Laman

Friday, June 24, 2011

ANALISIS HEURISTIK DAN HERMENEUTIK PADA PUISI "UNTUK IBU" KARYA YAYAT HENDAYANA



Ø      PEMBELAJARAN TINGKAT SMA
UNTUK IBU
Yayat Hendayana
Doa Angkatan Kami (1963-1966)


dengan apa bisa kunilai cintamu, ibu
yang mengendap sampai ke dasar-dasar segara
karena aku sendiri adalah angin kemarau
yang tak pernah berhasil memberikan setitik cinta

kalau kauperhitungkan kasihmu, ibu
yang tertimbun sampai ke puncak-puncak menara
bagaimana aku sanggup membayarnya
karena aku sendiri belum lagi punya harga

selalu kudengar dari bisik-bisik hatimu
tiap kali kaugendong aku dan kautiup ubun-ubunku
cinta serta kasih sayang kaucurahkan
pada tiap-tiap kedip mata dan tetesan air susu
adalah restu meski akan dibalas empedu

tapi aku juga punya hati, ibu
yang kutahu takkan selebar hatimu
kuharapkan padanya kesabaran dekat padamu
sampai datang seorang pembawa rahmat
yang melepas kita dari duka dan melarat

Desember 1963

a)      PEMBACAAN HEURISTIK
Bait 1  (Harus) dengan apa (lagi) bisa (a)kunilai cintamu, ibu
Yang (kini kurasa)  mengendap sampai (jauh) ke dasar-dasar segara
Karena  (saat ini) aku sendiri adalah (laksana) angin (di musim) kemarau Yang (kusadari) tak pernah berhasil (untuk) memberikan setitik cinta (pelepas dahaga)

Bait 2  kalau (mungkin saja) kau perhitungkan (semua) kasihmu ibu
            (mungkin) yang (terjadi) tertimbun (begitu banyaknya) sampai ke puncak-puncak menara (yang tertinggi)
            (dan) bagaimana (mungkin) aku sanggup (lagi untuk) membayarnya (jika kau memintaku)
            Karena (aku tak memiliki apa-apa) aku sendiri (merasa) belum punya harga (untuk mengganti semua)

Bait 3  (tiap kali) selalu kudengar (untaian kata mutiara) dari bisik-bisik (relung) hatimu
            tiap kali (ketika) kau gendong aku dan (disaat) kau tiup ubun-ubunku
            (betapa besar) cinta  serta kasih sayang (yang telah) kaucurahkan (padaku)
            Pada tiap-tiap kedip mata dan tetesan air susu (yang kau berikan)
            Adalah (sebuah) restu meski (kau tahu) akan dibalas (dengan) empedu

Bait 4  tapi (harus kau tahu) aku juga punya (sebuah) hati, ibu
            (Namun) yang kutahu (ketika dibandingkan denganmu) takkan selebar hatimu
            (dengan hati ini) Kuharap padanya (selalu diberi) kesabaran (terus) dekat padamu (dan)
            (tiada lelah menemanimu) Sampai datang(nya) seorang pembawa rahmat
            Yang (sanggup) melepas(kan) kita dari duka dan melarat (untuk selamanya)

b)     PEMBACAAN HERMENEUTIK
Puisi untuk ibu jika dipahami berdasarkan pembacaan secara hermeneutik seperti berikut:
Bait pertama : berdasarkan pembacaan hermeneutik dapat diketahui bahwa bait pertama menceritakan tentang bagaimana seorang anak yang merasa dirinya tak mampu untuk menilai kasih sayang yang diberikan oleh ibunya karena begitu besarnya yang ia dapatkan. Hal itu dapat terlihat dari kutipan / dengan apa bisa kunilai cintamu, ibu/./Yang mengendap sampai ke dasar-dasar segara/. Sang anak juga merasa bahwa dirinya tak bisa untuk membalas semua yang telah didapatnya sehingga seolah-olah dia merasa seperti sang kemarau yang tak bisa memberi cinta (balas budi).
Pada bait kedua: sang anak merasa ketika ia memikirkan tentang banyaknnya kasih sayang yang telah diberikan oleh ibunya seumpama menara yang menjulang tinggi . Dia merasa bahwa ia bukan apa-apa dan tiada berharga karena ia merasa tak mampu untuk membalas, memberikan yang terbaik, dan ia tak pernah melakukan sesuatu yang berarti, seperti dalam kutipan berikut /bagaimana aku sanggup membayarnya/. /Karena aku sendiri belum punya harga/.
Pada bait ketiga: menceritakan bahwa bagaimanapun balasan yang akan diberikan seorang anak suatu saat nanti, namun untaian kata-kata dan curahan kasih yang tak pernah putus tercurah dari sesosok ibu adalah sebuah  karunia terindah yang selalu direstui tanpa ada sesal. / Pada tiap-tiap kedip mata dan tetesan air susu/. / Adalah restu meski akan dibalas empedu/.
Bait keempat: dalam bait ini, anak merasa bahwa ia juga memiliki sebuah hati walaupun tak sebesar sang ibu, namun dengan hati itu sang anak selalu berdoa kepada tuhan agar diberikan sebuah keajaiban yaitu datangnya seseorang yang akan mampu membawa dan menuntunnya dari keterpurukan (kemiskinan).

No comments: