Laman

Tuesday, June 07, 2011

Kesalahan Ejaan dalam Penulisan Karangan pada Siswa Kelas VI SD Negeri 01 Watuaji Keling Jepara.


PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Bahasa tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia. Hal tersebut dapat dilihat dari penggunaannya didalam kehidupan manusia, baik berbentuk lisan maupun tertulis yang dikenal sebagai bahasa verbal. Sedangkan dalam bahasa non verbal dapat dilihat dari pemakaian symbol-simbol, isyarat, kode, dan bunyi. Pada bahasa lisan informasi yang disampaikan dapat diperjelas dengan menggunakan intonasi, gerakan anggota tubuh tertentu, dan situasi tempat pembicaraan itu berlangsung, sehingga tidak berpengaruh terhadap ejaan. Namun dalam bahasa tulis, unsure-unsur bahasa yang digunakan cenderung tidak selengkap unsur bahasa ragam lisan. Oleh sebab itu, agar informasi yang disampaikan secara tulis menjadi jelas, unsure-unsur bahasa yang digunakannya harus lengkap. Bila unsure-unsur yang digunakan tidak lengkap, ada kemungkinan informasi yang disampaikan pun tidak dapat dipahami secara tepat. Ejaan sebagai unsur yang sangat penting dalam menulis harus diperhatikan penggunaannya. Penggunaan ejaan yang tepat akan memperjelas makna atau maksud yang disampaikan atau di informasikan..
Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa kemampuan peserta didik dalam menulis ejaan bahasa masih lemah, terutama pada siswa sekolah dasar. Hal semacam ini dikarenakan pengetahuan dalam menulis masih kurang, ataupun pembelajaran yang didapatkan belum maksimal atau mencapai tujuan, dan dampaknya adalah adanya kebiasaan menyepelekan ejaan yang tepat dalam menulis.
Perlu adanya perhatian bagi pendidikan diusia dini, bagaimana pendidikan yang ada di sekolah dasar harus dimaksimalkan khususnya dalam pengajaran mengenai penulisan ejaaan dalam bahasa, agar hal semacam itu teratasi daripada memperbaikinya. Peran guru dilembaga pendidikan sekolah sangat mutlak. Agar tercapai apa yang menjadi tujuan, maka guru harus mengajarkan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, khususnya untuk siswa sekolah dasar yaitu dengan mengajarkan sesuai dengan kaidah-kaidah dalam bahasa Indonesia atau tata bahasa. kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia menurut oka, (1974:56):
1. Tata bunyi (fonologi) bahasa Indonesia
2. Tata bentukan ( morfologi) bahasa Indonesia.
3. Tata kalimat (sintaksis) bahasa Indonesia.
4. Tata makna (semantik) bahasa Indonesia.
5. Tata penulisan (ejaan) bahasa Indonesia.
Menurut oka (1974: 57) penyimpangan-penyimpangan atau kaidah dari norma yang berlaku dalam bahasa indonesia dinilai sebagai kesalahan bahasa. Ellis (dalam Tarigan & Tarigan, 1998) menyatakan bahwa terdapat lima langkah kerja analisis bahasa atau kesalahan dalam berbahasa, yaitu:
1.      mengumpulkan sampel kesalahan,
2.      mengidenntifikasi kesalahan,
3.      menjelaskan kesalahan,
4.      mengklasifikasikan kesalahan,
5.      mengevaluasi kesalahan.
Analisis merupakan sebuah proses yang didasarkan pada analisis kesalahan orang yang sedang belajar (siswa) dengan objek yang sudah sudah ditargetkan, dalam hal ini yaitu analisis dalam penulisan ejaan bahasa. Dengan sebuah analisis tentunya akan diperoleh sebuah data yang bermanfaat serta berguna untuk membuka pikiran guru dalam mengatasi permasalahan yang dihadapkan pada siswa.
Sehubungan dengan hal diatas maka akan diadakan penelitian analisis kesalahan dalam penulisan ejaan bahasa yaitu Kesalahan Ejaan dalam Penulisan Karangan pada Siswa Kelas VI SD Negeri 01 Watuaji Keling Jepara.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah diatas, maka masalah yang akan dibahas adalah mengenai bagaimana wujud kesalahan ejaan dalam penulisan karangan pada siswa kelas VI SD Negeri 01 Watuaji Keling Jepara.
C.     Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana wujud dari kesalahan ejaan dalam penulisan karangan siswa kelas VI SD Negeri 01 Watuaji Keling Jepara.
D.    Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun praktis.  Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya pendidikan dan juga dapat bermanfaat bagi referensi  bagi penelitian yang sama.
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, siswa, sekolah, dan peneliti. Manfaat bagi guru adalah sebagai bahan masukan dan pertimbangan  untuk pemantapan ilmu tentang pemakaian dan penulisan ejaan bahasa indonesia dengan baik dan benar.
Manfaat bagi siswa adalah dapat dijadikan sebagai tamabahan pengetahuan serta informasi tentang penggunaan serta penulisan ejaan bahasa indonesia yang baik dan benar, sehingga nantinya siswa lebih terampil dan mantap dalam menggunakan ejaan yang benar menurut kaidah-kaidah dalam bahasa Indonesia.
Manfaat bagi sekolah adalah sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya disekolah yang sama dan juga sebagai upaya meningkatkan kualitas guru, siswa, dan sekolah. Manfaat bagi peneliti adalah dapat menambah wawasan tentang penulisan ejaan bahasa sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa indonesia.
LANDASAN TEORI

A.    Pengertian Bahasa
Bahasa adalah alat berkomunikasi. Melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan atau berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, saling belajar, dan meningkatkan kemampuan intelektual. Pengajaran bahasa dan sastra indonesia adalah progam untuk mengembangkan pengetahuan ketrampilan berbahasa dan sikap poitif terhadap bahasa Indonesia.
Pada hakikatnya belajar bahasa adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa indonesia dan penerimaan baik secara lisan maupun tertulis.
Komunikasi adalah suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan  yang berhubungan dengan orang lain. Dalam proses komunikasi hanya manusialah  yang telah mengembangkan bahasa, sebab bila akan berkomunikasi manusia akan memerlukan alat atau sarana seperti mulut, lidah, bentuk-bentuk tulisannya atau bahan yang dibaca.
Komunikasi lisan dan tulis sangat erat hubungannya, karena sifat penggunaannya yang salaing berkaitan dalam bahasa. Ketrampilan menulis merupakan salah satu aspek penting dalam proses komunikasi sebab tulisan dapat dipergunakan orang untuk meyakinkan, melaporkan, serta mempengaruhi orang lain.
Setiap penulis mempunyai pikiran atau gagasan yang ingin disampaikan kepada orang lain. Dalam menulis berarti kita menggambarkan huruf yang akan dimengerti oleh lawan bicara kita, supaya lawan bicara kita dapat mengerti apa yang dilukiskan oleh orang yang mengajak bicara. Sebagaimana apa yang dikemukakan oleh tarigan (1982:21) bahasa menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafiknya.

B.     Fungsi Bahasa
Dalam literatur bahasa bahasa, para ahli merumuskan fungsi bahasa bagi setiap orang ada empat, yaitu:
    1. sebagai alat atau media komunikasi;
    2. sebagai alat ekspresi diri;
    3. sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial;
    4. sebagai kontrol sosial (Keraf 1997;3-6)
Kalau kita cermati, sebenarnya ada satu lagi fungsi bahasa yang selama ini kurang disadari oleh sebagian anggota masyarakat, yaitu sebagai alat untuk berpikir. Seperti kita ketahui, ilmu tentang cara berpikir adalah logika. Dalam proses berpikir, bahasa selalu hadir bersama logika untuk merumuskan konsep, proposisi, dan simpulan. Segala kegiatan yang berkaitan perhitungan atau kalkulasi, pembahasan atau analisis, bahkan berangan-angan atau berkhayal, hanya dimungkinkan berlangsung melalaui proses berpikir disertai alatnya yang tidak lain adalah bahasa.

C.     Kesalahan Berbahasa dalam Penerapan Kaidah Ejaan Bahasa Indonesia yang       Disempurnakan.
a)      Kesalahan Penulisan Huruf besar atau kapital
Penulisan huruf kapital yang kita temui dalam tulisan-tulisan resmi kadang-kadang menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku. Perhatikan contoh berikut.
                          i.      Kesalahan penulisan huruf pertama petikan langsung.
Contoh:
Bentuk Tidak Baku
1)      Ibu mengingatkan, “jangan lupa dompetmu, Tik!”
2)      Karolina menjawab’ “bukan aku yang mengambil buku itu, Bu.”
Sesuai dengan kaidah tata bahasa yang benar adalah bahwa huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Jadi, kedua kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi kalimat-kalimat berikut ini.
Bentuk Baku
1)      Ibu mengingatkan, “Jangan lupa dompetmu, Tik!”
2)      Karolina menjawab, “Bukan aku yang mengambil baju itu, Bu.”
                        ii.      Kesalahan penulisan huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan (terbatas pada nama diri), kitab suci, dan nama Tuhan  (termasuk kata ganti untuk Tuhan).
Contoh:
Bentuk Tidak Baku
1)      Ya allah, semoga engkau menerima arwah ayah saya.
2)      Limpahkan rahmatmu kepada kami ya Allah
3)      Dalam Al-Quran terdapat ayat yang menganjurkan manusia yang berakhlak terpuji.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan (terbatas pada nama diri), kitab suci, dan nama Tuhan (termasuk kata ganti Tuhan). Huruf pertama pada kata –ku, -mu, dan –nya, sebagai kata ganti Tuhan harus dituliskan dengan huruf kapital yang dirangkaikan oleh tanda hubung (-) dengan kata sebelumnya. Dengan berpedoman pada kaidah tersebut, kita dapat memperbaiki kalimat di atas menjadi:
Bentuk Baku
1)      Ya Allah, semoga Engkau menerima arwah ayah saya.
2)      Limpahkanlah rahmat-Mu kepada kami ya Allah.
3)      Dalam Alquran terdapat ayat yang menganjurkan manusia berakhlak terpuji.
                      iii.      Kesalahan penulisan huruf pertama nama gelar (kehormatan, keturunan, keagamaan), jabatan, dan pangkat yang diikuti nama orang.
Contoh:
Bentuk Tidak Baku
1)      Pemerintah baru saja memberikan anugerah kepada mahaputra Yamin.
2)      Nabi Ismail adalah anak nabi Ibrahim alaihisalam.
3)      Pergerakan itu dipimpin oleh haji Agus Salim.
Kalimat di atas jika tidak diikuti nama diri ditulis huruf kecil. Kalimat diatas dapat diperbaiki menjadi bentuk baku berikut ini:
Bentuk Baku
1)      Pemerintah baru saja memberikan anugerah kepada Mahaputra         Yamin.
2)      Nabi Ismail adalah anak Nabi Ibrahim alaihisalam.
3)      Pergerakan itu dipimpin oleh Haji Agus Salim.

                      iv.      Kesalahan penulisan kata-kata van, den, der, da, de, di, bin, dan ibnu yang digunakan sebagai nama orang ditulis huruf besar, padahal kata-kata itu tidak terletak pada awal kalimat.
Contoh:
Bentuk Baku                      Bentuk Tidak Baku
Van den Bosch                     Van Den Bosch
Musrid bin Hasan                 Mursid Bin Hasan
Rahma ibnu Khaldum          Rahman Ibnu Khaldum
Seharusnya kata-kata van, den, der, da, de, di, bin, dan ibnu yang digunakan sebagai nama orang tetap ditulis dengan huruf kecil, kecuali kata-kata itu terletak pada awal kalimat.
v)      Kesalahan penulisan huruf pertama nama bangsa, suku dan bahasa yang tidak terletak pada awal kalimat.
Contoh :
BentukTidak Baku
1)      Di Indonesia terdapat suku jawa, suku bali, suku batak, dan sebagainya.
2)      Kita, Bangsa Indonesia harus bertekad untuk menyukseskan pembangunan.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa. Jika nama bangsa, suku, dan bahasa itu sudah diberi awalan sekalligus akhiran, nama-nama itu harus ditulis dengan huruf kecil. Jadi, perbaikan kedua kalimat di atas adalah sebagai berikut.
Bentuk Baku
1)      Di Indonesia terdapat suku Jawa, suku Bali, suku Batak, dan sebagainya.
2)      Kita, bangsa Indonesia harus bertekad untuk menyukseskan pembangunan.
                      vi.      Kesalahan huruf pertama huruf pertama nama tahun, ,bulan, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Contoh:
Bentuk Tidak Baku
1)      Pada bulan agustus terdapat hari yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia.
2)      Setiap Hari Jumat semua instansi di Indonesia menyelenggarakan senam kesegaran jasmani.
Bentuk Baku
1)      Pada bulan Agustus terdapat hari yang sangat bersejarah bagi   bangsa Indonesia.
2)      Setiap hari Jumat semua instansi di Indonesia menyelenggarakan senam kesegaran jasmani.
                    vii.      Kesalahan penulisan huruf pertama nama khas geografi.
Contoh:
Bentuk Tidak Baku.
1)      Salah satu daerah pariwisata di Sumatra adalah danau Toba.
2)      Pulau Jawa dan Pulau Sumatra dihubungkan oleh selat Sunda.
Sesuai dengan kaidah yang berlaku seharusnya penulisan penulisan huruf pertama nama khas geografi dengan huruf kapital. Jadi, kalimat-kalimat di atas seharusnya dituliskan sebagai berikut.
Bentuk Baku.
1)      Salah satu daerah pariwisata di Sumatra adalah Danau Toba.
2)      Pulau Jawa dan Pulau Sumatra dihubungkan oleh Selat Sunda.
                  viii.      Kesalahan penulisan huruf pertama nama resmi badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi.
Contoh.
Bentuk Tidak Baku.
1)      Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.
2)      Semua anggota PBB harus mematuhi piagam Persyerikatan Bangsa-Bangsa.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama resmi badan, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen remi. Contoh di atas dapat diperbaiki menjadi berikut ini.
Bentuk Baku.
1)      Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.
2)      Semua anggota PBB harus mematuhi Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.
                      ix.      Kesalahan penulisan huruf pertama pada kata tugas seperti: di, ke, dari, untuk, yang, dan, atau, dan dalam pada judul buku, majalah, surat kabar, dan karangan yang tidak terletak pada posisi awal.
Contoh:
Bentuk Tidak Baku.
1)      Buku Pelajaran Sosiologi Untuk Sekolah Lanjutan Atas akan diterbitkan lagi.
2)      Idrus mengarang buku Dari Ave Maria Ke Jalan Lain Ke Roma.
Kaidah tata bahasa Indonesia yang benar adalah huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata di dalam buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan; kecuali kata tugas seperti: di, ke, dari, untuk, yang, dan, atau dan dalam yang tidak terletak pada posisi awal. Perbaikan contoh di atas adalah sebagai berikut.
Bentuk Baku
1)      Buku Pelajaran Sosiologi untuk Sekolah Lanjutan Atas akan diterbitkan lagi.
2)      Idrus mengarang buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
                        x.      Kesalahan penulisan singkatan nama gelar dan sapaan.
Contoh:
Bentuk Tidak Baku
1)      Kami berharap hal tersebut dilaporkan kepada tn. Samuel.
2)      Proyek itu dipimpin oleh drs. Tony Hartanto.
Huruf kapital dipakai dalam singkatan nama gelar dan sapaan, kecuali gelar dokter. Berpedoman pada kaidah tersebut, maka contoh di atas dapat diperbaiki menjadi:
Bentuk Baku
1)      Kami berharap hal itu dilaporkan kepada Tn. Samuel.
2)      Proyek itu dipimpin oleh Drs. Tony Hartanto.
                      xi.      Kesalahan penulisan huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, anda, kakak, adik, dan paman yang dipakai sebagai kata ganti atau sapaan.
Bentuk Tidak Baku
1)      Kapan adik akan datang lagi kesini?
2)      Surat saudara sudah saya terima beberapa hari yang lalu.
Berdasarkan kaidah tata bahasa yang benar, maka kalimat di atas dapat diperbaiki menjdi berikut:
Bentuk Baku
1)      Kapan Adik akan datang lagi kesini?
2)      Surat Saudara sudah saya terima beberapa hari yang lalu.
b)     Kesalahan Penulisan Huruf Miring
                          i.      Kesalahan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan. Perhatikan contoh berikut ini.
Bentuk Tidak Baku
1)      Wanita muslimah banyak yang menyenangi tabloid Nurani.
2)      Harian Suara Merdeka menjadi bacaan warga Jawa Tengah.
Seharusnya penulisan buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan ditulis dengan huruf miring. Jika ditulis tangan atau mesin ketik manual, kata yang seharusnya ditulis dengan huruf miring ditandai garis bawah. Perhatikan perbaikan contoh di atas.
Bentuk Baku
1)      Wanita muslimah banyak yang menyenangi tabloid Nurani.
2)      Harian Suara Merdeka menjadi bacaan warga Jawa Tengah.

                        ii.      Kesalahan penulisan yang digunakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata. Contohnya sebagai berikut.
Bentuk Tidak Baku.
1)      Buatlah contoh kalimat dengan kata bahagia!
2)      Kata ubah ditambah prefiks meng- akan menjadi mengubah bukan merubah.
Sesuai kaidah yang benar untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata dapat ditulis dengan huruf miring. Perbaikan kalimat-kalimat di atas adalah sebagai berikut.
Bentuk baku
1)      Buatlah contoh kalimat dengan kata bahagia!
2)      Kata ubah ditambah prefiks meng- akan menjadi mengubah bukan merubah.

                      iii.      Kesalahan penulisan kata nama-nama ilmiah atau ungkapan bahasa asing atau bahasa daerah (yang tidak disesuaikan ejaan).
Contoh:
Bentuk Tidak Baku
1)      Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.
2)      Ungkapan Wilujeng Sumping dalam bahasa Sunda berarti “Selamat Datang”.
Untuk menuliskan kata nama-nama ilmiah atau bahasa asing atau bahasa daerah (yang tidak disesuaikan ejaan) menggunakan huruf miring. Perbaikan contoh di atas adalah sebagai berikut.
Bentuk Baku
1)      Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.
2)      Ungkapan Wilujeng Sumping dalam bahasa Sunda berarti “Selamat Datang”.
c)      Kesalahan Penulisan Kata
                          i.      Kesalahan penulisan kata dasar dan kata bentukan
Kita mengenal bentuk kata dasar dan kata bentukan (kata berafiks, kata ulang, dan kata majjemuk atau gabungan kata). Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan  yang bediri sendiri; sedangkan pada kata berafiks, afiks tersebut ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.  Kata majemuk atau gabungan kata yang mendapat prefiks saja atau sufiks saja, maka prefiks atau sufiks tersebut ditulis serangkaidengan kata yag bersangkutan saja. Akan tetapi jika gabungan kata tersebut sekaligus mendapat prefiks dan sufiks, maka bentuk kata pembentukannya harus ditulis serangkai semuanya. Perhatikan bentuk baku dan tidak baku berikut ini.
   Bentuk Baku                                     Bentuk Tidak Baku
   diminta                                    di minta
   kasihan                                    kasih an
   kemenakan                              ke menakan
   rumah-rumah                           rumah2
   gerak-gerik                              gerak gerik
   tata bahasa                              tatabahasa
   manakala                                 mana kala
   antarkota                                 antar kota
   subbagian                                sub bagian
   Mahakuasa                              Maha Kuasa
                        ii.      Kesalahan penulisan –ku, -kau, -mu, dan –nya
Bentuk –ku, -kau, dan –mu ada pertaliannya dengan pronomina aku, engkau, dan kamu ditulis sering ditulis salah yaitu terpisah dengan kata yang mengikutinya. Perhatikan contoh berikut ini.
Bentuk Baku                         Bentuk Tidak Baku
sepatuku                                  sepatuku
rumahmu                                 rumah mu
kauambil                                  kau ambil
kauterima cintaku                    kau terima cinta ku
                      iii.      Kesalahan penulisan preposisi di, ke, dan dari
Bentuk Baku                         Bentuk Tidak Baku
di teras rumah                         diteras rumah
ke sana-sini                              kesana-sini
daripada                                  dari pada
                       iv.      Kesalahan penulisan partikel pun
Pemakai bahasa masih sering menulis partikel pun dengan kata yang mendahuluinya serangkai. Partikel pun ditulis terpisah karena sudah hampir seperti kata lepas. Perhatikan contoh berikut.
      Bentuk Baku                         Bentuk Tidak Baku
      sekali pun                                sekalipun
      apa pun                                    apapun
      dia pun                                    diapun
                         v.      Kesalahan penulisan per
Kata per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian-bagian kalimat yang mendampinginya. Akan tetapi kita masih sering menemukan kesalahan pemakainya. Perhatikan contoh berikut.
      Bentuk Baku                         Bentuk Tidak Baku
      Rp 16.000,00 per meter          Rp 16.000,00 permeter
      dibayarkan per Mei 2009        dibayarkan per-Mei 2009
                      vi.      Kesalahan memenggal kata
Pemenggalan kata atau persekutuan diperlukan apabila kita harus memenggal sebuah kata dalam tulisan jika terjadi pergantian baris. Pada pergantian baris, tanda hubung harus dibubuhkan di pinggir ujung baris, bukan dibawah ujung baris. Perlu juga diketahui, suku kata atau imbuhan yang terdiri atas sebuah huruf tidak dipenggal agar tidak terdapat satu huruf pada ujung baris atau pada pangkal baris. Sering kita jumpai pemenggalan kata yang tidak sesuai dengan kaidah tata bahasa yang benar. Berikut ini akan diuraikan satu per satu bentuk-bentuk kesalahan pemenggalan kata.
(a)    Kesalahan pemenggalan dua vokal yang berurutan di tengah kata
Contoh:
Bentuk Baku                         Bentuk Tidak Baku
la-in                                         la – in
sa-at                                         sa – at
bu-ah                                       b-uah
au-la                                        a-ula
Kaidah pemenggalan yang benar adalah jika di tengah kata ada dua vokal yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua vokal tersebut. Fonem diftong /ai/, /au/, dan /oi/ tidak pernah diceraikan. Apabila memenggal atau menyukukan sebuah kata, kita harus membubuhkan tanda hubung (-) diantara suku-suku kata itu dengan tidak didahului atau diikuti spasi.
(b)   Kesalahan pemenggalan dua vokal mengapit konsonan di tengah kata
Contoh:
Bentuk Baku                         Bentuk Tidak Baku 
se-ret                                       ser-et
pa-man                                                pam-an
ba-ngun                                   ban-gun
se-nyum                                   sen-yum
Kaidah pemenggalan yang benar adalah jika ditengah kata ada konsonan di antara dua vokal, pemenggalan dilakukan sebelum konsonan tersebut. Selain itu, karena ng, ny, sy, dan kh melambangkan satu konsonan; gabungan huruf itu tidak pernah diceraikan, sehingga pemenggalan suku kata terdapat sebelum atau sesudah pasangan huruf itu.
(c)    Kesalahan pemenggalan dua konsonan berurutan di tengah kata
Contoh:
Bentuk Baku                         Bentuk Tidak baku
Ap-ril                                       A-pril
mer-de-ka                                me-rde-ka
cap-lok                                                ca-plok
mak-sud                                  ma-ksud
swas-ta                                    swa-sta
Kaidah pemenggalan yang benar adalah jika di tengah kata ada dua konsonan berurutan, pemenggalan terdapat di antara kedua konsonan tersebut.
(d)   Kesalahan pemenggalan tiga konsonan atau lebih di tengah kata.
Contoh:
Bentuk Baku                         Bentuk Tidak Baku
            ab-strak                                   abs-trak
            in-fra                                       inf-ra
            ben-trok                                   bent-rok
            in-stan-si                                  ins-tan-si
Kaidah pemenggalan yang yang benar adalah jika di tengah kata ada tiga konsonan atau lebih, maka pemenggalan tersebut dilakukan di antara konsonan yang pertama termasuk /ng/, /ny/, /sy/, dan /kh/ dengan konsonan yang kedua.
(e)    Kesalahan pemenggalan kata berimbuhan
Contoh:
Bentuk Baku                         Bentuk Tidak Baku
pem-ber-da-ya-an                    pe-mber-da-ya-an
meng-a-ku-i                             me-nga-kui
bel-a-jar                                   be-la-jar
ge-me-ri-cik                             g-em-eri-cik
meng-a-nak-ti-ri-kan               menga-nak-ti-ri-kan
Kaidah pemenggalan yang benar adalah imbuhan (prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks) termasuk yang mengalami perubahan bentuk biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya dalam pemenggalan kata dipisahkan sebagai satu kesatuan.
(f)    Kesalahan pemenggalan nama diri
Contoh:
            Bentuk Baku                                      Bentuk Tidak Baku
            Imam Nurzaman                     I-mam Nur-zaman
            Nur Komari Saputra                Nur Ko-ma-ri Sa-pu-tri
Kaidah pemenggalan yang benar adalah nama orang harus diusahakan tidak dipenggal atas suku-suku katanya dalam pergantian baris. Yang dibolehkan adalah memisahkan nama orang itu atas unsur nama pertama dan unsur nama kedua dan seterusnya.
                    vii.      Kesalahan penulisan lambang bilangan
Masih banyak orang yang belum paham benar cara menulis lambang bilangan. Hal tersebut terlihat pada penulisan lambang bilangan yang masih salah, di antaranya sebagai berikut.
(a)    Kesalahan penulisan lambang bilangan dengan huruf.
Contoh:
Bentuk Baku                         Bentuk Tidak Baku
enam ratus lima puluh             enam ratus limapuluh
seratus dua puluh tiga             seratus duapuluh tiga
lima tiga perempat                   lima tiga per empat
(b)   Kesalahan penulisan kata bilangan tingkat.
Contoh:
            Bentuk Baku                                     Bentuk Tidak Baku
            abad XX                                 abad ke XX
            abad ke-20                              abad ke 20
            abad kedua puluh                    abad keduapuluh
            ulang tahun LXIV RI             ualang tahun ke-LXIV RI
(c)    Kesalahan  penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran –an.
Contoh
            Bentuk Baku                         Bentuk Tidak Baku
            pujangga tahun 50-an              pujangga tahun 50an
            lembaran 1000-an                    lembaran 1.000an
(d)   Kesalahan penulisan lambang bilangan yang dapat menyatakan satu atau dua kata yang ditulis dengan angka dan kesalahan penulisan lambang bilangan yang menyatakan beberapa perincian atau pemaparan ditulis dengan huruf. Perhatikan contoh berikut.
Bentuk Tidak Baku
1)      Sekitar 60 calon mahasiswa tidak diterima di akademi itu.
2)      Tetanggaku membeli 4 pohon durian.
3)      Ternak paman terdiri dari dua puluh ekor kambing, sembilan ekor sapi, lima belas ekor kerbau, dan seratus delapan puluh ekor ayam.
Bentuk Baku
1)      Sekitar enam puluh calon mahasiswa tidak diterima di akademi itu.
2)      Tetanggaku membeli empat pohon durian.
3)      Ternak paman terdiri dari 20 ekor kambing, 9 ekor sapi, 15 ekor kerbau, dan 180 ekor ayam.
(e)    Kesalahan penulisan lambang bilangan pada awal kalimat dengan angka dan kesalahan penulisan lambang bilangan pada awal kalimat dengan huruf.
Contoh:
Bentuk Tidak Baku
1)      13 tukang becak ikut pawai di jalan raya.
2)      19 orang di kampung ini menderita gizi buruk.
Bentuk Baku
1)      Tiga belas tukang becak ikut pawai di jalan raya.
2)      Sembilan belas orang di kampung ini menderita gizi buruk.
(f)    Kesalahan penulisan angka yang menunjukkan jumlah antara ratusan, ribuan, dan seterusnya. Perhatikan contoh berikut.
Bentuk Tidak Baku
1)      Jumlah peserta ujian seluruhnya 3554 orang.
2)      Desa Sukanandi berpenduduk 1785 jiwa.
Bentuk Baku
1)      Jumlah peserta ujian seluruhnya 3.554 orang.
2)      Desa Sukanandi berpenduduk 1.785 jiwa.
(g)   Kesalahan penulisan jumlah uang.
Contoh:
Bentuk Tidak Baku
1)      Harga durian itu Rp. 25.000,00, per buah.
2)      Setiap mahasiswa harus membayar iuran setiap semester Rp 5000.
Bentuk Baku
1)      Harga durian itu Rp 25.000,00, per buah.
2)      Setiap mahasiswa harus membayar iuran setiap semester Rp 5000,00.
(h)   Kesalahan penulisan angka NIP, NIM/NPM, dan nomor telepon.
Contoh:
Bentuk Tidak Baku
1)      Nomor Induk pegawai ayahku 130 678 987.
2)      Nomor Induk mahasiswa anak itu 09.009.543.
3)      Silakan telepon ke nomor 081 543 670 325.
Antar angka tidak perlu diberi spasi dan tidak perlu diberi tanda titik atau tanda  baca yang lain.
Bentuk baku
1)      Nommor Induk pegawai ayahku 130678987.
2)      Nomor Induk Mahasiswa anak itu 09009543.
3)      Silakan telepon ke nomor 081543670325.
                  viii.      Kesalahan penulisan unsur serapan
Bedasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa indonesia dapat dibedakan atas: (i) unsur yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia (unsur-unsur ini dipakai  dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pelafalannya masih mengikuti cara asing), dan (ii) unsur bahasa asing yang pelafalannya dan penulisannya disesuaikan dengan bahasa Indonesia.
Bandingkan contoh-contoh pemakaian bentuk yang tidak baku dan bentuk yang baku berikut ini.
Kata Asing           Penyerapan Baku     Penyerapan Tidak Baku
activity                  aktivitas                       aktifitas
analysis                  analisis                         analisa
apotheek                apotek                         apotek
charisma                karisma                        harisma
complex                 kompleks                     komplek
contingent             kontingen                    kontingent
description                        deskripsi                      diskripsi
directeur                direktur                       director
efficient                 efisien                          effisien
frequency              frekuennsi                   frekwensi
formeel                  formal                          formil
ideal                      ideal                            idial
informant              informan                      informen
                      ix.      Kesalahan penulisan tanda baca
                                    1)      Kesalahan penulisan tanda titik (.)
(a)    Penghilangan tanda titik pada akhir singkatan nama orang.
Contoh:
Bentuk Baku                         Bentuk Tidak Baku
M. Ramlan                              M Ramlan
W.S. Rendra                           W S Rendra
E Zainal Arif                           E Zainal Arif
(b)   Penghilangan tanda titik pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
Contoh:
      Bentuk Baku                         Bentuk Tidak Baku
      S.E. (Sarjana Ekonomi)           S E
      Kol. (kolonel)                          Kol
(c)    Pemakaian tanda titik yang kurang atau berlebihan pada singkatan kata atau ungkapan.
Contoh:
      Bentuk Baku                                     Bentuk Tidak Baku
      a.n. (atas nama)                       an.
      d.a (dengan alamat)                da.
      dkk. (dan kawan-kawan)        dkk
      tsb.(tersebut)                           t.s.b.
(d)   Penghilangan tanda titik pada angka yang menyatakan jumlah untuk memisahkan ribuan, jutaan, dan seterusnya.
Contoh:
      Bentuk Baku                         Bentuk Tidak Baku
      3.320 halaman                         3320 halaman
      Sebanyak 1.000 liter               sebanyak 1000 liter
(e)    Penambahan tanda titik pada singkatan yang terdiri atas huruf-huruf awal kata atau  suku kata dan pada akronim.
Contoh:
      Bentuk Baku                         Bentuk Tidak Baku
      DPR                                        D.P.R
      Kejaksaan Agung RI              kejaksaan Agung R.I.
      sekjen                                      sekjen.
(f)    Penambahan tanda titik di belakang alamat pengirim, tanggal surat, di belakang nama penerima, dan alamat penerima surat.
Contoh:
      Bentuk Tidak Baku
                                                                        1)      Jalan Sudirman III. 45.
                                                                        2)      Yogyakarta, 30 Maret 2009.
                                                                        3)      Yth. Bapak. Candra Kumala
Jalan Beringin Raya 27
Makasar.
Bentuk Baku
                                                                        1)      Jalan Sudirman III. 45
                                                                        2)      Yogyakarta, 30 Maret 2009
                                                                        3)      Yth. Bpak. Candra Kumala
Jalan Beringin Raya 27
Makasar
                                    2)      Kesalahan penulisan tanda koma (,)
(a)    Penghilangan tanda koma di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilang.
Contoh:
      Bentuk Tidak Baku
                                                                        1)      Anakku mengirimi aku beberapa baju, makanan kering dan uang.
                                                                        2)      Satu dua ….. tiga
Bentuk Baku
                                                                        1)      Anakku mengirimim aku beberapa baju, makanan kering, dan uang.
                                                                        2)      Satu, dua, …… tiga
(b)   Penghilangan tanda koma di antara dua klausa dalam kalimat majemuk setara (yang didahului oleh konjungsi tetapi, melainkan, dan sedangkan)
Contoh:
      Bentuk Tidak Baku
                                                                        1)      Ibu akan mengabulkan permintaanmu tetapi kau harus mengikuti nasihat orang tua.
                                                                        2)      Kau bukan seorang yang baik melainkan seorang yang jahat.
Bentuk Baku
                                                                        1)      Ibu akan mengabulkan permintaanmu, tetapi kau harus mengikuti nasihat orang tua.
                                                                        2)      Kau bukan seorang yang baik, melainkan seorang yang jahat.
(c)    Pemisahan anak kalimat dari induk kalimat yang tidak menggunakan tanda koma (yang anak kalimat mendahului induk kalimat).
Contoh:
            Bentuk Tidak Baku
                                                                        1)      Walaupun hidupnya kekurangan ia tidak pernah meminta kepada orang lain.
                                                                        2)      Jika berusaha keras kamu akan berhasil dalam ujianmu nanti.
Kalimat (1) dan (2) merupakan kalimat majemuk bertingkat. Posisi anak kalimat mendahului induk kalimat. Posisi anak kalimat yang mendahului induk kalimat, maka setelah anak kalimat harus tanda koma. Perbaikan dua contoh diatas adalah sebagai berikut.
            Bentuk Baku
                                                                        1)      Walaupun hidupnya kekurangan, ia tidak pernah meminta kepada orang lain.
                                                                        2)      Jika berusaha keras, kamu akan berhasil dalam ujian nanti.
(d)   Penghilangan tanda koma di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat di awal kalimat.
Contoh:
            Bentuk Tidak Baku
                                                                              1)      Jadi minggu depan kita akan berangkat ke Bali.
                                                                              2)      Selanjutnya akan kita bicarakan pada rapat besok siang.
Tanda koma harus kita letakkan setelah kata atau ungkapan penghubung antar kalimat seperti di bawah ini.
            Bentuk Baku
                                                                              1)      Jadi, minggu depan kita akan berangkat ke Bali.
                                                                              2)      Selanjutnya, akan kita bicarakan pada rapat besok siang.
(e)    Untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat dengan meniadakan tanda koma.
Contoh:
            Bentuk Tidak Baku
                                                                              1)      Murid-murid menyapa “Selamat siang, Pak!”
                                                                              2)      Kakek berpesan “Patuhlah kepada kedua orang tuamu!”
Sebelum petik ganda seharusnya diletakkan tanda koma (,), seperti berikut ini.
            Bentuk Baku
                                                                              1)      Murid-murid menyapa, “Selamat siang, Pak!”
                                                                              2)      Kakek berpesan, “Patuhlah kepada kedua orang tuamu!”
(f)    Penghilangan  tanda koma di belakang kata-kata seru sperti: o, ya, wah, aduh, kasiihan yang terdapat pada awal kalimat. Perhatikan contoh berikut ini.
Bentuk Tidak Baku
                                                                              1)      Kasihan dia harus bertanggung jawab untuk sesuatu yang tidak pernah dilakukan.
                                                                              2)      Aduh aku lupa mengatakan hal itu kepada saudaraku.
Tanda koma harus dibubuhkan setelah kata-kata seru. Dengan demikian perbaikannya sebagai berikut.
            Bentuk Baku
                                                                              1)      Kasihan, dia harus bertanggung jawab untuk sesuatu yang tidak pernah dilakukan.
                                                                              2)      Aduh, aku lupa mengatakan hal itu kepada saudaraku.
(g)   Penghilangan tanda koma diantara (1) nama dan alamat, (2) bagian-bagian alamat, (3) tempat dan tanggal, dan (4) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Contoh:
Bentuk Tidak Baku
                                                                              1)      Kuta 10 April 2010
                                                                              2)      Surakarta Jawa Tengah
                                                                              3)      Sdr. Nanda Putri Jalan Sidodadi Timur 24 Semarang
Bentuk Baku
                                                                              1)      Kuta, 10 April 2010
                                                                              2)      Surakarta, Jawa Tengah
                                                                              3)      Sdr. Nanda Putri, Jalan Sidodadi Timur 24 Semarang
(h)   Penghilangan tanda koma ketika menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. Contoh.
Bentuk Tidak Baku
                                                                              1)      Ramlan M. 1987. Ilmu bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: CV. Karyono.
                                                                              2)      Chaer Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Penulisan yang sesuai kaidah sebagai berikut.
            Bentuk Baku
                                                                              1)      Ramlan, M. 1987. Ilmu Bahasa Indonesia. Sintaksis. Yogyakarta: CV. Karyono.
                                                                              2)      Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
(i)     Penghilangan tanda koma diantara nama orang dan gelar kesarjanaan yang mengikutinya. Contoh.
Bentuk Baku                                     Bentuk Tidak Baku
                                    Dra. Intan Indiati, M.Si.                     Dra. Intan Indiati M.Si.
Ny. Hartawati, M.A.                           Ny. Hartawati M.A.
Subur, S.E.                                          Subur S.E.
(j)     Tanda koma yang tidak di gunakan untuk mengapit keterangan tambahan dan keterangan aposisi. Contoh.
Bentuk Tidak Baku
                                                                              1)      Pak Rifai dosen Puisi hari ini mengikuti seminar.
                                                                              2)      Di kampus kami  misalnya sudah banyak mahasiswa yang bekerja.
Bentuk Baku
                                                                              1)      Pak Rifai, dosen Puisi, hari ini mengikuti seminar.
                                                                              2)      Di kampus kami, misalnya, sudah banyak mahasiswa yang bekerja.

No comments: