Laman

Monday, April 11, 2011

setting dan penokohan tokoh utama


A.    LATAR BELAKANG
Karya sastra dalam kehidupan sekarang ini kehadirannya tidak dapat diindahkan. Adanya karya satra tidak dapat dipungkiri secara tidak langsung turut andil dalam mempengaruhi kehidupan pembacanya. Dari sebuah karya yang ia baca, seorang pembaca mampu menangkap sebuah gambaran kehidupan kayalan, dimana dari bagian itu secara tak sadar membentuk pemikiran yang kemudian hidup dan perlahan mempengaruhi kehidupan pembaca.
Berbagai ungkapan mengenai definisi satra saat ini beragam. Sastra adalah seni berbahasa. Sastra adalah ungkapan spontan dari perasaan yang mendalam. Sastra adalah ekspresi pikiran (pandangan, ide, perasaan, pemikiran) dalam bahasa. Sastra adalah inspirasi kehidupan yanag dimateraikan dalam sebuah bentuk keindahan. Sastra adalah buku-buku yang memuat perasaan kemanusiaan yang mendalam dan kebenaran moral dengan sentuhan kesucian, keluasan pandangan, dan bentuk yang mempesona. Sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakainan dalam suatu bentuk gambaran kongkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa.
 Karya sastra merupakan sebuah bukti yaitu jiwa dari pengarang, curahan hati pengarangtentang kehidupan tertentu yang menampilkan serangkaian cerita dengan tokoh-tokoh dan latar yang tersusun. Dibentuk dan dirangkai sedemikian rupa menjadi sebuah bentuk yang kaya dan syarat akan nilai seni. Sebagai bentuk pengungkapan jiwa pengarang, sebuah karya sastra terdapat berbagai hal yang ingin disampaikan pengarang. Sastra ditulis atau diciptakan oleh seorang pengarang bukan untuk dibaca sendiri, melainkan ada ide, gagasan, pengalaman dan amanat serta nilai-nilai yang ingin disampaikan kepada pembaca. Pengarang berharap, apa yang disampaikannya itu dapat menjadi sebuah masukan, sehingga pembaca dapat mengambil kesimpulan dan mampu menginterprestasikannya sebagai sesuatu yang dapat berguna bagi perkembangan hidupnya
Hal yang membedakan karya sastra dengan karya tulis lainnya,  yaitu sifat khayali, adanya nilai-nilai seni/estetika, dan penggunaan bahasa yang khas.
Selama ini perhatian hanya ditujukan pada tiga jenis karya sastra yaitu puisi, prosa cerita, dan drama. Hal itu memang logis karena tiga jenis tersebutlah yang mengandung unsur-unsur kesusastraan secara dominan (fiksi, imaji, dan rekaan). Namun, seiring dengan perkembangan dunia sastra akhir-akhir ini mulai terjadi pembatasan yang tipis antara khayalan dan kenyataan. Oleh sebab itu mulai dibicarakan pembagian sastra yang lain.
Dalam perkembangan sastra akhir-akhir ini, karya sastra dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu (a) sastra imajinatif, dan (b) sastra non-imajinatif.Sastra imajinatif mempunyai ciri isinya bersifat khayali, menggunakan bahasa yang konotatif, memenuhi syarat-syarat estetika seni. Sedangkan sastra non-imajinatif mempunyai ciri-ciri isinya menekankan unsur faktual/faktanya, menggunakan bahasa yang cenderung denotatif, dan memenuhi unsur-unsur estetika seni.
Berdasarkan hal yang dipaparkan diatas dapat dikatakan bahwa kesamaan antara sastra imajinatif dan non-imajinatif adalah masalah estetika seni. Unsur estetika seni meliputi keutuhan (unity), keselarasan (harmony), keseimbangan (balance), fokus/pusat penekanan suatu unsur (right emphasis). Sedangkan perbedaannya terletak pada isi dan bahasanya. Isi sastra imajinatif sepenuhnya bersifat khayal/fiktif, sedangkan isi sastra non-iumajinantif didominasi oleh fakta-fakta. Bahasa sastra imajinatif cenderung konotatif, sedangkan bahasa sastra non-imajinatif cenderung denotatif.
Termasuk dalam jenis sastra  imajinatif  yaitu Puisi (Epik , lirik, dramatik), dan Prosa : 1. Fiksi (novel, cerpen, roman) dan 2.  Drama (drama prosa, drama puisi). Sedangkan bentuk karya sastra yang termasuk sastra non-imajinatif  meliputi esai, kritik, biografi, otobiografi, sejarah, memoar, dan terakhir yaitu cacatan harian.
Dalam hal ini bahan yang menjadi kajian termasuk dalam sastra imajinatif yaitu fiksi yang berupa novel. Novel sebagai karya fiksi menampilkan sebuah sebuah dunia, dunia yang diidealkan sang pengarang, dunia yang dibangun dengan berbagai unsur intrinsiknya, tema, plot, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang dan lain-lain yang kesemuanya juga bersifat imajinatif.
Layaknya sebagai bacaan, sebuah novel mampu menenggelamkan seseorang dalam kayalan. Dengan membaca sebuah novel kita akan mampu terlarut dalam setiap kata yang ada dalam karya tersebut. Kita akan merasakan bagaimana situasi dan latar yang disajikan sang pengarang yang diangkat oleh tokoh utama, seolah-olah apa yang ada dalam karya tersebut nyata dan ada dalam kehidupan kita.
Sebagai bagian dari unsur intrinsik, Latar dan penokohan  menjadi bagian yang sangat penting, ia yang membentuk dan membangun sebuah cerita. Kehadirannya tak dapat dipungkiri menjadikan sebuah karya sastra menjadi lebih hidup, lebih enerjik, dan lebih menarik untuk dinikmati.
Di dalam sebuah karya sastra Latar menyajikan gambaran mengenai tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa yang tengah diceritakan. Selain menunjukkan hal-hal tersebut latar juga mencakup penggambaran lokasi geografis, termasuk topografi pemandangan, sampai pada rincian yang lebih detail mengenai pendekripsian sebuah ruang, ataupun pekerjaan atau hal-hal yang dilakukan tokoh-tokoh yang ada dalam karya sastra, waktu berlangsungnya kejadian, sejarah, lingkungan agama, moral dan emosinal para tokoh.
Fungsi kehadiran latar dalam sebuah karya satra yaitu dalam memberikan informasi tentang situasi bagaimana adanya, dan juga merupakan proyeksi keadaan batin para tokoh. Latar kaitannnya dengan unsur lain yaitu sebagai penokohan, karena ketika sebuah karya sastra mampu menampilkan sebuah gambaran latar yang tepat, latar akan mampu menampilkan gambaran watak tokoh. Dapat dikatakan hubungan antara latar dan perwatakan atau penokohan sangat erat. Bahwa latar dan penokohan memiliki suatu keterkaitan dalam menghidupkan sebuah karya sastra menjadi sebuah bentuk yang elegan, estetis, dan nyaman dinikmati.
Penokohan  atau perwatakan sebagai unsur yang kehadirannya tak bisa dipisahkan dari latar menyajikan tentang watak tokoh dan penciptaan citra tokoh baik lahir maupun batinnya,yang berupa tentang pandangan tokoh terhadap kehidupan, sikap, keyakinan, budaya dan sebagainya. Sebagai penggambaran karakter tokoh, penokohan di sajikan oleh pengarang didalam upayanya untuk memberikan deskripsi yang jelas kepada pembaca tentang ciri-ciri, sifat, serta batin tokoh yang diangkat pengarang, karena pada dasarnya yang mengenal tokoh-tokoh tersebut hanyalah pengarang.
Aminudin (2002: 80) menjelaskan tentang bagaimana melihat watak yang digambarakan pengarang. 1). Tuturan pengarang terhadap karateristik pelakunya, 2). Gambaran yang diberikan pengarang lewat gambaran lingkungan kehidupannya maupun caranya berpakaian, 3). Menunjukkan perilakunya, 4). Melihat bagaimana tokoh itu berbicara tentang dirinya sendiri, 5). Memahami mana jalan pikirannnya, 6). Melihat bagaimana tokoh lain berbicara tentangnya, 7). Melihat bagaimana tokoh lain berbincang dengannya, dan yang terakhir 8). Melihat bagaimana tokoh-tokoh yang lain itu memberikan reaksi terhadapnya. Dari beberapa uraian yang dikemukakan Aminudin diperoleh suatu cara atau upaya yang jelas untuk menemukan penokohan sehingga akan menemukan gambaran yang jelas penokohan dalam sebuah karya sastra dengan berbagai karakteristiknya.
Berdasarkan paparan yang dikemukakan diatas pendekatan objektif merupakan pendekatan yang paling sesuai dengan kajian ini. Pendekatan objektif merupakan pendekatan yang memusatkan perhatian semata-mata pada unsur-unsur, yang dikenal dengan analisis intrinsik. Konsekuensi logis yang terjadi adalah mengabaikan, bahkan menolak unsur ekstrinsik. Oleh karena itu pendekatan objektif juga disebut analisis otonomi, analisis egocentric. Pemahaman dipusatkan pada analisis terhadap unsur-unsur dalam dengan mempertimbangkan keterjalinan antar  unsur disatu pihak, dan unsur-unsur dengan totalitas dipihak yang lain.
Adanya penolakan terhadap unsur ekstrinsik jelaslah bahwa yang menjadi kajian atau masalah yang harus dipecahkan dari pendekatan ini adalah unsur intrinsik yang termasuk didalamnya yaitu adanya latar dan penokohan. Melalui pendekatan objektif, unsur-unsur intrisik karya sastra akan dieksploitasi semaksimal mungkin.
Salah satu pengarang yang menjadikan latar dan penokohan sebagai sebuah kekuatan dalam karyanya adalah Andrea Hirata. Sebagai seorang pengarang sebenarnya Andrea Hirata tak pernah  mengenyam dunia pendidikan yang mendalami dunia tulis menulis, dia juga tak pernah benar-benar mempelajari tentang seluk beluk karya sastra, jadi sama  sekali tak ada latar belakang sebagai penulis buku. Meskipun demikian karyanya  sangat diminati oleh pembaca dari berbagai kalangan. Bahkan hal yang paling mencengangkan adalah novelnya menjadi best seller dinegeri tetangga.
 Dalam novelnya ia selalu menyajikan latar dan penokohan  menggunakan  bahasa  dan gaya yang menarik.  Salah satu novelnya yang paling berkesan diantara karyanya dalam Tetralogi novel adalah Edensor. Edensor merupakan karya ketiga diantara empat karyanya yaitu Laskar Pelangi, Sang pemimpi, dan Maryamah karpov.
Novel Edensor sebuah novel yang bercerita mengenai tokoh Ikal, seorang anak dari sebuah desa  yang tertinggal tengah menempuh pendidikan diluar negeri yaitu Uni Eropa. Melalui tokoh Ikal pengarang menggambarkan bagaimana latar, kondisi, budaya, dan kehidupan orang luar,termasuk adanya penggambaran mengenai pemandangan alam, dan mengenai perjalanan tokoh ikal saat mengelilingi dunia. Dalam dunia rekaan disini Latar yang disajikan dalam novel selalu berubah dan berbeda. Sebagai adanya perbedaan dan perubahan latar, menyebabkan terjadinya berbagai perubahan watak atau perilaku tokoh dalam memandang kehidupan, keyakinan, prinsip, agama, budaya, dan sebagainya. Penyajian latar dan penokohan dalam novel yang tepat memunculkan emosional tokoh yang begitu terasa dan kental, gambaran ruang, waktu, dan tempat yang jelas, karakter yang memikat dengan beragam pandangannya.
Dari berbagai uraian yang dipaparkan diatas yang menjadi dasar penulis mengambil judul skripsi latar dan penokohan Tokoh Utama dalam Novel Edensor!. Dengan demikian akan diperoleh suatu pendeskripsian yang jelas bagaimana latar dan penokohan yang ada dalam novel ini.

B.   RUMUSAN PERMASALAHAN
Berdasarakan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat dirumuskan permasalahan yaitu: Bagaimanakah latar dan penokohan tokoh utama dalam novel Edensor! Karya Andrea Hirata (pendektan objektif)?

C.    TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan pada penjelasan mengenai permasalahan diatas, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan latar dan penokohan tokoh utama dalam novel Edensor! Karya Andrea Hirata (pendekatan objektif).

D.    MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan memperkaya khasanah penelitian, khususnya mahasiswa sebagai bahan pilihan dalam memperkaya referensi mengenai latar dan penokohan, dalam memberikan alternatif untuk menyelesaikan studi terakhir dalam penyusunan skripsi.
Manfaat secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti yang ingin mengangkat kajian latar dan penokohan, sehingga dalam penelitian yang selanjutnya akan terjadi adanya perubahan, yaitu mengarah dalam penelitian yang lebih baik.

No comments: