Laman

Friday, June 24, 2011

MEMAKNAI PUISI : RINDUKU PADA HUTAN KARYA EVELYN

Rinduku pada hutan
Oleh : Evelyn R.A

Rinduku pada Hutan
Menghirup udaranya
Memandang Rimbunya
Hijau Daunnya
Sepinya
Rinduku pada hutan
Menginjak rumputnya
Embunnya
Rinduku pada hutan
Mendengar kicau burungnya
Teriakan sang kera
Auman harimau
Kegesitan kijang
Atau ular yang melata
Rinduku pada hutan
Rindunya kehidupan 

            Memaknai setiap kata yang tergores, dapat dengan jelas kita pahami bahwa sang pengarang merasakan sebuah kerinduan, kerinduan yang tak lazim ubahnya seorang anak manusia yang merindukan kekasihnya. Lihatlah dari goresan-goresan kata yang tertuang mengungkapkan bagaimana sang pengarang merindukan masa lalu, masa-masa ia memandang hutan yang indah dan kini lenyap. Kenangan bak mutiara yang sangat berharga kini tenggelam didasar samudera. Terengengut oleh sosok-sosok kelam, yang tak ada hati merampas kehidupannya dengan sangat kejam. Manusia manusia yang telah merampasnya dengan paksa dari dunia ini. penjarahan, pembakaran yang terus dilakukan, tanpa pernah dipikirkan akibatnya. Semua rindu terlukis, karena muak melihat lingkungan yang telah berubah. Tak ada lagi yang rimbun, sejuk dan indah seperti dulu.
Sebuah pemberotakan yang tiada tertangguhkan, seperti seorang yang terkungkung ribuan tahun tersekap dan kini bebas bersuara. Luapan ekspresi kejenuhan, kebosanan melihat dunia yang tak lagi ramah kepada mereka. Ia benci dan sekaligus miris betapa tega nian manusia tak berperasaan, tahukah kau hutan adalah hidup, hutan adalah nafas, embun, binatang, dan hal-hal yang tak tak kalian pahami. Demikianlah kerinduan dan rasa muak menyaksikan alam terampas, terhempas, dan kini mati
Rindu Menghirup udaranya, pengarang seolah merasa jantung kehidupannya telah terenggut. Nafas yang kini sesak memandang kenyataan semua telah berubah, tampak sayu dan redup, terasa miris seolah seorang manusia yang ditinggalkan kekasihnya. Jantung kehidupannya telah terenggut oleh tangan-tangan yang tak memiliki nurani. Hutan adalah nafas kehidupan, nafas yang membuat kita hidup. Walaupun kita tahu bahwa kita bernafas menghirup oksigen, tapi perlu kita ketahui darimana oksigen. Hutan. Hutanlah yang menciptakannya, lewat pohon-pohon yang melakukan foto sintetis …….
Jangan rusak hutanku, hutanmu, dan hutan kita semua, karena dialah kehidupan kita. Jangan sampai ia menangis, memberontak, memuntahkan air mata kepedihan karena benci. Biarkan alam berbicara, hidup berdampingan seperti kekasih. Jaga hutanku, hutanmu, dan hutan kita semua, dengan itu hidup akan menjadi indah, sejuk, berwarna.

No comments: