SMK.
Bab III analisis nilai moral dalam novel Edensor karya andrea Hirata dan alternatif pembelajaran membaca pada siswa kelas XI di SMK
Bab IV penutup, yang merupakan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran. Di bagian akhir dicantumkan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.


Kajian Pustaka

Suharianto, S. 1982. Dasar-dasar Teori Sastra. Surakarta: Widyaduta.
Noor, Redyanto. 2004. Pengantar Pengkajian Sastra. Semarang: Fasindo.
Aminudin. 2009. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandug: sinar baru.
Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajahmada university pers.
Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: MedPress.
Semi, Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.
Suseno, Frans Magnis. 1987. Etika Dasar Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta: Kanisius.
Hadiwardoyo, Purwa. 1990. Moral dan Masalahnya. Yogyakarta: Kanisius.
Semi, Atar. 1989. Kitik sastra. Bandung: Angkasa.
Noor, Redyanto. 2007. Pengantar Pengkajian Sastra. Semarang: Fasindo.
Harjito. 2007. Melek Sastra Untuk 17 Tahun Ke-atas. Semarang: IKIP PGRI Semarang.
Alwi, Hasan dan Dendy Sugono. 2002. Telaah Bahasa dan Sastra. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.


















ANALISIS NILAI MORAL DALAM NOVEL EDENSOR KARYA ANDREA HIRATA DAN ALTERNATIF PEMBELAJARAN MEMBACA PADA SISWA KELAS XI SMK

Disusun guna memenuhi tugas mata Metode Penelitian Sastra
Dosen Pengampu: Nazla Maharani Umaya M.Hum


Oleh :
Ary Wibowo
07410722


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
IKIP PGRI SEMARANG
2011

No comments: