Laman

Thursday, June 30, 2011

moral dan permasalahnya


Moral dan masalahannya. Dr. Al. purwa hadiwardoyo MSF. KANISIUS. YOGYAKARTA. 1990.
Moral menyangkut kebiayasaan. Orang yang tidak baik juga disebut orang yang tidak bermoral, atau sekurang-kurangnya sebagai orang yang kurang moral. Maka secara sederhana kita mungkin dapat menyamakan moral dengan kebaikan orang atau kebaikan manusiawi. (hal 13.)
SIKAP BATIN DAN PERBUATAN LAHIR.
Moral seseungguhnya memuat dua segi yang berbeda, yakni segi batiniah dan segi lahiriyah.  Orang yang baik adalah orang yang memiliki sikap batin yang baik dalam dan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik pula.  Sikap batin ini juga sering kali disebut hati. (hal 13).
UKURAN MORAL
Berkaitan dengan hati nurani dan norma.  Hati nurani menyediakan ukuran subjek, norma pada ukuran objek, dengan kata lain : hati nurani memberitahukan kepada mana yang benar, norma diberikan untuk menunjukkan kepada semua orang mana yang benar itu(.hal15). jadi hubungan hati nurani dan norma dapat dijelaskan sebagai berikut: norma diberitahukan kepadaku, supaya kau memahami kebaikan dan hidup sesuai dengan kebaikan itu; tetapi hati nuraniku itulah yang akan mengatakan dengan lebih tegas kepadaku tentang kebaikan yang harus kukejar.
KEUTAMAAN MORAL.
Orang yang berusaha hidup secara tekun dalam waktu yang lama dapat mencapai keunggulan moral yang biasa disebut keutamaan. Keutamaan adalah kemampuan yang dicapai oleh seseorang untuk bersikap batin maupun berbuat secara benar. Seperti: kerendahan hati, kepercayaan kepada orang lain, keterbukaan, kebijaksanaan, ketekunan, kejujuran, keadilan, keberanian, penuh harap, penuh kasih.

TELAAH BAHASA DAN SASTRA. EDITOR HASAN ALWI DAN DENDY SUGONO. PUSAT BAHASA DAN YAYASAN OBOR INDONESIA. 2002.
Bentuk kritik sastra biasanya menggunakan dua pendekatan: pendekatan normative dan pendekatan pedagogis. Karya-karya sastra dibicarakan berdasarkan norma-norma yang susah ada dan sewaktu bicara tentang isi lebih banyak dibicarakan nilai-nilai susila ataupun nilai-nilai pendidikan yang terkandung didalam karya tersebut. Suatu tinjauan yang bertolak dari hakikat sastra jarang dilakukan. (222)
Pada karya-karya sastra yang berhasil terkandung ekspresi total pribadi manusia yang meliputi tigkat-tingkat pengalaman biologi, social, intelektual dan religius. (sastrowardoyo dalam hasan dan dendy, 1990 :233) selanjutnnya interprestasi itu dapat membangkitkan aspirasi bagi pembaca (masayarakat) (kartodjirgo, 1984: 8-9)
Tanggapan dan penilaian tersebut terutama menyangkut berbagaia peristiwa social budaya dan norma-norma kehidupa. (djojonegoro, 1998:424-425) hal 233)
Menurut george Santayana (dalam suyitno, 1985:40) sastra dapat juga berperan sebagai penuntun hidup. Hanya saja penuntun hidup itu tersublimasi sedemikian rupa sehingga sehingga tidak mungkin ia bersifat mendikte tentang apa yang sebaiknya dilakukan seseorang atau apa yang sebaiknya tidak dilakukan. Sastra dapat membentuk watak-watak pribadi secara personal dan social. Sastra mampu berfungsi sebagai penyadar manusia akan kehadirannya yang bermakna baik dihadapan pencipta maupun dihapan sesame umat. Inilah yang kita kenal dengan penuntun SDM yang berkualitas imtaq.
Sastra dapat berperan:
  1. mendorong dan menumbuhkan nilai-nilai positif manusia seperti suka menolong , berbuat baik, beriman dan bertaqwa,
  2. memberi pesan kepada manusia, terutama pemimpin agar  berbuat sesuai dengan harapan masyarakat, mencintai keadilan, kebenaran dan kejujuran.
  3. mengajak orang untuk bekerja keras demi kepentingan dirinya dan kepentingan bersama.
  4. merangsang munculnya watak-watak pribadi yang tangguh dan kuat, seperti kemauan untuk berkorban demi mencapai cita-cita.

No comments: