- LATAR BELAKANG
Karya sastra adalah sebuah struktur yang sangat
komplek. Dalam hubungannya dengan kehidupan, sastra adalah ekspresi
kehidupan manusia yang tidak terlepas dari akar masyarakatnya.
Kehidupan yang dituangkan dalam karya sastra
mencakup hubungan manusia dengan lingkungan dan masyarakat, hubungan
sesama manusia, hubungan manusia dengan dirinya, dan hubungan manusia
dengan Tuhan. Meskipun demikian, sastra tetap diakui sebagai sebuah
ilusi atau khayalan dari kenyataan. Sastra tidak akan semata-mata
menyodorkan fakta secara mentah. Sastra bukan sekedar tiruan
kenyataan, melainkan kenyataan yang telah ditafsirkan oleh pengarang
dari kehidupan yang ada disekitarnya. Jadi, karya sastra adalah
pengejawantahan kehidupan hasil pengamatan sastrawan atas kehidupan
sekitarnya (Suharianto, 1982:11).
Sastra ditulis atau diciptakan oleh seorang pengarang
bukan sekedar dibaca sendiri, melainkan ada ide gagasan, pengalaman
dan amanat serta nilai-nilai yang ingin disampaikannya kepada
pembaca. Pengarang berharap apa yang dituangkannya dapat menjadi
sebuah masukan, sehingga pembaca dapat mengambil nilai-nilai
kehidupan dan mampu menginterprestasikannya dalam kehidupan nyata.
Menurut George Santayana (dalam Hasan dan Dendy, 2002:233)
sastra dapat juga berperan sebagai penuntun hidup. Hanya saja
penuntun hidup itu tersublimasi sedemikian rupa sehingga sehingga
tidak mungkin ia bersifat mendikte tentang apa yang sebaiknya
dilakukan seseorang atau apa yang sebaiknya tidak dilakukan. Sastra
dapat membentuk watak-watak pribadi secara personal dan social.
Sastra mampu berfungsi sebagai penyadar manusia akan kehadirannya
yang bermakna baik dihadapan pencipta maupun dihadapan sesama umat.
Inilah yang kita kenal dengan penuntun SDM yang berkualitas imtaq.
Novel sebagai salah satu karya sastra, merupakan sarana atau media
yang menggambarkan apa yang ada didalam pikiran pengarang. Ketika
seorang pengarang akan memunculkan nilai-nilai moralitas dalam
karyanya, data-data atau informasi yang ia kemukakan bisa berasal
dari orang lain maupun dari pengalamannya sendiri. Nilai-nilai
tersebut adalah sebuah refleksi pandangan dari bagaimana tingkah laku
manusia dalam bermasyarakat. Informasi-informasi yang telah diperoleh
dan disertai dengan pengalaman kemudian ia bentuk dalam sebuah
kehidupan fiksi berbentuk cerita panjang, yang mengetengahkan
tokoh-tokoh dan menampakkan serangkaiaan peristiwa dan latar
(setting) secara terstruktur (Nor, 2004:26). Melalui tokoh-tokoh dan
beragam rangkaian cerita, pembaca diharapkan dapat mengambil hikmah
dari pesan-pesan yang disampaikan atau diamanatkan. Pengarang
berusaha agar pembaca mampu memperoleh nilai-nilai tersebut dan bisa
merefleksikannya dalam kehidupan.
Dalam novel banyak kita jumpai nilai-nilai kehidupan, salah satunya
adalah moral. Moral merupakan perbuatan atau tindakan yang dilakukan
sesuai dengan ide-ide atau pendapat—pendapat umum yang diterima
yang meliputi kesatuan social lingkungan-lingkungan tertentu
(Aminuddin, 2009:153). Penggambaran moral yang ada dalam novel
bisanya tak jauh tak jauh dari lingkungan kehidupan pengarang. Dari
sanalah digambarkan bagaimana perilaku kehidupan masyarakat yang
tampak, tentang pengambaran baik buruknya akhlak manusia dalam
bertingkah laku. Moral adalah ajaran baik buruk yang diterima umum
menjadi perbuatan sikap kewajiban akhlak budi pekerti dan susila
(Nurgiyantoro: 2007: 320-321).
Dalam menganalisis sebuah karya sastra (novel) perlu adanya sebuah
pendekatan. Pendekatan disini digunakan sebagai suatu cara agar
penelitian menjadi lebih dalam. Pendekatan merupakan sebuah cara yang
digunakan peneliti untuk menguasai dan mengembangkan ilmu yang paling
tinggi validitasnya dan ketepatannya sebagai acuan dalam penelitian.
Menurut Wellek dan Warren (dalam Endraswara, 2003:9), pendekatan
terdiri dari dua yaitu pendekatan intrinsic dan pendekatan
ekstrinsik. Pendekatan intrinsic adalah penelitian sastra yang
bersumber pada teks sastra itu sendiri secara otonom. Sedangkan
pedekatan ekstrinsik adalah penelitian unsure-unsur luar karya
sastra. Yakni pengkajian konteks karya sastra diluar teks. Berkaitan
dengan penelitian analisis nilai moral, dalam hal ini peneliti
menggunakan pendekatan ekstrinsik yaitu berbentuk pendekatan moral.
Pendekatan moral dalam karya sastra menghendaki sastra menjadi medium
perekaman keperluan zaman, yang memiliki semangat menggerakkan
masyarakat kearah budi pekerti yang terpuji. (Semi 1993: 71).
Landasan yang digunakan adalah bedasarkan pada apa yang sudah ada,
yaitu dari persepsi bagaimana masyarakat memandang tentang nilai
moral.
Penelitian menggunakan novel Edensor karya Andrea hirata
sebagai objek kajian. Andrea Hirata adalah seorang penulis yang lahir
dan dibesarkan didaerah asalnya yaitu Bangka Belitong. Saat ini
Andrea tinggal di Bandung dan masih bekerja di kantor pusat Telkom,
sebenarnya dia tidak mempunyai latar belakang sebagai seorang
penulis. Andrea merupakan sarjana ekonomi dari Universitas Indonesia,
dan mendapat beasiswa Uni Eropa untuk studi master of science di
universite de Paris, Sorbonne, prancis dan Sheffield Hallam
University, United kingdom. Walaupun Andrea tidak memiliki latar
belakang penulis, namun dia mampu menciptakan karya sastra berupa
Novel Tetralogi sekaligus dengan gaya realis yang bertabur metafora
dan digemari masyarakat. Andrea adalah jaminan bagi sebuah karya
sastra bergaya saintifik dengan penyampaian yang cerdas dan
menyentuh (Ahmad Tohari/sastrawan). Menurut Prof. Dr. Syafii ma’arif,
mantan ketua Muhamadiyah “Andrea langsung membidik pusat
kesadaran”. Hal demikian mungkin yang membuat karyanya menjadi
salah satu novel Best Seller di Negeri Tetangga.
Novel Edensor merupakan novel ketiga dari tetralogi laskar
pelangi. Novel ini menceritakan tentah keberanian bermimpi, kekuatan
cinta, pencarian jati diri, dan penaklukan-penaklukan yang gagah
berani yang digambarkan melalui tokoh ikal. Idealisme yang
ditampilkan melalui tokoh kental akan aroma energi positif dalam
memandang kehidupan yang penuh akan tantangan. Energi-energi
kehidupan yang imajinatif tersebut merupakan sesuatu yang positif
dalam membangun karakter moral pembaca. Menurut semi (1989:49)
mengungkapkan bahwa karya sastra dianggap sebagai suatu medium yang
paling efektif membina moral dan kepribadian suatu kelompok
masyarakat. Novel ini sangat menarik untuk dianalisis, dan novel ini
sesuai untuk pembelajaran di SMK kelas XI semester I yaitu dalam
pembelajaran membaca dengan standard kompetensi menganalisis
unsure-unsur intrisnsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan.
Dalam penelitian ini yang dikaji yaitu analisis unsure ekstrinsik
dalam aspek nilai moral dalam novel.
Pembelajaran membaca adalah pembelajaran pemahaman. Berdasarkan
kurikulum yang diberlakukan di SMK disebutkan bahwa standard
kompetensi mata pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan suatu
kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan
penguasaan pengetahuan, ketrampilan berbahasa, dan sikap posisitf
terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standard kompetensi ini
merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon
situasi local, regional, nasional, dan global. Dari kata memahami dan
merespon tersebut, mengindentifikasikan bahwa pembelajaran diarahkan
agar peserta didik mampu untuk meningkatkan intelektual, serta
kematangan emosional dan social. Disisi lain juga, peserta didik
dibimbing untuk mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk
memperluas wawasan, memperluas budi pekerti, serta meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Dari pembelajaran yang
diperoleh, peserta didik bisa menghargai dan membanggakan sastra
Indonesia sebagai khasanah budaya dan itntelektual manusia Indonesia.
Dari latar belakang diatas, maka penulis memilih judul Analisis Nilai
Moral dalam novel Edensor karya Andrea Hirata dan alternatif
pembelajaran membaca pada Siswa kelas XI SMK.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah yang dapat dianalisis
dala,m penelitian ini adalah:
- Bagaimanakah nilai moral dalam novel Edensor karya Andrea Hirata?
- Bagaimanakah pembelajaran nilai moral novel Edensor karya andrea Hirata terhadap pembelajaran membaca di SMK?
- Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
- Mendeskripsikan nilai moral dalam novel Edensor karya Andrea Hirata.
- Mendeskripsikan pembelajaran nilai moral dalam novel Edensor karya Andrea Hirata terhadap pembelajaran membaca di SMK.
- Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara
teoritis maupun praktis.
- Secara Teoritis
Secara teoritis hasil
penelitian ini diharapakan membawa manfaat sebagai berikut:
- Menambah dan mengembangkan perbendaharaan teori-teori tentang kajian karya sastra terutama yang berkaitan dengan nilai moral.
- Menambah kekayaan kepustakaan IKIP PGRI Semarang khusunya Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni progam studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
- Menjadi pijakan teoritis bagi penelitian-penelitian yang sejenis.
- Manfaat Praktis
Secara praktis hasil
penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
- Bagi guru
Manfaat bagi guru yaitu
sebagai berikut:
- Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai moral dalam novel Edensor karya Andrea hirata .
- Dapat menjadi alternative pembelajaran membaca di SMK dalam materi unsure ekstrinsik khususnya dalam bidang kajian nilai moral dalam karya sastra.
- Manfaat bagi siswa
Manfaat bagi siswa adalah sebagai berikut:
- Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai nilai moral dalam novel Edensor karya Andrea Hirata.
- Dapat memotivasi siswa agar lebih tertarik dengan sastra khususnya novel.
- Dapat mendorong siswa agar tidak sekedar dapat membaca karya sastra saja, namun dapat melakukan pengkajian lebih mendalam terhadap karya, sehingga membaca karya sastra bukan sekedar untuk mencari hiburan dan mengisi waktu luang namun juga memperoleh pengetahuan.
- Penegasan Istilah
Agar tidak menimbulkan banyak penafsiran, akan dijabarkan penegasan
istilah yang terdapat dalam penelitian novel ini:
- Nilai Moral
Nilai adalah kualitas dari suatu yang bermanfaat bagi kehidupan
manusia baik lahir maupun batin. Dalam kehidupan manusia menilai
dijadikan landasan, alasan dan motivasi dalam bersikap dan bertingkah
laku baik disadari atau tidak (Kaelan, 2000:92). Sedangkan, moral
adalah ajaran baik buruk yang diterima umum yang menjadi perbuatan
sikap kewajiban akhlak budi pekerti dan susila (Nurgiyantoro: 2007:
320-321).
- Novel
Novel merupakan suatu bentuk karya sastra prosa yang menyajikan tokoh
tokoh dengan watak masing-masing dan berbeda dari tokoh satu dengan
yang lainnya, sehingga dapat menyuguhkan alur cerita yang menarik
untuk dibaca oleh pembaca terutama tentang gambaran kehidupan
masyrakat.
Novel adalah karangan prosa yang panjang yang mengandung rangkaian
cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang disekitarnya dengan
menonjolkan watak dan sikap setiap perilaku (Depdikbud, 1995:694).
- Alternative
Alternatif adalah pilihan diantara dua atau beberapa kemungkinan
(suharso, 2005: 31). Alternatif merupakan sebuah jalan keluar atau
suatu kemungkinan untuk menemukan suatu masalah.
- Pembelajaran Membaca
Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajaran pada suatu suatu lingkungan belajar dan
bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan
ilmu dan tabiat serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta
didik. Membaca merupakan proses yang dilakukan serta dipergunakan
oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui
media kata-kata/ bahasa. Jadi, pembelajaran membaca merupakan
pembelajaran yang meliputi pengembangan kemampuan untuk menyerap
gagasan, pendapat, pengalaman, pesan, dan perasaan yang ditulis.
- Pendekatan Moral
Pendekatan moral bertolak dari asumsi dasar bahwa salah satu tujuan
kehadiran sastra ditengah-tengah masyarakat pembaca adalah berupaya
untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia sebagai makhluk
berbudaya, berpikir dan berketuhanan. Penelitian menggunakan
pendekatan moral sesuai dengan konsep pandangan masyarakat yang telah
ada. Karya sastra yang bernilai tinggi adalah karya sastra yang
mengandung moral yang tingi dan mengangkat harkat martabat manusia
(semi, 1993: 71).
- Metode Penelitian
Sebuah penelitian pasti memerlukan metode, metode tak lain adalah
cara-cara untuk mencapai sesuatu. Dalam penelitian, metode adalah
cara bagaimana penelitian itu dilakukan.
Dalam hal ini peneliti menggunakan metode dan pendekatan yaitu;
metode analisis, metode kepustakaan, dan pendekatan moral.
- Metode Analisis
Metode analisis merupakan metode yang berusaha memahami gagasan cara
seseorang menampilkan gagasan-gagasan. Kaitannya dengan menganalisis
novel, metode analisis diperlukan untuk menemukan unsure intrinsic
dan ekstrinsik dalam karya sastra khususnya novel. Dalam hal ini
peneliti menggunakan teknik analisis deskriptif, yaitu
mendeskripsikan berbagai kemungkinan yang terdapat dalam novel untuk
menetukan nilai moral dengan cara menganalisis bagian demi bagian
teks.
- Metode Kepustakaan
Menurut Semi (1993:8) metode kepustakaan adalah penelitian yang
dilakukan di kamar kerja peneliti atau di ruang perpustakaan, dimana
peneliti memperoleh data dan informasi tentang objek telitiannya
lewat buku-buku atau alat-alat audio visual lainnya. Melalui kegiatan
studi kepustakaan ini dapat pula membantu dalam pengembangan teori
penelitian dan bahkan dapat pula sekaligus melakukan perumusan
masalah atau menyempurnakan perumusan masalah yang dibuat sebelumnya
(Semi, 1993:11). Penggunaan metode kepustakaan dapat mempermudah
dalam melakukan penelitian. Langkah yang dilakukan yaitu dengan
mencari sumber-sumber referensi dari buku yang terdapat di
perpustakaan yang berkaitan dengan kajian penelitian guna mendukung
objek yang diteliti.
- Pendekatan Moral
Pendekatan yang didefinisikan sebagai cara-cara mendekati objek,
dalam penggunaannya beragam yaitu tergantung dari aspek apa yang
diteliti. Dari hal tersebbut peneliti disini menggunakan pendekatan
moral guna memperoleh aspek-aspek moral yang terdapat dalam karya
sastra. Pendekatan moral merupakan penelitian yang menggunakan
pendekatan moral sesuai dengan kosep pandangan masyarakat yang telah
ada. Karya sastra yang bernilai tinggi adalah karya sastra yang
mengandung moral yang tinggi dan mengangkat harkat martabat manusia
(Semi, 1993: 71).
- Variable Penelitian
Variable penelitian adalah gejala yang menjadi focus penelitian untuk
diamati. Variable itu sebagai atribut dari sekelompok orang atau
objek yang mempunyai fariasi antara satu dngan yang linnya dengan
kelompok itu (Sugiono, 2006:2).
Variabael dalam penelitian ini yaitu:
- Nilai moral dalam novel Edensor karya Andrea Hirata.
- Alternatif nilai moral dalam novel Edensor karya Andrea Hirata sebagai pembelajaran membaca di SMK.
- Tahap Penelitian
Langkah yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu:
- Membaca novel Edensor karya Andrea Hirata untuk memahami isi cerita yang ada didalamnya.
- Menemukan unsure-unsur ekstrinsik dalam novel Edensor karya Andrea Hirata.
- Menemukan nilai moral dalam novel Edensor karya Andrea Hirata.
- Mengaitkan sastra dengan pembelajaran di SMK sebagai alternatif pembelajaran membaca.
- Membuat simpulan dari analisis yang didasarkan pada analisis data secara keseluruhan
- Landasan Teori
- Pengertian novel
Suharianto (1982:27) mengemukakan bahwa novel merupakan karya sastra
berbentuk prosa. Salah satu cirinya adalah adanya kesatuan makna
dalam wujud paragraph-paragraf yang membentuk kesatuan yang disebut
cerita.
Novel merupakan karya prosa rekaan panjang yang dibangun dengan
unsure-unsur intrinsik. Unsure intrinsic meliputi tema, latar,
penokohan, sudut pandang, gaya bahasa, alur, pusat pengisahan, dan
lain-lain yang bersifat fiksi. Sebagai sesuatu yang bersifat rekaan,
sebuah karya sastra dibangun pengarang dari realitas kehidupan yang
ada disekitarnya yang ia munculkan dalam imajinasi-imajinasi
berbentuk tokoh dan peristiwa, serta latar yang seolah tampak nyata.
Setiap unsur intrinsic tersebut terjalin secara structural yang mana
antara satu unsure dengan unsure lainnya saling berkaitan satu sama
lain. Pengambaran cerita yang ada didalamnya bermacam-macam, hal ini
tergantung dari pengarang yang menciptakannya. Semi (1993:32)
mengungkapkan bahwa novel adalah karya sastra yang mengungkapkan
suatu kosentrasi kehidupan pada suatu saat yang tegang, dan pemusatan
kehidupan yang tegas. Ungkapan tegang dan tegas mengindikasikan bahwa
karya sastra novel akan menampakan sebuah kehidupan yang tegang
dimana didalamnya memunculkan suatu masalah/ persoalan sebagai ide
cerita, dan tegas disini dituliskan dalam bahasa yang sederhana
dengan tujuan mudah dipahami.
- Unsur-unsur novel
Unsure pembangun sebuah cerpen terdiri dari dua, yaitu unsure
intrinsic dan unsure ekstrinsik. Unsure intrinsic yaitu unsure
pembangun karya sastra dari dalam, seperti tema, amanat, alur, tokoh,
lattar, dan pusat pengisahan. Sedangkan unsure ekstrinsik adalah
unsure pembangun yang berasal dari luar karya sastra, seperti
psikologi, sosiologi, agama, sejarah, filsafat, idiologi, politik,
dan lain-lain (Noor, 2007, 29). Termasuk dalam kajian unsure luar
karya sastra yaitu norma.
Untuk menemukan unsure ektrinsik berkaitan dengan analisis nilai
moral dalam novel Edensor karya Andrea Hirata, unusr-unsure intrinsic
disini tidak dipungkiri harus dikaji pula. Dalam menemukan nilai
moral analisis unsure intrinsic dibatasi dalam ruang lingkup tema,
tokoh dan penokohan, dan latar/setting. Dengan menganlisis unsure
tersebut akan memudahkan dalam menemukan sebuah nilai moral. Semisal
dari perwatakan tokoh, bagaimana perilaku tokoh dan pandangan hidup
yang ada dalam tokoh. Penggambaran semacam itu akan menuntun dan
memudahkan kita dalam menganalisis untuk menemukan nilai moral.
- Tokoh dan penokohan
- Tokoh
Tokoh merupakan bagian intrinsic novel yang ikut membangun
terwujudnya sebuah fiksi. Aminuddin (2002: 79) tokoh adalah pelaku
yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peritiwa itu
mampu menjalin cerita. Menurut Harjito (2007:4-5) berdasarkan
funsinya atau penting tidaknya dibagi kehadiran tokoh dalam cerita
dibedakan menjadi dua, yaitu tokoh sentral/utama dan tokoh bawahan.
Tokoh utama merupakan tokoh yang memgang peranan dalam sebuah ceita
(sudjiman dam Harjito, 2007:5). Sedangkan tokoh bawahan adalah tokoh
yang kurang begitu penting kedudukannya dalam cerita, tapi
kehadirannya diperlukan untuk menunjang dan mendukung tokoh utam
(Grimes melalui Harjito, 2007:5).
- Penokohan
Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang
diambilkan dalam cerita (Nurgiyantoro, 2000:165). Setiap tokoh pasti
memiliki watak atau karakter. Watak adalah sifat dan sikap tokoh
dalam cerita. Tokoh cerita biasanya mengemban suatu perwatakan
tertentu yang diberi bentuk dan isi oleh pengarang. Perwatakan dapat
diperoleh melalui tindak tanduk, ucapan atau sejalan tidaknya antara
apa yang dikatakan dengan apa yang dilakukan. Cara pengarang dalam
menggambarakan atau memunculkan tokohnya dapat menggunakan berbagai
macam cara dan karakter yang beragam.
Menurut Prihatmi (melalui Harjito, 2007:7) perwatakan/karakter dapat
dilihat dari:
- cakapan.
- pikiran tokoh.
- stream of consciousness.
- lukisan perasaan tokoh.
- perbuatan tokoh.
- sikap tokoh.
- pandangan tokoh satu kepada tokoh lain.
- lukisan fisik, lukisan datar.
Menurut Oemarjati ((melalui Harjito, 2007:7), stream of
consciousness mencakup monolog soliloquy. Monolog adlah cakapan
batin yang menjelaskan kejadian-kejadian yang sudah terjadi dan yang
sedang terjadi. Soliloquy merupakan cakapan batin yang menjelaskan
hal-hal yang akan terjadi.
- Latar atau Setting.
Latar atau setting cerita mencakup unsure tempat atau ruang, unsure
waktu serta unsure suasana. Setiap kejadian akan terjadi dalam suatu
tempat dan waktu tertentu. Latar atau tempat sangat penting, yaitu
untuk memberikan gambaran kepada pembaca dan menciptakan suasana
tertentu yang membuat ceita tampak nyata. Yang termasuk dalam latar
yaitu ruang atau tempat, waktu dan kerumunan orang disekitar tokoh
(Baribin, 1985:63-64).
- Tema
Menurut Zaidan (1996, 203-204) tema merupakan gagasan ide, pikiran
utama pokok pembicaraan didalam karya sastra yang dapat dirumuskan
dalam kalimat pernyataan. Tema adalah makna yang terkandung dari
sebuah cerita, merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah
karya sastra dan terkandung didalam teks sebagai struktur semantk dan
yang menyangkut persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan
(Nurgiyantoro, 1998:67).
Dalam sebuah karya sastra tema kadang tidak dengan mudah ditemukan,
karena tak jarang harus melakukan kegiatan membaca dan memahami
seluruh bacaan terlebih dahulu untuk menemukan sebuah tema. Harus
memulai pengamatan yang jeli, menghubungkan setiap persoalan yang
ada, mencari fakta-fakta yang terdapat dalam cerita dan
menghubungkannya dengan persoalan, mempelajari karakter-karakter dan
sikap para tokoh, dan kemudian baru menyimpulkan tema.
- Pengertian Moral
Moral berasal dari kata mores yang berarti dalam kehidupan
adat-istiadat atau kebiasaan. (Suseno, 1987: 18). Suseno
mengatakan (1987:19) bahwa kata moral selalu mengacu pada baik
buruknya manusia sebagai manusia. Norma-norma moral adalah tolak ukur
untuk menetukan betul salahnya sikap dan tindakan manusia dilihat
dari segi baik buruknya. Nilai moral bertolak pada sikap, kelakuan
yang dapat dilihat melaui perbuatan. Perbuatan yang dapat terlihat
terpuji dan baik secara lahiriyah akan dinilai memiliki niai moral
yang baik. Suseno (1987: 57) mengatakan bahwa penilaian dipengaruhi
oleh pandangan hidup bangsa yang bersangkutan.
Menurut Dr. Al. Purwa Hadi wardoyo (1990:13) Moral menyangkut
kebiayasaan. Orang yang tidak baik juga disebut orang yang tidak
bermoral, atau sekurang-kurangnya sebagai orang yang kurang moral.
Maka secara sederhana kita mungkin dapat menyamakan moral dengan
kebaikan orang atau kebaikan manusiawi. Purwa Hadi wardoyo 1990:13)
mengemukakan bahwa moral sesungguhnya memuat dua segi yang berbeda,
yakni segi batiniah dan segi lahiriyah. Orang yang baik adalah orang
yang memiliki sikap batin yang baik dalam dan melakukan
perbuatan-perbuatan yang baik pula. Sikap batin ini juga sering kali
disebut hati. Ukuran moral berkaitan dengan hati nurani dan norma.
Hati nurani menyediakan ukuran subjek, norma pada ukuran objek,
dengan kata lain; hati nurani memberitahukan kepada mana yang benar,
norma diberikan untuk menunjukkan kepada semua orang mana yang benar
itu. Jadi, hubungan hati nurani dan norma dapat dijelaskan sebagai
berikut: norma diberitahukan kepadaku, supaya kau memahami kebaikan
dan hidup sesuai dengan kebaikan itu, tetapi hati nuraniku itulah
yang akan mengatakan dengan lebih tegas kepadaku tentang kebaikan
yang harus kukejar (Purwa Hadi wardoyo, 1990:15).
Orang yang berusaha hidup secara tekundalam waktu yang lama dapat
mencapai keunggulan moral yang biasa disebut keutamaan. Keutamaan
adalah kemampuan yang dicapai oleh seseorang untuk bersikap batin
maupun berbuat secara benar. Seperti: kerendahan hati, kepercayaan
kepada orang lain, keterbukaan, kebijaksanaan, ketekunan, kejujuran,
keadilan, keberanian, penuh harap, penuh kasih (Purwa Hadi wardoyo,
1990:15).
- Bentuk Nilai Moral
Menurut Suseno (1987: 142-150) sikap dan tindakan yang berkaitan
dengan nilai moral, yaitu sebagai berikut:
- Kejujuran
Kejujuran berhubungan dengan ketulusan hati dan kelurusan hati.
Suseno (1987:142-143) mengemukakan bahwa bersikap terhadap orang
lain, tetapi tanpa kejujuran adalah kemunafikan dan sering beracun.
Bersikap jujur kepada orang lain berarti dua sikap yaitu bersikap
terbuka dan bersifat fair. Bersikap terbuka adalah kita selalu
muncul sebagai diri kita sendiri (kita berhak atas batin kita). Yang
dimaksud terbuka bukan berarti pertanyaan orang lain berhak
mengetahui perasaan dan pikiran kita, sehingga tidak pernah
menyembunyikan dengan apa yang kita perlihatkan. Yang kedua bersifat
fair (wajar), yaitu memperlakukan menurut standard-standar
yang dipergunakan orang lain terhadap dirinya. Bersikap tetapi tidak
pernah bertindak bertentangan dengan suara hati dan keyakinannya.
Keselarasan yang berdasarkan kepalsuan, ketidak adilan, dan
kebohongan akan disobeknya.
- Nilai-nilai otentik
Otentik berarti asli. Manusia otentik adalah manusia yang menghayati,
menunjukkan dirinya sesuai dengan keasliannya, dengan kepribadian
yang sebenarnya (Suseno, 1987:143).
- Kesediaan untuk bertanggung jawab
Kesediaan untuk bertanggung jawab adalah yang pertama, kesediaan
untuk melakukan apa yang harus dilkukan dengan sebaik mungkin.
Bertanggung jawab berarti suatu sikap terhadap tugas yang membebani
kita. Kedua, bertanggung jawab mengatasi segala etika peraturan.
Suseno (1987: 16) etika tidak dapat mengantikab agama namun ia juga
tidak bertentangan dengan agama, bahkan diperlukan.
Etika peraturan hanya mempertanyakan apakah sesuatu atau tidak,
sehingga terikat pada apa yang perlu dan nilai yang mau dihasilkan
(Suseno, 1987:145-146).
- Kemandirian moral
Kemandirian berarti kita tidak pernah ikut-ikutan dengan berbagai
pandangan moral dalam lingkungan kita, melainkan selalu membentuk
penelitian, dan pendirian sendiri dalam bertindak sesuai dengannya.
Kemandirian adalah kekuatan batin untuk memahami sikap moral sendiri
dan bertindak sesuai dengannya.
- keberanian moral
Keberanian adalah ketekatan dan bertindak untuk bersikap mandiri.
Keberanian menunjukkan dalam tekad untuk tetap mempertahankan sikap
yang telah diyakini. Sebagai kewajiban pun apabila tidak disetujui
atau secara aktif dilawan oleh lingkungan, sehingga tidak mundur dari
tugas dan tanggung jawab. Keberanian adalah kesetiaan terhadap suara
hati yang menyatakan diri dalam kesedianan untuk mengambil resiko
konflik (Suseno, 1987:147).
- Kerendahan hati.
Kerendahan hati adalah kekuatan batin untuk melihat diri sesuai
dengan kenyataannya. Orang yang rendah hati tidak hanya melihat
kelemahannya melainkan juga kekuatannya, sehingga sadar akan
keterbatasan kebaikan kita, termasuk kemampuan untuk memberikan
penilain moral terbatas, sehingga penilaian kita masih jauh sempurna
karena hati belum jernih (Suseno, 1987:148).
- Realitas dan kritis
Realitas dan kritis yaitu menjamin keadilan dan menciptakan sesuatu
keadan masyarakat yang membuka kemungkinan lebih besar dari
anggota-anggota untuk membangun hidup lebih tegas dari penderitan dan
lebih bahagia (Suseno, 1987:150).
- Pendekatan moral
Pendekatan moral bertolak dari asumsi dasar bahwa salah satu tujuan
kehadiran sastra ditengah-tengah masyarakat pembaca adalah berupaya
untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia sebagai makhluk
berbudaya, berpikir dan berketuhanan. Memang karya sastra tidak
safah, gagasan, tema, dan pesan-pesan tertentu. Dengan pendekatan
moral ini, peneliti hendak melihat sejauh mana karya sastra itu
memiliki moral. Moral dalam pengertian filsafat merupakan suatu
konsep yang telah dirumuskan oleh sebuah masyarakat bagi menentukan
kebaikan atau keburukan. Karena itu moral merupakan suatu norma
tentang kehidupan yang telah diberikan kedudukan istimewa dalam
kegiatan ataupun kegiatan sebuah masyarakat (Semi, 1993:72).
- Konsep dan criteria
Menurut Semi pendekatan moral mempunyai konsep sebagai berikut:
- Sebuah karya sastra yang bernilai tinggi adalah sebuah karya sastra yang mengandung moral yang tinggi, yang dapat mengangkat harkat umat. Dalam hal ini karya sastra, karya sastra diciptakan penulis tidak semata-mata mengandalkan bakat dan kemahiran berekspresi, lebih dari itu, seorang penulis melahirkan karya sastra karena ia juga memiliki visi, aspirasi, itikad baik, dan perjuangan, sehingga karya sastra yang dihasilkannya memiliki nilai tinggi. Karya sastra yang hanya mementingkan nilai seni tanpa memperhatikan moral dinilai sebagai karya yang tidak bermutu.
- Dalam memberikan ukuran baik dan buruk lebih menititk beratkan kepada masalah isi seperti tema, pemikiran, falsafah, dan pesan-pesan dibandingkan dengan masalah bentuk. Masalah bentuk dalam pendekatan ini memang agak diabaikan, karena pandangan bahwa mutu karya sastra bukan ditentukan oleh bagaimana karya sastra disajikan tetapi bagaimana kemampuan karya tersebut memotivasi masyaraat kearah kehidupan yang lebih baik.
- Masalah didaktis, yakni pendidikan dan pengajaran, yang dapat mengantarkan pembaca kepada suatu arah tertentu. Oleh sebab itu karya sastra yang baik adalah karya sasra yang memperlihatkan tokoh-tokoh yang memiliki kebijaksanaan dan kearifan sehingga pembaca dapat mengambilnya sebagai teladan.
- Pendekatan moral menghendaki sastra menjadi medium perekaman keperluan zaman, yang memiliki semangat menggerakkan masyarakat kearah budi pekerti yang terpuji. Karya sastra dalam hal ini dinilai guru yang dapat dijadikan panutan.
- Pendekatan ini percaya bahwa masyrakat tidak dapat meningkatkan kualitas hidupnya bila dibantu oleh pemikir, ilmuwan, budayawan, sastrawan. Oleh karena itu, pendekatan moral menempatkan karya sastra lebih dari suatu seni.
- Aspek kesejarahan pergerakkan kemajuan masyarakat dari suatu zaman ke zaman yang lain. Artinya pendekatan moral menganalisis juga masalah perjuangan umat manusia melepaskan diri dari keterbelakangan dan kebodohan.
Dari gambaran tentang criteria pendekatan moral diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa pendekatan ini menitik beratkan misi sastra sebagai
alat perjuangan meningkatkan mutu kehidupan umat manusia,
meningkatkan budi pekerti anggota masyarakat
- Metode atau langkah kerja
Metode atau langkah kerja pendekatan moral adalah sebagai berikut:
- Didalam menghadapi karya sastra yang paling pokok diperhatikan adalah isinya yang terdiri dari pemikiran, falsafah, dan nilai-nilai. Disamping itu, diperhatikan pula tujuan dan pesan-pesan penulis.
- Aspek didaktis mendapat kajian secara kitis. Hal ini dapat melihat melalui kajian perwatakan peran tokoh-tokoh.
- Pembahasan aspek moral hendaknya dibedakan dengan pembahasan moral yang berada dalam buku teks sekolah. Bagaimanapun masalah moral ini menjadi titik perhatian utama, namun aspek kesastraannya jangan terlalu dikorbankan. Karya sastra yang dihadapi mesti tetap dipandang sebagai karya sastra. Bila tidak demikian, bisa terjadi pemakaian pendekatan moral ini menjadi kaku. Disamping itu harus dipahami bahwa moral yang diperlihatkan didalam karya sastra tidak semata-mata segi putihnya saja, tetapi sekaligus diperlihatkann segi hitamnya sebagai perbandingan. Justru dialektika ini merupakan kekhasan karya sastra.
- Pendekatan moral memperhatikan pula masalah kesan dan resepsi pembaca, karena yang mentukan berfaedah atau tidak berfaedah sebuah karya sastra tergantung kepada kesan dan rersepsi pembaca. Bisa saja sebuah karya sastra membawa misi yang besar ditinjau dari segi konsep moralitas, namun tidak banyak gunanya bila pembaca tidka mampu menangkap atau memhami misi tersebut.
- Kekuatan dan kelemahan
Memperhatikan kosepsi pendekatan moral ini terlihat bahwa kekuatan
pendekatan moral ini adalah pada upaya memandang karya sastra sebagai
karya yang mengandung nilai-nilai, pemikiran, dan falsafah hidup yang
akan membawa manusia menuju kearah kehidupan manusia yang lebih
bermutu. Kelemahan pendekatan ini antara lain 1). Berkecenderungan
untuk melengahkan masalah bentuk dengan lebih banyak memperhatikan
aspek isi, 2). Sukar sekali merumuskan konsep moral, karena
pengertian moral bisa berubah-ubah dan tidak sama bagi setiap orang
dan pada setiap waktu, 3). Pendekatan moral berkecenderungan untuk
menjurus kepada ukuran nilai moral keagamaan, 4). Terdapat
kemungkinan untuk mengidentikkan apa yang dilukiskan pengarang dalam
karyanya dengan sikap hidup beragama pengarang.
- Analisis nilai moral dalam novel Edensor karya Andrea Hirata dan alternatif pembelajaran membaca pada siswa kelas XI SMK
Penggunaan media sastra dalam pembelajaran dapat membantu dalam
proses pembelajaran membaca, yang merupakan bagian dari empat aspek
ketrampilan berbahasa, meliputi menyimak, berbicara, menulis, dan
membaca. Selain berguna dalam membantu proses pembelajaran, sastra
juga dapat berperan dalam; 1). Mendorong dan menumbuhkan nilai-nilai
positif manusia seperti suka menolong, berbuat baik, beriman, dan
bertaqwa, 2). Memberi pesan kepada manusia, terutama pemimpin agar
berbuat sesuai dengan harapan masyarakat, mencintai keadilan,
kebenaran dan kejujuran, 3). Mengajak orang untuk bekerja keras demi
kepentingan dirinya dan kepentingan bersama, 4). Merangsang munculnya
watak-watak pribadi yang tangguh dan kuat, seperti kemauan untuk
berkorban demi mencapai cita-cita (George Santayana dalam
Hadiwardoyo, 1990:233). Dengan adanya peran yang demikian, akan
sangat berguna ketika diaplikasikan sebagai media pembelajaran,
karena secara tidak langsung dapat menciptakan peserta didik yang
ber-akhlak moral yang baik yang merupakan calon-calon penerus
bangsa.
Nilai moral dalam novel Edensor karya Andrea Hirata merupakan
suatu materi yang berkaitan dengan unsure ekstrinsik yang terdapat
dalam puisi, novel, roman, dan buku cerita. Materi tersebut sesuai
dengan pembelajaran membaca di SMK kelas XI. Kompetensi dasar yang
terdapat dalam pembelajaran tersebut yaitu menganalisis unsure-unsur
intrinsic dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan. Adapun standard
kompetensinya adalah memahami berbagai hikayat, novel,
Indonesia/novel terjemahan.
Sebagai alternatif pembelajaran, perlu juga adanya model pembelajaran
yang digunakan. Model pembelajaran merupakan sebuah proses yang
digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan informasi kepada peserta
didik agar suatu ilmu bisa ditranformasi dengan baik oleh peserta
didik. Dalam hal ini peneliti menggunakan model pembelajaran
menggunakan metode reciprochal teaching.
Model ini didasarkan pada model pengajaran yang disampaikan Arends
yakni suatu prosedur pengajaran atau pendekatan yang dirancang untuk
mengajarkan kepada siswa memahami bacaan dengan baik. Reciprocal
teaching mengacu kepada sekumpulan kondisi belajar yang
menempatkan anak untuk mengalami sekumpulan kegiatan kognitif
tertentu dan secara perlahan melakukan fungsi-fungsi itu sendiri.
Model pembelajaran ini berbasis dialog, jadi pada dasarnya metode ini
memang dapat digunakan untuk meningkatkan ketrampilan dalam aspek
berbahasa yaitu membaca sekaligus memperluas pengetahuan siswa.
Penerapan metode reciprocal teaching memiliki empat tahapan strategi
dasar, yakni:
- Klarifikasi
Setelah bahan teks bacaan diberikan, teks bacaan ini dapat berupa
teks mengenai konsep yang ingin diajarkan sekaligus berisi soal yang
harus diselesaikan. Pada contoh ini, misalnya teks mengenai analisis
unsure ekstrinsik novel Indonesia/novel terjemahan. Sesuai dengan
teorinya pada tahap ini, siswa diminta untuk mencerna makna dari
kata-kata atau kalimat-kalimat yang tidak familier. Maka dibuat
pertanyaan apakah mereka mengerti arti kata atau konsep baru dalam
teks tersebut, misalnya:
“Apa yang kalian pahami mengenai novel?”
“Unsure pembangun diluar novel seperti apa?”
Karena dalam bahasa Indonesia suatu konsep yang diwakili oleh satu
kata dapat memiliki pengertian yang cukup luas, ini berkaitan dengan
definisi, sehingga dalam tahap klarifikasi ini harus dicek apakah
semua konsep baru dalam topic analisis unsure ekstrinsik novel
Indonesia/novel terjemahan sudah dipahami pengertiannya oleh
siswa. Langkah yang dapat dilakukan yaitu melalui dialog.
- Prediksi
Pada tahap ini pembaca (siswa) diajak untuk melibatkan pengetahuan
yang sudah diperolehnya dahulu untuk digabungkan dengan informasi
yang diperoleh dari teks yang dibaca untuk kemudian digunakan dalam
mengimajinasikan kemungkinan yang akan terjadi berdasar atas gabungan
informasi yang sudah dimilikinya. Dari uraian tersebut, jelas
diketahui bahwa pada tahap ini diharapkan terjadi koneksi antara
konsep yang baru dipelajarinya dengan yang sudah dimilikinya. Dengan
adanya kesatuan antara konsep baru dengan yang sudah dimiliki, siswa
diajak lebih masuk kedalam pemikiran yang luas.
- Bertanya
Strategi bertanya ini digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi
sejauh mana pemahaman pembaca terhadap bahan bacaan. Pembaca dalam
hal ini siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada dirinya sendiri.
Dari uraian tersebut jelas bahwa pada tahap ini siswa bertanya pada
dirinya sendiri untuk melakukan crosscheck tentang apa yang sudah
diperolehnya dari proses belajar dan apa yang belum dimilikinya.
Contoh pertanyaan sebagai berikut:
“ Bagaimana seorang pengarang memperoleh ide untuk membuat
novel?”
“Sebagai hasil imajinasi pengarang adakah nilai-nilai yang
digambarkan dalam karyanya melalui tokoh-tokoh dalam novel tersebut?”
“Nilai-nilai itu seperti apa contohnya?”
Berkaitan dengan penyelesaian soal diatas, dapat diajukan pertanyaan
sebagai berikut:
“Nilai tersebut menurut kalian bagaimana, adakah segi positif
yang dapat kalian ambil?”
“Segi positif itu jika kalian pahami dan kalian kaitkan dengan
sekeliling kalian dapat terlihat dalam tindakan seperti apa?”
“Dengan memahami gambaran seperti itu, apa kalian tidak ingin
menirukannya secara nyata?”
“Tindakan apa yang akan kalian lakukan, secara sederhana saja
berkaitan dengan kegiatan kalian sekolah?”
“Menjadi orang sukses?...kalau kalian berpikir bisa, hal pertama
apa yang akan kalian tempuh”, dan lain-lain.
Banyak hal lain lagi yang bisa dipertanyakan. Jika pendidik lebih
jeli akan muncul ide-ide yang lebih jenius, yang mampu membuat
pikiran siswa lebih terbuka dan menjadi lebih positif dalam memahami
realitas kehidupannya. Strategi hanya sebuah alternatif belaka, dan
semua tergantung dari pelaku pendidik yang mengembangkannya. Yang
jelas, ketika pembelajaran dilakukan, tidak hanya membuat peserta
didik memahami tentang pengetahuan tentang sekitar materi sekolah,
namun bisa membuat siswa lebih berpikir luas. Dengan demikian akan
menciptakan peserta didik yang tak hanya pintar sekedar materi
sekolah, tetapi lebih lagi dalam pengetahuan dunia.
- Membuat rangkuman
Untuk tahap ini, tentu sudah jelas sekali yang paling sederhana
adalah meminta siswa untuk membuat simpulan dari proses pembelajaran
yang berlangsung beserta pandangan-pandangan dari persoalan yang
dikemukakan dengan menggunakan bahasa sendiri. Dengan demikian
pembelajaran ini tak hanya mengasah anak dalam proses kegiatan
membaca, namun juga mengembangkan ketrampilan menulis. Sehingga satu
kompetesi tak hanya mengembangkan pada pokok persoalan belaka, namun
bisa bermanfaat guna mengembangkan ketrampilan lainnya.
Untuk menjadikan pembelajaran reciprocal teaching lebih hidup dan
bermakna, peneliti mencoba untuk mengembangkan model pembelajaran ini
dengan menambahkan aktivitas setelah membuat rangkuman, yaitu
menjelaskan rangkuman dimuka kelas untuk dipresentasikan.
Pengembangan inilah yang melatih siswa untuk terampil dalam
berbicara. Dengan adanya pengembangan model pembelajaran reciprocal
teaching ini diharapakan proses belajar pembelajaran bahasa Indonesia
lebih hidup dan menyenangkan.
Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran umum langkah-langkah penelitian ini, maka
sistematika disusun sebagai berikut:
Bab I pendahuluan yang menguraikan latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
penegasan istilah, metode penelitian dan sistematika penulisan
skripsi.
Bab II landasan teori, yang menguraikan novel dan
unsur-unsurnya, nilai moral, pendekatan moral, tahapan penelitian
pendekatan moral, bentuk moral, dan metode pembelajaran membaca di
SMK.
Bab III analisis nilai
moral dalam novel Edensor karya andrea Hirata dan alternatif
pembelajaran membaca pada siswa kelas XI di SMK
Bab IV penutup, yang merupakan kesimpulan dari hasil penelitian dan
saran. Di bagian akhir dicantumkan daftar pustaka dan
lampiran-lampiran.
Kajian Pustaka
Suharianto, S. 1982. Dasar-dasar
Teori Sastra. Surakarta: Widyaduta.
Noor, Redyanto. 2004.
Pengantar Pengkajian Sastra.
Semarang: Fasindo.
Aminudin. 2009. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandug:
sinar baru.
Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi.
Yogyakarta: Gajahmada university pers.
Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi
Penelitian Sastra. Yogyakarta:
MedPress.
Semi, Atar. 1993. Metode
Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.
Suseno, Frans Magnis. 1987. Etika Dasar Masalah-masalah Pokok
Filsafat Moral. Yogyakarta: Kanisius.
Hadiwardoyo, Purwa. 1990. Moral dan Masalahnya. Yogyakarta:
Kanisius.
Semi, Atar. 1989. Kitik sastra. Bandung: Angkasa.
Noor, Redyanto. 2007. Pengantar
Pengkajian Sastra. Semarang: Fasindo.
Harjito. 2007. Melek
Sastra Untuk 17 Tahun Ke-atas.
Semarang: IKIP PGRI Semarang.
Alwi, Hasan dan Dendy Sugono. 2002. Telaah
Bahasa dan Sastra. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia.
ANALISIS NILAI MORAL DALAM NOVEL EDENSOR KARYA ANDREA
HIRATA DAN ALTERNATIF PEMBELAJARAN MEMBACA PADA SISWA KELAS XI SMK
Disusun
guna memenuhi tugas mata Metode Penelitian
Sastra
Dosen
Pengampu: Nazla Maharani Umaya M.Hum
Oleh :
Ary Wibowo
07410722
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
IKIP PGRI SEMARANG
2011
No comments:
Post a Comment